Masuk Angin?

7.4K 556 6
                                    

2 minggu kemudian ....

"Aku ada kabar gembira buat kamu ... Khumaira," ucap Alvin sembari tersenyum ke arah Nissa.

Nissa mengerutkan keningnya heran. "Emang apa, Khullah?" tanya Nissa balik menatap Alvin.

"Sekarang khullah sadar, apa yang selama ini khullah lakukan itu salah. Sebenernya dari dulu khullah tahu bahwa itu dosa, tapi bodohnya khullah malah tetap melakukan." Alvin tersenyum kecut.

"Khullah sudah keluar dari sindikat mafia BLACK SALVATRUCHA. Khullah akan berubah menjadi lebih baik lagi, khullah akan mencoba jadi imam yang baik buat kamu," ucap Alvin sendu, ia menatap Nissa dengan harap cemas, masih ada rahasia yang belum istrinya ketahui.

"Asal kamu tahu, sindikat mafia BLACK SALVATRUCHA itu adalah sindikat mafia terbesar, sebut aja khullah adalah otak dari mafia di dunia. Mereka tunduk patuh, tapi khullah sadar, orang yang pantas dipuji atas keagungannya hanya Allah semata."

"Maaf khullah baru bisa jujur sekarang, khullah tahu, khullah salah ... karena sudah menyembunyikan rahasia besar dari istri sendiri. Khullah janji akan mencoba lebih baik lagi, dan akan lebih terbuka," ucap Alvin tulus, ia memegang pundak Nissa gemetar menahan tangis.

Satu tetes air mata jatuh. Bukan karena sedih, tapi senang, kagum, bahagia karena sang suami sangat tulus padanya.

"Khullah, makasih udah terima Nissa apa adanya. Khullah selalu ngertiin Nissa, makasih. Alhamdulillah juga bila Kakak udah sadar kalau apa yang Kakak lakukan itu salah. Nissa bangga punya suami kayak Kakak ...," ujarnya sendu, air mata itu terus lolos dari mata bening milik Nissa.

"Bahagia itu sederhana ... cukup bersama dengan orang yang kita sayang, dan jangan melupakan kewajiban kita sebagai umat muslim." Alvin tersenyum ke arah Nissa, yang dibalas senyuman balik oleh sang empu.

"Cinta itu bukan hanya soal ingin memiliki, tapi ia yang selalu ingin melihat orang yang dia sayangi tersenyum, walau di atas luka dirinya sendiri. Teruslah tersenyum, maka khullah akan bahagia, dan ikut tersenyum. Makasih udah mau jadi bidadari dunia akhirat khullah," ujarnya tulus, kini air mata itu lolos dari matanya.

"Na'am Khullah, Nissa akan tersenyum untuk Khullah—" Ucapan Nissa tiba-tiba terpotong, Alvin menatap Nissa heran.

"Kamu kenapa, Khumaira?" tanya Alvin khawatir, tersirat rasa ketakutan yang tinggi.

Yang ditanya malah pergi berlari menuju arah kamar mandi, tanpa basa-basi ... Alvin segera mengejar Nissa.

"Hoek ... hoek ...!"

Alvin menepuk pundak Nissa, mengelusnya pelan. "Khumaira, kamu kenapa? Gak enak badan? Yu khullah gendong ke kamar, istirahat," tanya Alvin nyerocos tanpa jeda.

Jangan panggil dia Alvin, bila tidak memiliki sifat khawatir tingkat dewa.

Ia mengangkat istrinya ala bridel style. Dengan segera dia membawa Nissa menuju kamar utama.

"Kamu kenapa? Kok tiba-tiba muntah?" Nissa tersenyum, menahan rasa mual.

"Nissa gak apa-apa," jawab Nissa singkat sembari menatap orang yang akhir-akhir ini selalu ada di dalam pikirannya.

Alvin menggeleng, kemudian berucap, "Kamu ini kayaknya masuk angin, khullah ambil obat dulu, sekalian nanti khullah kerok."

Nissa tersenyum, ia bersyukur memiliki suami seperti Alvin, orang yang selalu perhatian dan romantis terhadapnya.

Alvin datang membawa segelas air hangat beserta obat. Tidak lupa membawa uang koin untuk kerokan.

Nissa duduk dengan dibantu sang suami. Seluas senyum terbit di wajah pucat miliknya.

"Ya Allah, kamu pucat, Sayang. Sekarang minum dulu obat ini!" titah Alvin dengan nada khawatir. Nissa meminum obat yang diberikan suaminya.

Ntah kenapa Nissa sekarang mudah tersenyum. Tiba-tiba Nissa memeluk Alvin, sang empu hanya dia tak percaya, detik kemudian dia membalas pelukan sang istri.

"Udah dulu, sekarang khullah kerok, ya? Kamu duduk di depan kakak." Nissa mengangguk patuh, kemudian dia mendudukkan dirinya tepat di depan Alvin.

Alvin mengangkat baju Nissa hingga atas pundak.

Glek!

'Astaghfirullah, kuatkan iman hamba ya Allah.'

'Lo harus bisa tahan, godaan yang benar-benar menggoda,' ucap Alvin dalam hati.

"Khullah? Ayo dong, kok lama. Ada yang salah sama punggung Nissa?" tanya Nissa polos.

"Nggak kok, hehe."

Beberapa detik kemudian, Alvin mulai menggerakkan tangannya untuk mengerok Nissa.

"Hoek!" Dengan segara Alvin menepuk punggung Nissa.

"Kayaknya kita harus ke dokter," saran Alvin dengan raut wajah cemas.

"Jangan, Nissa gak apa-apa kok, mungkin hanya kecapek-an." Inilah Nissa, menyembunykn rasa sakit dengan senyuman fake.

"Gak ada penolakan, pake cadar kamu! Kita langsung pergi ke RS."

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Where stories live. Discover now