Khawatir

7.1K 560 3
                                    

"Kamu, ke sini!" Ia berkata dengan raut wajah cemas.

Dia Athan, tangan kanan Alvin, orang kepercayaannya selama tahun terakhir ini.

Orang itu datang menghampiri Athan dengan heran, tak biasanya dia secemas ini. "Ada apa, bos?"

"Apa kalian melihat tuan Alvin? Sejak tadi saya belum melihatnya." Athan mengacak rambutnya frustasi, dia memang setia mengabdi pada tuannya itu.

"Tadi dia bilang ingin mencari istrinya, dia ingin sendiri." Mafioso itu tertunduk takut. Orang di hadapannya bukan orang biasa.

"Bodoh! Kenapa kau biarkan ia pergi begitu saja? Dia sedang tidak baik-baik saja! Hah?!" Rahangnya tampak mengeras, tangannya terkepal erat.

Bugh!

"Kau tidak berguna!"

Bugh!

Bugh!

Bles!

Satu nyawa mafioso sudah melayang begitu saja di tangannya. Ia sudah menganggap Alvin itu saudaranya, pantas ia seperti ini.

"Aku akan datang, tuan." Matanya sudah nampak berkaca-kaca, sesayang ini 'kah dirinya?

"Dengarkan baik-baik!" Athan berteriak begitu keras, sontak semua mafioso itu menoleh.

"Panggil tim SAR! Siapkan semua pasukan! Kita akan mencari tuan, sekarang!" Mafioso segera bertindak, tidak ingin mendapat amukan Iblis itu, lagi.

_____

"Bagaimana kita akan mencarinya bos?" Salah satu mafioso itu bertanya, Athan menoleh ke arahnya.

Ia melemparkan tatapan Iblis, seakan ingin membunuh orang itu seketika. "Kau bodoh apa kudet?Pakai GPS g*blok!" Ia hembuskan nafas kasar, sudah muak dengan perilaku anak buahnya.

Mereka melakukan pencarian dengan bantuan tim SAR. Athan melakukannya dengan sungguh-sungguh, ia sangat mengkhwatirkan tuannya itu.

_____

"Sayang," panggil Alvin lembut, tepat pada telinga Nissa.

"Ish geli! Ada apa?" Nissa membalikkan tubuhnya menghadap Alvin, dengan tatapan geram.

"Ish, gak jadi deh." Alvin tersenyum jahil.

"Khullah nyebelin! Aku gak akan kasih jatah satu minggu, titik pokoknya." Nissa mengerucutkan bibirnya, ia sudah tidak menatap Alvin.

Alvin membulatkan matanya. "Yang bener aja, sayang! Kamu tega sama aku? Aku tersiksa, sayang." Satu jurus kemudian, Alvin mengeluarkan wajah baby facenya.

Gemas, itu yang dirasakan Nissa, tapi sebisa mungkin dia harus drama. "Gak! Pokoknya gak!"

Alvin meninggalkan Nissa sendiri, dia berjalan ke arah pohon besar, yang berada cukup jauh dari tempat asal.

Nissa merinding ketakutan, baru saja ia ditinggal beberapa langkah oleh Alvin, ia sudah merasa tercekam.

Nissa mengejar Alvin, air mata itu sudah berhasil membanjiri pipinya yang tertutup oleh niqob.

"Khullah ... Hiks!" Nissa memeluk Alvin dari belakang, erat bahkan sangat erat.

"Lha, kenapa?" Ia berbalik menghadap sang istri, memegang pipi chubby milik wanita kesayangannya itu, ia hapus air matanya lembut.

"Jangan tinggalin Nissa, Nissa takut. Khullah ...." Nissa mempererat pelukannya, seolah memang sangat takut untuk kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

"Gak bakal. Aku cuman mau ambil kayu, untuk kita bakar nanti. Kamu takut ya, kehilangan aku?" Ia kembali menggoda sang istri. Pipi Nissa kembali berubah memerah, untung ada niqob sebagai penyelamatnya.

Nissa memukul dada Alvin pelan. "Apa sih!" Ia mengerucutkan bibirnya lima centi.

"Ya udah, aku pergi ya." Saat Alvin hendak berbalik, Nissa dengan cepat memeluk tubuh kekar sang suami.

"Khullah, tadi Nissa hanya bercanda. Jujur deh," ujar Nissa dengan sedikit isakan tangis. Ia mengangkat jarinya, membentuk huruf V.

Alvin terkekeh pelan, ia memeluk balik sang istri. "Khullah juga bercanda kok. Yu kita ke sana lagi, kita buat api unggun."

Nissa bersorak gembira, ia pergi begitu saja, meninggalkan Alvin. Alvin hanya terkekeh melihat tingkah konyol istri mungilnya.

Bersambung ....

Maaf telat up. Tinggalkan jejak! Jangan jadi sider.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Where stories live. Discover now