28

7.4K 520 3
                                    

Hallo guys Author come back, maaf telat up, ada sedikit masalah.

Tanpa banyak bacot lagi, yu mulai baca ....

***

"Ya Allah, kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Aku ...,"

"Nanti aja ya ceritainnya, sekarang kita pulang ke rumah aku," ujar Zizah dengan raut wajah khawatir.

"Terus gimana caranya? Kan kamu bawa motor," tanya Nissa heran.

"Kita jalan kaki aja, udah deket kok."

Mereka pun pulang ke rumah Zizah yang memang letaknya tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

***

Mereka sampai di rumah sederhana milik Zizah, sederhana memang, namun dapat membuat sang pemilik betah bila tinggal di sana.

Tepat di depan rumah, terdapat pesawahan luas yang hijau, dan di sampingnya terdapat air terjun yang terus mengalir tanpa bosan ke anak sungai.

"Ini rumah kamu Zah?" tanya Nissa dengan wajah kagum.

"Maaf ya, ini memang tidak seperti rumahmu yang penuh akan kemegahan." ujar Zizah mendekat ke arah Nissa.

"Sederhana tapi nyaman dan bikin adem Zah, aku suka." ujar Nissa sambil terus memandang keindahan desa yang luas.

"Alhamdulillah kalau kamu suka, yu kita masuk!" ajak Zizah, kemudian mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah.

***

"Coba ceritakan! Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Zizah kepo tingkat maksimal.

Kemudian Nissa menceritakannya dari awal sampai sekarang tanpa ada sedikit pun yang terlewat, tidak di tambah-tambahkan juga tidak di kurangi.

"APA?!" tanya Zizah dengan raut wajah kaget bin heran.

"Kamu bisa nggak bantu aku pulang ke rumah Kak Alvin?" tanya Nissa lesu dan seperti kehilangan harapan.

"Insyaallah bisa Nis, tapi sekarang aku lagi nggak punya uang,"

"Kamu tahukan, setelah aku nginap beberapa hari di rumah kamu, aku cari pekerjaan, dan alhamdulillah aku dapat," jelas Zizah.

"Terus?" tanya Nissa kepo.

"Saat di tempat kerja, aku bertemu Mas Dian, dan setelah perjalanan yang begitu panjang, akhirnya kami menikah." jelas Zizah sambil tersenyum.

"Alhamdulillah kalau gituh, semoga samawa ya, aamiin."

"Aamiin," ujar ke dua sejoli itu.

"Oh iya Bi, ini namanya Nissa, temen aku waktu kecil,"

"Dan Nissa, ini Mas Dian, suami aku."

Nissa dan Dian pun saling melempar senyum, namun tidak lama wajah Nissa kembali murung kala mengingat suami tercintanya.

"Maaf ya Nis, mungkin kamu harus nunggu dulu, soalnya dari Bandung ke Jakarta itu butuh uang banyak." ucap Zizah lesu.

"Jadi sekarang aku berada di Bandung?!" tanya Nissa kaget.

"Iya," jawab Zizah cengengesan.

"Alhamdulillah Nis, Abi di kampung sudah sembuh," ujar Zizah senang, sebenernya dia hanya mengalihkan pembicaraan karena tidak tega melihat Nissa sahabatnya sedih.

"Wah, alhamdulillah," ucap Nissa ikut senang.

***

Di tempat lain, seorang pria tampan sedang mematung, ia memikirkan bagaimana keadaan sang istri tercintanya.

Siapa lagi kalau bukan Alvin, kini ia melamun pada saat jam kerja, dia sudah tidak peduli dengan kerjaan yang menumpuk di depan mata.

"Ahk, andai aku segera membunuh wanita tersebut waktu itu, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini." ujar Alvin frustasi, ia mengacak-acak rambutnya, bajunya juga sudah tidak terpakai dengan benar.

"Tapi masih ada hari esok," ucapnya sambil tersenyum menyeringai.

"Masalahnya aku masih butuh info darinya, ahk!" Alvin memukul-mukulkan kepalanya pada meja dengan keras.

Sungguh, ia seperti orang gila saat ini, bagaimana tidak? Rambut acak-acakan, baju kemeja keluar sebelah, dan satu lagi, kini Alvin yang dulu tegar kini menjadi Alvin yang cengeng.

Tok ... Tok ... Tok ....

"Aish ganggu saja, masuk!" teriak Alvin.

Datang seorang pria dengan setelan jas formal, dia adalah sekretaris Alvin.

"Begini Pak–"

Alvin dengan cepat memotong ucapan sang pria, "To the point!" ucapnya dingin.

"Kita harus pergi menuju Bandung tiga hari lagi Pak!" ujarnya dengan wajah serius dan datar.

"Saya tidak mau tahu, Anda saja yang ke sana!" Alvin paling malas bila tidak ada penyemangat di sampingnya.

"Tapi Pak, proyek kali ini bisa mempengaruhi perusahaan kita,"

"Maka dari itu, Bapak harus ikut hadir!" ujarnya tegas, karena demi perusahaan Alvin sendiri.

"Ck, baiklah, saya akan datang."

Bersambung.

Maaf ya gaje, Author otaknya lagi ada yang nggak beres, tapi insyaallah kalau nggak sibuk, nanti sore saya up.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Where stories live. Discover now