2nd Choice - Beginning Or End

126 17 9
                                    

Setelah hampir dua jam mengalami kemacetan yang cukup parah, akhirnya Bulan bisa lolos dan kembali melaju dengan kecepatan penuh agar tidak terlambat bertemu dengan salah satu klien. Tiba-tiba mobil yang berada di depannya berhenti secara mendadak, Bulan langsung menginjak rem dan membanting stir ke arah kiri. Namun semua sudah terlambat, bagian depan mobilnya menabrak sisi belakang mobil itu.

"Apa yang dia lakukan?! Bisa-bisanya dia berhenti secara mendadak saat kondisi jalanan kosong." Bulan kesal. Ia langsung turun untuk menemui si pengemudi yang menambah masalahnya di hari ini.

Bulan mengetuk kaca mobil itu tanpa menoleh, "keluarlah, Tuan!" ucapnya setelah kaca mobil di turunkan dan melihat sang pengemudi merupakan seorang pria.

Pria itu membuka pintu mobilnya perlahan. Setelan rapi khas pria kantor dengan kacamata hitam yang masih melekat di mata kini ia lepas begitu saja. Bulan masih belum melihat siapa pria tadi. Ia justru berjalan ke tempat dimana bagian mobil mereka bertabrakan. "Apa kau mabuk? Apa kamu sedang menerima panggilan? Atau kau sedang.. Ah! Lupakan. Intinya kau bersalah. Kau mendadak berhenti padahal tidak ada apapun yang menghalangi jalanmu." Bulan terus mengoceh tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

"Biasanya pria akan menyalahkan wanita dalam hal mengemudi. Sein kiri untuk belok kanan dan sein kanan untuk belok kiri. Tapi aku tidak seperti itu. Aku mematuhi aturan. Tapi kau mendadak berhenti dan-"

"Dan akhirnya kita bertemu lagi." Sahut pria tadi memotong pembicaraannya.

Bulan diam sejenak untuk mengingat suara siapa yang baru saja ia dengar. Suara itu sangat mirip dengan suara yang ada di pernikahan Qiara, suara yang meneriakinya untuk berhenti di sebuah restoran, suara yang memintanya untuk keluar saat mobilnya terparkir di sebuah komplek perumahan. Bulan berbalik untuk memastikan jika telinganya tidak salah dengar dan benar saja, pria itu adalah pemilik mobil bernomor polisi F 415 AL.

"Aku sangat mengenali mobilmu meski kau tidak pernah mengenali mobilku."

Tanpa pikir panjang Bulan langsung berjalan kembali ke mobilnya agar tidak bicara dengan pria itu.

"Kau tidak bisa terus menghindar saat nyatanya kita kembali dipertemukan."

"Lantas apa lagi yang harus kita bicarakan? Semua itu sudah berlalu," sahutnya tanpa menoleh.

"Semua memang sudah berlalu, tapi apa bisa semua berakhir begitu saja tanpa ada satupun kalimat perpisahan?"

Bulan kembali melangkah dan kini sudah meraih handle pintu, namun lagi-lagi ucapan pria itu menggagalkan usahanya. "Daddymu yang memintaku melakukan semua ini. Dia ingin kau kembali seperti dulu, dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf."

Garis bibir Bulan tertarik sedikit, "Daddyku tidak pernah sebaik itu."

"Kau bisa buktikan sendiri jika kau tidak percaya padaku."

Setelah berpikir beberapa menit, Bulan meraih ponselnya yang berada di dalam tas untuk menghubungi seseorang. "Wakilkan janji temuku dengan klien, tiba-tiba ada urusan penting yang harus aku kerjakan." Ia langsung mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari sang penerima.

"Buktikan ucapanmu sekarang juga," pintanya dengan jelas.

Bulan baru saja tiba di rumah masa kecilnya yang tidak berubah sejak dulu. Baru satu langkah menginjakkan kaki, sudah banyak pekerja rumah yang menyambut kedatangannya dengan senyuman.

"Nona muda Bulan datang."

"Selamat datang, Nona muda." Sapa salah satu maid sambil tersenyum.

"Dia sudah tumbuh dewasa."

2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin