2nd Choice - Who's His Dad?

96 15 1
                                    

Deretan buah segar terpajang di lemari pendingin sebuah grocery di Jakarta. Sambil mendorong keranjang belanjanya, Arsya terus mencari keperluan yang sudah habis di rumah. Kakinya bergerak menuju lorong yang berisi bahan-bahan pokok, tangan Arsya dengan lihai mengambil beberapa barang yang rutin ia beli seperti minyak, kecap, saus, garam, gula dan masih banyak lagi.

Arsya kembali berjalan melewati 4 lorong berikutnya dan berhenti di lorong sabun cuci. Matanya mengitar mencari merk sabun yang selalu ia beli tapi entah kenapa barang itu tidak ada hari ini. "Dimana sabun yang biasa ku beli? Apa mereka tidak menjualnya lagi?" tanya Arsya sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir secara spontan. Matanya berhenti saat melihat ke rak paling atas dan mendapati sabun yang ia cari ada disana. "Itu dia.. " ucapnya lekas berjinjit untuk meraih barang tersebut. Namun usahanya tidak membuahkan hasil karena kebetulan ia mengenakan sneakers alih-alih heels. "Hfft, kakiku lecet saat mengenakan heels malam itu, tapi sekarang aku sangat membutuhkannya."

Tubuh Arsya yang tidak terlalu tinggi membuatnya kesulitan meraih rak teratas, bahkan ia harus lompat beberapa kali meski tidak juga membuahkan hasil. Ingin meminta tolong tapi pada siapa? Grocery ini terlihat sangat sepi padahal hari ini adalah malam ahad. Malam yang di tunggu-tunggu bagi sebagian besar pasangan yang ada di muka bumi kecuali dirinya. Arsya hanya ingin melewati malam ahad atau malam minggu bersama suaminya kelak, ya, entah siapapun itu ia hanya bisa menunggu jawaban atas doanya.

Arsya kembali melompat namun sayang sungguh sayang saat menapakkan kakinya ke lantai, ia tidak memiliki ancang-ancang yang pasti sehingga kaki kirinya sedikit berbelok dan membuatnya terkilir.

"Shh, sakit sekali kakiku.. " ringisnya kesakitan.

"Kalau tidak bisa itu minta tolong."

Suara seseorang dari arah samping membuat Arsya yang kini bersimpuh di lantai mendongakkan wajahnya.

Pria itu menyerahkan sabun cuci yang Arsya inginkan sejak tadi. Arsya langsung mengambilnya seraya bangkit lalu mengucapkan terima kasih dan bergegas pergi. Berbasa-basi dengan orang apalagi pria yang belum ia kenal sebelumnya bukanlah keputusan yang baik bagi Arsya. Namun saat dirinya baru bergerak kurang lebih 5 langkah dari tempat semula, pria tadi justru melontarkan sebuah pertanyaan.

"Bukankah kau Arsya teman Gya?"

Deg! Ternyata bukan hanya novel yang menceritakan kisah rumit dengan dunia yang sangat sempit, namun kisah hidupnya pun demikian. Arsya menyahut tanpa menoleh, "ya, benar. Gya sahabatku." Arsya tetap mengakui bahwa Gya adalah sahabatnya meski wanita itu bersikap kurang baik padanya belakangan ini.

"Kau ingat aku? Aku Zidan."

Setelah mendengar namanya dan mengingat bagaimana sikap Zidan terhadap Gya, Arsya semakin tidak ingin menanggapi ucapan pria itu dan memilih pergi.

Namun lagi-lagi langkahnya dihalangi oleh Zidan yang kini tersenyum penuh arti padanya. "Kau ingat pria yang kau tabrak di depan rumah kosmu?"

Arsya kembali mengingat-ingat kejadian itu, tapi ia sama sekali tidak melihat wajah pria yang ia tabrak sesaat setelah berbincang dengan Bu Vani.

"Pria yang kau tabrak adalah aku," ucap pria bernama Zidan memberi penjelasan.

"Ibu kosmu adalah ibuku. Dan ayahku—"

"Menyingkirlah dari hadapanku. Aku tidak peduli meski kau putra Bu Vani atau putra seorang raja sekalipun. Aku tetap tidak suka jika kau dekat dengan sahabatku Gya."

Ia tersenyum miring dan menatap Arsya sinis, "apa urusanmu menghalangi hubungan kami? Kau takut sesuatu yang menimpamu di masa lalu kembali menimpa sahabatmu, hm?"

2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅Where stories live. Discover now