2nd Choice - Who's My Choice?

92 12 1
                                    

Kamar berwarna putih dengan tempat tidur sederhana dilengkapi kipas angin gantung yang berada di atasnya menjadi tempat istirahat Intan beberapa tahun ini. Tempat paling menyedihkan yang tidak pernah ia lupa dalam ingatan dan benak setiap kali Galih memaki bahkan memukulnya tanpa belas kasih. Termasuk hari ini, rasa sakit di dalam hati kembali terasa karena melihat putri bungsunya menangis sesenggukan saat mengetahui wanita yang ia kenal sebagai pemilik kost adalah ibu tirinya dan bahkan pria yang ia kenal sebagai kekasih Gya adalah kakak tirinya.

Apa dunia hanya selebar itu?

Intan tahu betul perjuangan putrinya yang berasal dari Bandung pindah ke Jakarta untuk kuliah dan mencari pekerjaan, tinggal di sebuah rumah kost yang sangat nyaman dan aman baginya lalu menemukan sahabat baik yang sangat ia percaya. Tak pernah Intan kira jika Vani mengetahui identitas putrinya selama ini dan menjaga Arsya dengan baik di rumah kost yang putrinya tempati.

"Sudahlah, Nak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi."

"Bagaimana bisa dia menjagaku, melindungiku dan menutupi rahasia itu rapat-rapat meski tahu siapa aku?"

"Dia tidak pernah marah saat aku terlambat membayar uang sewa bahkan dia memperlakukanku seperti putrinya sendiri."

Intan mengelus kepala Arsya yang terbaring di kakinya, "dia layak melakukan semua itu, karena dia juga ibumu."

"Ibuku hanya Ambu. Ingat, hanya Ambu tidak ada yang lain."

Hati Intan tercelos, bagaimana bisa hatinya seikhlas itu mengatakan bahwa Vani juga ibu putrinya, padahal wanita itulah yang jelas-jelas merusak rumah tangganya dengan Galih.

"Aku sudah banyak menabung selama beberapa tahun terakhir. Mungkin dalam waktu dekat aku akan membeli rumah dan pindah dari rumah kost itu."

"Kamu bisa lakukan apapun yang membuatmu merasa lebih baik, Arsya. Ambu tidak akan melarangnya. Hanya saja.. kamu harus tetap menjalin hubungan baik dengan Bu Vani."

Arsya yang semula berbaring kini bangun dan menoleh ke arah Intan, "wanita itu yang menghancurkan keluarga kita. Wanita itu istri dari pria yang selalu menyakiti Ambu dan ibu dari pria yang menyakiti sahabatku Gya. Bagaimana Arsya bisa berbaik hati padanya, Ambu?"

"Sejauh yang Ambu tahu tentangnya, ia adalah wanita yang baik."

Arsya yang semula memasang wajah kesal dengan air mata yang masih berlinang kini diam seperti sedang berpikir. Intan kembali bertanya, "sekarang Ambu tanya padamu. Sejauh yang kamu kenal, apa dia pernah bersikap tidak baik padamu?"

Arsya menggeleng lemah. "Tidak."

"Yang bersalah hanya ayahmu dan putranya, Bu Vani tidak bersalah. Jadi Ambu minta padamu jangan pernah bersikap buruk padanya, ya?"

Mendengar permintaan Intan yang sanga tulus tanpa adanya dendam, Arsya pun mengangguk sebagai tanda meng-iya-kan.

"Ambu.."

"Bulan depan, agency tempatku bekerja di undang untuk menyaksikan Paris Fashion Week dan Arsya terpilih untuk berangkat."

Arsya yang semula memasang wajah memelas membuat Intan terheran-heran, padahal itu merupakan kesempatan emas untuk putrinya yang telah berbakat selama ini. "Lantas kenapa putri Ambu memanyunkan bibirnya? Bukankah Paris, Prancis adalah negara yang menjadi tujuan wisata banyak orang?"

"Memang.. tapi Ambu kan tahu, Arsya mabuk pesawat."

Intan tertawa sambil mengelus kepala Arsya. "Nak, jangan hiraukan rasa mualmu. Cukup nikmati perjalanan dan bayangkan semua akan baik-baik saja."

2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora