2nd Choice - Real Lie

128 16 15
                                    

Pukul 01.00 WIB

Tubuh Fahri menggigil merasakan hawa dingin yang berasal dari AC mobil. Di tengah malam seperti ini, ia baru saja kembali dari Rumah Sakit setelah mendapat kabar bahwa hipertensi Rafi–ayah angkatnya terpaksa membuatnya harus di rawat inap. Rafi memintanya untuk pulang dan beristirahat karena besok harus kembali bekerja.

Saat di perjalanan, beberapa kali Fahri memelototkan matanya karena rasa kantuk yang mulai menyerang. Tiba-tiba saja dari kejauhan matanya menangkap seorang wanita berjalan seorang diri. "Di tengah malam? Wanita berjalan seorang diri? Aku harus menolongnya atau justru kabur?" ucapnya menerka-nerka jika ternyata wanita ini hanya halusinasi.

"Ash, bulu kudukku baru saja berdiri." Keluhnya merinding ketakutan.

Namun setelah diperhatikan lebih dekat, wanita ini benar-benar nyata tidak seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Merasa tidak tega, Fahri menghentikan mobilnya tepat di belakang wanita yang kini berjalan sambil menenteng heels. Sekilas Fahri melihat wajahnya dan mulai mengingat-ingat. Siapa dia? Aku seperti pernah melihatnya.

Arsya?! Untuk apa dia keluar di jam-jam seperti ini? Dimana mobilnya? Kenapa dia justru jalan kaki? Fahri terus bertanya dalam hati sambil mendengar ringisan rasa sakit, ia melirik untuk mencari sumber kesakitan itu dan... ketemu. Pantas saja ia melepas heelsnya. Mata Fahri menangkap sesuatu yang tidak beres pada kaki bagian belakang Arsya.

"Masuklah ke mobilku. Aku akan mengantarmu kembali ke rumah." Ucapnya memberanikan diri setelah tahu jika wanita yang ia lihat benar-benar Arsya.

Bukan menjawab, lawan bicaranya justru terkejut bahkan ketakutan saat mendengar suaranya. "Arsya, hey! Jangan takut. Ini aku."

Gadis itu justru menutup kedua mata bahkan telinga menggunakan tangannya lalu berteriak, "pergilah! Aku bisa kembali ke rumah meski tanpa mobil milik majikanmu."

Kening Fahri mengerut sempurna. Mobil milik majikan siapa yang dia maksud? Gumamnya lagi.

Fahri menyentuh bahu Arsya agar gadis itu membuka mata dan menyadari kehadirannya, "ini aku Fahri, Arsya. Jangan takut."

Perlahan Arsya membuka mata dan telinganya lalu menoleh ke arah sumber suara, "Kau?!" Teriaknya.

"Ya, aku. Aku beniat menolongmu. Hal apa yang membuatmu ketakutan seperti itu?"

"Hhh, Fahri.. Syukurlah.." ucapnya sambil mengelus dada. Meski merasa jauh lebih tenang di banding sebelumnya, Fahri masih menangkap rasa ketakutan yang terpancar dari wajah Arsya.

"Masuklah ke mobilku. Sebagai calon adik ipar yang baik, aku bersedia mengantarmu kembali ke rumah dengan selamat."

"Jangan menyebutku seperti itu, aku tidak suka. Cepat antar aku pulang ke rumah." Arsya berjalan lebih dulu meninggalkan Fahri seorang diri yang merasa terheran-heran. Dia baru menemukan wanita yang berani memerintahnya seperti ini.

Fahri terus menatap Arsya dari kejauhan yang kini sudah duduk di kursi penumpang sambil memasang safety belt. "Kakakku menyukai wanita yang hebat." Sambil tersenyum dia mulai melangkahkan kaki menuju mobil untuk mengantar Arsya kembali ke rumah.

Beberapa menit kemudian, Fahri menarik rem tangan dan melepas safety belt karena tujuannya sudah berada di depan, ia tahu dimana rumah Arsya karena sang adik–Fahira juga tinggal disini sebelum menikah. Namun saat menoleh untuk meminta Arsya turun, Fahri melihat wanita itu tengah tertidur pulas masih sambil memegang kedua heels yang menjadi petaka baginya.

"Ya ampun... Seharusnya dia membiasakan diri untuk menahan rasa kantuk sebelum menikah dengan kakakku. Bukankah seperti itu?"

Baru saja Fahri berniat menepuk bahu Arsya, namun dia urungkan karena merasa tidak tega jika harus membangunkan seseorang yang tengah tertidur. "Aku harus bagaimana? Tidak bijak membangunkan seseorang yang sedang tidur, terlebih itu seorang wanita cantik."

2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅Where stories live. Discover now