2nd Choice - A Violence

85 16 1
                                    

Dengan tatapan menyorot, Faisal terus menyentakkan ujung pulpennya ke permukaan meja sambil memikirkan apa yang Arsya katakan tadi pagi. Dia jadi tidak fokus bekerja hanya karena ucapan wanita itu yang benar-benar di luar nalar.

"Bermalam dengan adikku?"

"Arsya tidak mungkin berbohong, gadis itu pasti mengatakan yang sebenarnya."

"Kenapa aku tidak memukul Fahri saja saat bertemu dengannya tadi? Shh, aku sungguh menyesal," gerutunya sambil meremas pulpen yang masih dalam genggaman.

Pintu ruangan di ketuk.

"Masuk.." sahut Faisal tanpa menoleh.

"Pak Faisal.." sapa sang sekretaris yang baru saja memasuki ruangan.

"Yup, Fahira. Ada apa? Tidak biasanya kau ke ruangan kakak di jam-jam segini."

"U-uhm, seseorang menitipkan ini di lobby dan disana tertulis nama anda."

Sambil mengerutkan dahi, Faisal menerima kotak hitam berukuran sedang yang Meidi berikan padanya. "Seseorang? Siapa?"

"Inisialnya B, aku tidak bisa pastikan dia pria atau wanita karena kurir pengirim paket pun tidak memberitahunya."

Selamat ulang tahun, Direktur muda Faisal.

Hanya kalimat ini yang tertera pada kertas yang sedang Faisal baca. Untuk menghilangkan segala rasa penasarannya, Faisal langsung membuka kotak tersebut dan melihat ada beberapa kotak kecil di dalamnya.

"Kalau begitu saya permisi, Pak." Pamit Meidi berusaha untuk tidak ingin tahu banyak hal.

"Jangan dulu pergi, Fahira. Duduklah. Kupikir kau juga perlu melihat isi kotak yang di kirim seseorang untuk kakak sekaligus bosmu yang tampan ini."

Mei terlihat melotot sebentar, sebelum akhirnya menuruti. Ia pun duduk di hadapan Faisal dengan wajah pasrah.

Faisal membuka kotak pertama yang berisikan sebuah jam berwarna silver bermerk yang belum lama ini sedang ramai diperbincangkan. Lalu kotak kedua berisi dasi dengan motif bergaris berwarna hitam abu-abu. Dan saat membuka kotak ketiga, betapa terkejutnya Faisal saat melihat bingkai foto berukuran 3R yang menampilkan wajahnya sedang tersenyum lebar sambil merangkul wanita berambut panjang berwarna sedikit kecoklatan yang tak kalah bahagia dengan latar menara eiffel di malam hari.

Bulan? Apa semua hadiah ini berasal dari Bulan? Dan pesan di hari ulang tahunku, apakah pesan itu juga berasal darinya? Gumam Faisal mulai bertanya-tanya.

"Apa Arsya yang memberikanmu semua hadiah ini?" tanya Meidi yang terdengar penasaran karena wajah sang kakak yang sulit diartikan.

Mendengar nama Arsya disebut, buru-buru Faisal menutup kembali kotak ketiga yang baru saja ia buka dan menyimpannya di dalam laci meja kerja. "Uhm, omong-omong tentang Arsya, bagaimana pendapatmu saat mendengarnya bermalam dengan seorang pria?"

Mata sang adik membulat terkejut, "apa kakak bilang?! Dia bermalam dengan seorang pria? Hhh, aku benar-benar tidak habis pikir dengan wanita itu."

"Apa kau tidak penasaran siapa pria yang bermalam dengannya?"

Mei terlihat berpikir sebelum menjawab, "temannya? Mantan kekasihnya? Sahabatnya? Siapa, Kak? Katakan padaku."

"Kakakmu, Fahri."

Mei tersedak mendengarnya, "benarkah?! Uhm, kurasa bagus jika seperti itu. Kak Fahri selalu bersikap baik pada wanita."

Geram mendengar sang adik karena mendukung hal yang sangat membuatnya murka, Faisal langsung bangkit dari kursi yang dia duduki dengan posisi yang sedikit condong ke depan dengan kedua tangan sebagai tumpuan, "bagus katamu?! Lalu bagaimana dengan aku?"

2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅Where stories live. Discover now