SEBELAS

1.3K 252 40
                                    

*RSU Mulya Asih*

Wildan belum tahu nominal yang harus ia bayarkan untuk perawatan Ayah Nara. Ia pikir untuk uang awal, mungkin 20 juta sudah cukup. Toh kalau kurang, ia bisa menambahkannya lagi.

Baru beberapa menit setelah ia menggesek kartu debit dan kasir memberikan lembar bukti transaksi, Papi menelepon.

Astaga...

Ada apa ini. Jangan bilang kalau...

"Wil, ini Papi. Kamu sedang apa di rumah sakit? Siapa yang sakit? Kamu nggak adu jotos lagi, kan? Barusan Pak Bagus, anak buah Papi, memberitahu ada transaksi uang atas nama kamu, di rumah sakit."

Ya Tuhan...

Mengapa Papi begitu mengawasi hidupnya.

"Orang tua temanku ada yang sakit, Pi. Papi bisa potong uang bulananku dan uang bensin."

Suara di seberang terdengar marah.

"Papi tidak mau tahu. Pak Bagus sudah mengarah kesana. Kamu sekarang juga pulang atau urusan ini akan Papi perpanjang di rumah."

Di luar pekarangan rumah sakit, Wildan menendang kerikil karena kesal. Apa enaknya hidup seperti dia. Seolah terbelenggu dengan mata-mata Papi yang selalu mengawasinya kemana ia pergi.

Arrgh...

Apa sebaiknya ia menghubungi Zhafran saja. Kasihan Nara. Akhirnya ia menelepon Zhafran.

"Assalaamu'alaikum Wil, ada apa?"

"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah, akhirnya diangkat juga teleponnya. Gimana keadaan Tante Karina? Sakit apa Zhaf?"

Di seberang sana, Zhafran masih berada di depan Instalasi Gawat Darurat.

"Mama sakit demam berdarah. Lagi musim kayaknya. Tadi di rumah, tiba-tiba mimisan. Sampai rumah sakit, dicek trombositnya 60.000."

"Ya Allah, Zhaf. Semoga Tante cepat sembuh. Zhaf, sorry gue mau infoin, Ayahnya Nara barusan juga masuk rumah sakit. Tadi gue ketemu Nara di depan kantor Bokap Lu.

Dia kayaknya butuh uang juga buat biaya rawat Ayahnya. Coba Lu minta Bokap untuk membantu. Sepertinya berat sakitnya. Gue mau bantu, tapi ada sedikit masalah sama Papi. Gue jadi tahanan kota sekarang. Apa-apa diawasin."

Wajah Zhafran berubah cemas.

"Gue coba bilang sama Papa. Nara sendiri, gimana kondisinya?"

Wildan memandang ke arah bangunan dengan tulisan Instalasi Gawat Darurat.

"Dia masih di dalam IGD. Gue belum lihat lagi."

"Titip Nara sebentar ya Wil. Gue masih urus Mama. Gue merasa bersalah karena 2 minggu ini sudah pergi dari rumah. Gue bahkan nggak tahu Mama sakit."

"Oke, Insya Allah. Lu juga jaga kesehatan Zhaf. Sebentar lagi kita akan banyak ulangan. Jangan sampai ikutan sakit."

Zhafran mengiyakan. Wildan akhirnya masuk ke dalam IGD dan melihat Nara terisak.

Kasihan..

"Gimana kondisi Ayah kamu, Na?"

"Barusan sudah discanning kepala. Kata Om Maul adik Ayah, ada stroke perdarahan. Harus operasi segera. Biayanya mahal, Kak."

Mereka berdua berdiri di dekat pintu.

"Kamu tenang aja, Papanya Zhafran mau bantu kok. Banyak do'a ya. Semoga operasinya lancar. Maaf, aku ternyata belum bisa bantu masalah dana."

Nara menghapus air matanya. Dia tampak malu berulang kali menangis di depan Wildan.

"Iya nggak apa-apa Kak. Aku dan Ibu sudah pasrah."

Baghdad and Madinah Where stories live. Discover now