TENTANG RINDU

1.8K 233 153
                                    

(Hanya untuk 21 tahun++)

Tepat satu purnama meninggalkan peraduan.

*Rumah Zhafran 💓 Nara*

Terdengar suara air gemericik dari kamar mandi. Sudah hampir tiga puluh menit Zhafran berada di kamar mandi. Nara baru tahu kalau suaminya mandi, teryata lamaaa pakai banget.

Jadi pernah pas Nara buru-buru mau mandi karena janjian ketemu sama Alvira untuk memilih beberapa tempat yang akan menjadi resepsi pernikahan Vira dengan Wildan. Tapi suaminya belum keluar dari kamar mandi. Akhirnya Nara memakai kamar mandi di kamar lain.

Perempuan berkulit kecoklatan berusia dua puluh lima tahun itu, sudah selesai mandi. Dia kemudian mematutkan diri di depan kaca. Nara sudah rapi dengan hijab warna lemon muda, blus berwarna kuning dan rok berwarna gelap. Nara tersenyum melihat penampilannya. Warna hijau lemon berpadu dengan warna

Pagi ini, dia mau ikut berangkat bersama suaminya, ke kantor. Nara merapikan notebook milik Zhafran, yang masih tergeletak di meja sebelah tempat tidur. Posisinya masih dicharge, padahal baterainya sudah full.

Ah iya, Nara berjanji mengirim draf website yang berisi rubrik mengajar dan motivasi, ke Nurmala. Nurmala mengambil jurusan ilmu komputer dan pintar membuat program. Dibanding dirinya yang gaptek. Nurmala mau membantu usaha baru yang akan dia rintis bersama Sita.

Nara mengetuk pintu kamar mandi.

"Kak, aku ijin pakai notebooknya sebentar ya. Mau kirim file ke Mala."

Hanya terdengar suara deheman dari dalam kamar mandi di antara suara air yang mengucur dari shower. Bagi Nara, deheman itu berarti iya.

Jemari Nara mengetik dengan lincah di keypads. Zhafran memasang wifi di kamar dan itu memudahkan Nara mengirimkan dokumen ke Sita melalui akses internet.

Sent.

Alhamdulillah, Nara tidak membutuhkan waktu lama untuk mengirim ke Mala. Wajahnya tersenyum. Begitu hendak menekan tombol shut down, iris hitam Nara menangkap nama folder "Baghdad and Madinah."

Ragu dia ingin membuka, karena belum ijin terlebih dahulu dengan suaminya. Tapi kan tadi suaminya sudah mengiyakan.

Nara benar-benar ingin menuntaskan rasa ingin tahu di hatinya.

Klik.

"Folder 1. Tahun 2011 :"
"Madinah, teman masa kecilku. Kamu lagi dimana? Semoga suatu saat kita bisa bertemu. Kamu adalah teman pertama yang aku punya. Sekarang aku sudah punya banyak teman. Tidak sendirian seperti dulu. Ada Wildan, Awan, Ahmed, Hayya. Aku hanya ingin bercerita, kini aku sudah jauh meninggalkan tanah air.

Madinah, kamu seperti adik kecilku. Entah mengapa, aku kadang membenci pertemuan yang harus berakhir pada perpisahan. Aku menyayangi dia, yang selalu aku sebut namanya dalam setiap do'aku. Tapi terakhir kali bertemu, dia begitu membenciku. Gadis itu bernama Nara. Kelak aku akan mengenalkan kalian berdua, jika saja dia sudah tidak membenciku."

Napas Nara seolah hendak berhenti ketika dia membaca tulisan di layar. Dia ingin menitikkan air mata. Tidak menyangka sembilan tahun lalu, ucapannya begitu menyakiti hati Zhafran.

"Folder 2. Tahun 2012 :"
"Dek Madinah, entah kenapa aku suka memanggilmu Adik. Mungkin karena aku anak tunggal.

Ini tahun keduaku di negeri empat musim. Disini sedang musim dingin dan aku kena flu berat plus demam. Aku bukan lelaki yang cengeng. Tapi di saat seperti ini, aku jadi rindu ingin pulang. Ahmed dan Hayya teman flatku, datang memasakkan bubur. Tapi lebih enak bubur di Indonesia. Dek, tentang gadis yang pernah aku ceritakan. Namanya Nara.. Bagaimana kabar dia sekarang? Semoga dia selalu sehat disana dan tidak mengalami sakit seperti aku disini. Aamiin."

Baghdad and Madinah Where stories live. Discover now