DUA PULUH DELAPAN

1.5K 281 150
                                    

*Pekan ketiga*

Nara hanya selewat lalu, melihat chat di grup kantor milik Sita.

Sejak bergabung satu minggu lalu, hati kecilnya sebenarnya bertanya. Mengapa Kak Zhafran memakai nama Baghdad.

Apakah itu hanya suatu kebetulan. Dulu sewaktu Nara kecil, dia pernah diajak almarhum Ayah berkeliling ke hotel dan gedung perkantoran, untuk menawarkan kain. Kebanyakan kain akan digunakan untuk tirai di hotel dan seragam perkantoran.

Ayah pandai berbisnis, namun di sisi lain, Ayah terlalu baik dan mudah percaya dengan orang lain. Sampai akhirnya bisnis Ayah didera kebangkrutan, karena diimingi investasi di perusahaan temannya. Kabarnya itu proyek pabrik yang baru akan berdiri. Ayah diminta membuat seragam karyawan pabrik yang katanya adalah pabrik baja terbesar se-Asia.

Ayah menitipkan uang ke temannya untuk membeli kain, namun ternyata uangnya dibawa kabur. Ibu telah membujuk Ayah agar kasusnya diusut ke polisi. Namun Ayah menolak karena tahu, pasti temannya ada alasan tersendiri dan tidak bermaksud melakukan penipuan.

Waktu Ayah masih di puncak kesuksesan, Nara masih di sekolah dasar. Dia menunggu Ayah yang masih rapat di dalam gedung. Dia mudah bosan dan Ibu membawakannya buku cerita.

Nara paling suka kisah Nabi Muhammad dalam buku bergambar dan sedikit tulisan. Sehingga dia bisa mengembangkan imajinasinya sendiri, membayangkan kondisi jaman dulu seperti apa.

Tapi tiba-tiba saja ada anak lelaki yang datang mendekati. Sebenarnya Nara merasa terganggu. Tapi karena anak lelaki itu berbadan tinggi besar lebih dari dirinya, gadis itu pura-pura berani. Dia bermaksud mengusir anak lelaki itu. Supaya tidak mengganggu keasyikannya membaca.

Jadi dia sengaja membahas tentang orang kaya raya. Karena Nara melihat sepertinya anak lelaki ini dari penampilannya, seperti anak orang kaya. Lihat saja kaos bergambar Avengers made in USA dan celana denim biru tua.

Nara sengaja mengatakan ke anak lelaki itu, kalau orang kaya itu kelak akan ditanya sama Allah, uangnya didapat dari mana. Dia pernah mendengar Ustadzah di Taman Pendidikan Al-Qur'an dekat rumah, bercerita demikian.

Dia sengaja menakuti anak lelaki itu, agar tidak lagi mengganggunya. Tanpa dia duga, keesokannya bertemu lagi. Mereka akhirnya 'terpaksa' berkenalan. Tentu saja Nara tidak mengenalkan nama aslinya. Dia mengatakan namanya Madinah dan lelaki itu mengatakan namanya Baghdad.

Nara mencoba menghapus ingatan masa lalunya.

Tidak mungkin kan, Kak Zhafran itu Baghdad? Kalau benar, berarti mereka bertemu lagi setelah sekian lama. Lagipula, wajah anak-anak itu dalam kisaran enam tahun saja, sudah banyak berubah. Nara mana ingat, dulu wajahnya Baghdad itu seperti apa.

Tapi yang Nara ingat, anak lelaki bernama Baghdad itu membuatnya tertawa karena tidak mau mengaku dia anak orang kaya. Hanya karena anak lelaki itu takut nanti di akhirat, ditanya sama Allah, uangnya berasal dari mana.

Nara selesai memasukkan nilai ujian tengah semester anak-anak dan akan memasukkannya ke website sekolah. Pikirannya jadi lebih ringan karena kemarin, Pak Dewantara berkunjung ke sekolah dan meminta maaf mengenai pemutusan kerjasama magang secara sepihak.

Sekarang, perusahaan Kak Zhafran sudah mengambil alih. Nara juga meminta maaf ke Pak Dewa, karena memilih bekerja sama dengan pihak lain. Di sisi lain, dia terharu ketika melihat Yosi pulang bersama Ayahnya. Ayah dan anak itu pulang bersama naik sepeda. Pak Dewa membelikan Yosi sepeda baru.

Semangat belajar muridnya itu pun, sudah kembali. Yosi akan kuliah di Jakarta, karena itu dia sungguh-sungguh belajar.

"Assalaamu'alaikum Bu Nara, saya duluan ya."

Baghdad and Madinah Where stories live. Discover now