Chapter 2

1.5K 202 19
                                    

Suasana kantin yang semakin meriah setiap detiknya, tidak membuat Gulf menghentikan langkahnya untuk segera pergi dari sini. Hal satu-satunya yang ingin Gulf lakukan saat ini adalah pergi ke kamar asramanya dan bolos kelas. Dia sudah muak dengan apa yang ada di sekolah ini. Nafsu makannya pun lenyap begitu saja, padahal ia belum makan apapun dari pagi tadi.

Di sisi lain, Gulf tidak menyadari jika dirinya sedang diawasi oleh seorang laki-laki yang sepantaran dengannya. Gulf terus melangkahkan kakinya tanpa hendak berhenti sedikitpun.

"Hey, bung. Apa yang kau lamunkan?" tanya seseorang yang mengambil tempat di sebelah laki-laki tersebut.

Laki-laki itu terus menatap seseorang yang menurutnya berjalan dengan tatapan penuh kebencian. Dia merasa penasaran dengan orang itu.

"Apa kau melihatnya, Bill?"

"Siapa?"

"Laki-laki itu!" Ia menunjuk seorang laki-laki yang ia maksudkan.

"Oh, dia. Dia si pembuat masalah."

"Apa kau tau dia? Ceritakan padaku apa yang kau tau!"

"Tidak banyak. Namanya Gulf. Dia suka membuat onar dan sangat tempramen. Jangan dekati dia. Dia tidak baik," balas teman karibnya, yaitu Bill. Bill sudah mengingatkannya agar tidak mendekati Gulf, tapi ia tidak mendengarkan ucapan temannya itu. Ia malah tersenyum.

"Kurasa aku menyukai orang itu," gumam laki-laki itu tanpa sadar. Ia menyukai Gulf dalam satu kali pandangan. Menurutnya, tatapan mata Gulf sangat seksi.

"Apa?" tanya Bill meminta pengulangan. Bill rasa, Mew mengatakan sesuatu yang sangat penting namun ia tak begitu jelas mendengarnya.

"Ah, lupakan. Aku pergi. Aku harus melakukan sesuatu. Katakan pada Miss Brenda, aku sedang tidak enak badan." Mew membangkitkan tubuhnya dan segera merapikan makanan yang belum sempat ia habiskan.

"Eh, kau mau kemana? Makananmu kan belum habis." Bill mencegah Mew agar tidak pergi meninggalkannya namun gagal. Mew tetap kekeh dengan pendiriannya.

"Aku harus pergi. Bye!"

Gulf terus berjalan sambil mendongakkan kepalanya dan hal itu membuatnya terlihat arogan dan sombong. Semua orang yang berada di sana menatap Gulf selama beberapa detik lalu berbisik ke orang yang duduk di sebelah mereka. Terlihat sekali jika mereka sedang membicarakan Gulf, namun Gulf tidak bodoh. Dia segera menyadari jika dia menjadi buah bibir mereka.

Bruakk!

Gulf memukul meja kantin tersebut dengan keras dan sontak orang-orang yang duduk di meja tersebut kaget bukan main. Salah satu dari mereka bahkan tersedak makanan dan akhirnya memuntahkan apa yang ia makan.

"Masih berani berbicara hal yang buruk tentangku?" ucap Gulf pelan namun tersirat ancaman. Mereka tidak berani menatap wajah Gulf yang sangat menakutkan itu. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menunduk tanpa berniat membela diri sama sekali.

"Maaf," ucap salah satu gadis di sana. Gadis itu bahkan terlihat gemetar dan menangis diperlakukan seperti itu oleh Gulf. Gadis itu mengusap air matanya pelan dan terus menundukkan kepalanya.

"Dasar wanita cengeng!" hina Gulf sedemikian rupa. Bibirnya membentuk sebuah senyuman penghinaan yang ia tujukan pada sekumpulan manusia pengecut di sana.

"Aku tau kalian membicarakanku, kan? Kau pikir aku bodoh? Asal kau tau. Jika sampai aku tau kalian membicarakanku lagi, maka aku tidak segan-segan menggantung diri kalian dengan kepala kalian yang terbalik. Mengerti?" ancam Gulf tidak main-main. Ia meraih wajah salah satu gadis di sana lalu mengelus pipinya pelan. Gulf memainkan mata saat melakukan hal tersebut sampai akhirnya ia menarik rambut gadis itu hingga ia meringgis kesakitan.

"Tolong jangan sakiti aku. Aku minta maaf. Aku menyesal melakukan itu padamu. Kumohon pergilah. Aku tidak akan membicaranmu lagi aku janji."

Gulf menghempaskan kepala wanita tersebut kasar dan pergi meninggalkan mereka. Namun sebelum benar-benar pergi, ia menendang meja tersebut hingga menghantam perut mereka. Untuk yang kesekian kalinya, mereka meringgis kesakitan.

"Hey, apa yang coba kau lakukan, huh?" Seseorang tiba-tiba menahan tangan Gulf saat Gulf hendak pergi. Gulf menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang berani menghentikan dirinya.

"Lepas!" titah Gulf kasar. Kekuatan Gulf ternyata tidak melebihi kekuatan laki-laki yang tengah menahan tangannya tersebut. Gulf tidak bisa melepaskan diri darinya.

"Tidak sebelum kau mengatakannya."

"Aku hanya memberinya pelajaran. Sekarang, lepaskan aku!" suruh Gulf tajam.

Gulf menghela napasnya kasar beberapa kali. Laki-laki itu masih tetap menahan tangan Gulf tanpa hendak melepaskannya sedikitpun.

"Kenapa kau sangat kasar, huh?"

"Apa peduliku? Dengar, orang aneh. Kau ingin melepaskan tanganku sekarang juga atau aku sendiri yang akan menghabisimu?" tantang Gulf serius. Sorot matanya tajam hingga menusuk ke dalam tatapan Mew.

Bugh!

Gulf melayangkan tinjuannya ke perut Mew dengan sekali pukulan. Sontak, pegangan Mew atas Gulf terlepas begitu saja dan hal itu membuat Gulf tersenyum kemenangan.

"Ouch." Mew menyentuh perutnya yang menjadi tempat rasa sakit itu muncul. Mew meringgis kesakitan. Kedua kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya hingga akhirnya ia terjatuh ke tanah.

"Lihat. Aku kan sudah memperingatkanmu. Dasar orang aneh!"

Dan Gulf pergi meninggalkan Mew yang tergeletak di atas tanah dengan perasaan bangga. Gulf tersenyum picik sedangkan Mew mengaduh kesakitan.

"Dia... Brengsek! Ouch... Sakit. Ini benar-benar sakit," ucap Mew sambil memegangi perutnya. Mew tidak main-main, ini benar-benar sakit. Gulf meninju perutnya dengan sangat keras dan Mew rasa hal itu mengenai organ pencernaannya.

GULFI - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang