Chapter 6

1.1K 153 3
                                    

Suara dengkuran masih terdengar meskipun sekarang sudah pagi dan sinar matahari mulai masuk melalui gorden yang dibiarkan terbuka itu.

Dengkuran-dengkuran tersebut semakin terdengar kencang setiap detiknya. Sang empu masih tertidur pulas dengan wajah yang babak belur.

"Ck... Ngghhh... " Suara erangan keluar dari bibir laki-laki tersebut hingga menyebabkan ia terbangun dari tidurnya. Ia menggercapkan matanya beberapa kali dan mengumpulkan seluruh nyawanya.

"Diamlah, Gulf!"

Gulf merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Ia mencoba untuk membangkitkan tubuh untuk melihat apa yang terjadi, namun sebuah tangan berhasil menggagalkannya. Dengan cepat Sean menidurkan kembali sahabatnya itu agar diam. Sean tidak mengijinkan Gulf untuk bangkit.

"Aw... Sakit. Apa yang kau lakukan?"

Gulf melihat wajah Sean yang semakin mendekat ke arahnya. Dia tidak tau apa yang akan Sean lakukan. Yang dia tau saat ini, dia merasa gugup.

"Diam dan tutup mulutmu, Gulf. Aku hampir selesai."

"Ngghh... Sakit, Sean brengsek!"

"Makanya diam! Jangan bergerak-gerak. Aku jadi susah, nih!"

"Ck! Lepaskan, Sean!"

"Tunggu dulu, Gulf. Diam dan biarkan aku melakukan tugasku!"

"Sakit, bodoh! Cepat menyingkir dariku!"

"Nah, sudah. Aku sudah selesai."

"Apa yang kau lakukan, sih?"

"Mengobati lukamu, dasar idiot. Lain kali jika kau ingin tidur, setidaknya obati dulu lukamu dan jangan langsung tidur. Oh astaga, kau sudah besar, Gulf. Perbaiki pola kebersihanmu!"

Dengan cepat Gulf menyentuh bibirnya dan melihat pantulan wajahnya pada cermin di sana. Sean telah mengobati luka-luka yang ada di seluruh wajahnya dengan telaten. Luka-luka tersebut bahkan hampir memudar.

"Oh, terima kasih."

"Kenapa dengan wajahmu? Bertengkar lagi?"

"Tidak. Aku diserang."

"Diserang? Kau? Siapa yang berani menyerang orang pemarah sepertimu? Ya ampun. Dia sangat berani. Katakan, siapa orang yang sudah menyerangmu, hah? Biar aku hajar dia habis-habisan!" ucap Sean berlebihan.

"Ah, sudahlah. Tidak penting. Aku mau berangkat sekolah dulu."

Gulf meraih handuk yang tergantung di atas kursi dan meletakkannya di bahu kanannya. Gulf berjalan melawati Sean hingga ia sampai di ambang pintu.

"Hey, katakan dulu siapa yang menyerangmu, Gulfi!"

"Aku mau mandi. Bye!" kata Gulf sambil membuka pintu kamar.

"Ck, Gulf! Katakan!" teriak Sean meminta kejelasan. Sean masih berusaha mengetahui siapa yang menyerangnya malam tadi, namun sia-sia. Gulf sudah menghilang.

"Oh, iya. Terima kasih sudah mengobati lukaku," jawab Gulf dari kejauhan. Sementaranya Sean hanya mendengus kesal. Gulf sangat cuek, bahkan pada sahabatnya sekali pun. Dia bahkan tidak meminta maaf karena sudah meniduri ranjang milik Sean. Gulf benar-benar acuh.

Gulf berjalan melewati pekarangan bunga yang ada di sekolahnya. Ia melewati bunga-bunga tersebut sambil menikmati suasana pagi hari yang masih segar. Ia mencoba mengambil napas dalam-dalam, namun sebelum ia menghembuskannya, suara rintihan keluar dari bibirnya yang keluh.

GULFI - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang