Chapter 19 | Cerita masa lalu

21.7K 1.6K 37
                                    


***

H

appy Reading!

***


19. Cerita masa lalu

Seminggu sudah Lea tak pernah aktif mengurus Aarav, dia hanya sibuk mengurus Aleya. Setiap pagi dia hanya datang dan menyiapkan Aleya, memberikan Aleya sarapan dan mengantarkan Aleya pergi sekolah. Aarav? Lea selalu mengabaikan Aarav di manapun mereka bertemu.

Apa yang terjadi dengan Lea? Kenapa dia mendadak cuek pada Aarav? Apa karena perkataan Aarav waktu atau karena Aarav tak memberitahu penjelasan tentang Youra dan dia? Semuanya masih jadi misteri di pikiran Aarav. Namun, Aarav tak mau ambil pusing, dia ikut cuek pada kelakuan Lea yang mengabaikannya.

"Mom, Aya mau sarapan di suapin papa," pinta Aleya.

"Yaudah sana panggil papa, Mom mau cek buku PR Aya dulu."

Lea dan Aarav memang seperti kucing-kucingan, Aleya tahu jika kedua orang itu saling menghindar. Namun, Aleya berusaha menyatukan keduanya kembali seperti dulu, karena Aleya sudah menganggap Lea adalah ibunya—ibu kandungnya sendiri.

"Papa, suapin Aya," pinta Aya.

"Mom mana?"

"Mom lagi di ruang tengah."

"Yaudah, ayo sini Papa suapin." Aarav menyuapi Aleya dan tak lama kemudian Lea datang membawa satu buku PR Aleya yang ada beberapa jawaban salah.

"Aya, bisa ula—" ucapan Lea terhenti saat sadar jika di sana ada Aarav juga.

"Apa, Mom?" sahut Aleya.

"Nanti aja di mobil, Aya makannya cepat ya, nanti telat," ujar Lea yang kemudian pergi dari sana.

"Papa, mom marah ya sama Papa?"

***

Lea memainkan ponselnya saat dia menunggu Aleya sekolah, Lea yang dulu mau saja berbaur dengan ibu-ibu kini malah malas dan asyik sendiri.

"Kamu Lea guru privat Aleya, benar?" tanya seorang wanita bermata sipit.

"Anda ...."

"Saya Youra, Ibu kandungnya Aleya."

Youra dan Lea duduk di sebuah kafe tak jauh dari PAUD tempat Aleya bersekolah. Lea terus menatap Youra, dia masih bingung dengan semuanya.

"Kamu pasti bingung 'kan kenapa aku muncul padahal udah bertahun-tahun Aarav mengatakan bahwa aku ini meninggal," ucap Youra.

"Iya."

"Aku baru saja tiba di Indonesia saat hari di mana kita bertemu di Markas TNI tempat Aarav bekerja dan aku baru tahu dari Aarav jika Aya dekat denganmu."

"Dari Aarav?" ulang Lea.

"Iya, setelah kami bertemu di Markas TNI. Aarav dan Aku sering bertemu dan membicarakan soal putri kami. Aarav banyak cerita mengenai kedekatan kalian."

Bertemu? Ternyata dia benar-benar nggak bisa move on dari mantannya ini.

"Bisa kamu ceritakan bagaimana bisa kalian bercerai dan kenapa kamu tega meninggalkan Aya di saat dia berumur 4 bulan?" tanya Lea.

"Kamu tahu darimana soal ini? Apa Aarav menceritakannya padamu?"

"Nggak, dia nggak pernah cerita apa-apa. Aku hanya tahu saja."

Youra mengulas senyum miris. "Itu adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupku. Seharusnya kami tidak menikah secara terburu-buru dan berakibat semua ini."

"Maksudmu?"

"Aku adalah seorang mualaf, ayahku nggak setuju dengan itu. Dia bersikeras menjodohkan aku dengan anak kolega bisnisnya di korea, aku yang pada saat itu sudah beragama muslim harus menolak kemauan ayahku itu, tapi aku hanya bisa menolak jika aku memiliki suami pilihanku sendiri dan bodohnya aku meminta itu pada Aarav. Ya memang awalnya kami saling mencintai, tapi pernikahan tanpa restu dan sepengetahuan orang tua pihak laki-laki membuat semuanya berantakan."

"Kalian ni–nikah sirih?"

"Nggak, aku dan Aarav menikah resmi, tapi kami tidak menikah di kantor seperti selayaknya pasangan abdi negara. Di catatan kantor Aarav masih tercatat lajang pada saat itu. Awalnya pernikahan kami lancar, hingga aku hamil Aya."

"Lalu?"

"Beberapa bulan mungkin sekitaran dua bulan aku mengandung Aya, tiba-tiba orang tua Aarav datang. Aku ingat jika mama Aarav tak menyukai aku karena dia berpikir akulah penyebab kebangkangan anaknya. Memang benar, akulah yang menyebabkan Aarav tak menghargai orangtuanya. Namun, di antara keluarga Aarav hanya ayah Aarav saja yang pro padaku. Dia menyuruh aku dan Aarav agar kembali ke Jakarta untuk tinggal di sana dan menikah secara kantor."

"Setelah kami menikah kantor, ternyata di sanalah titik tersulitku," lanjutnya.

"Ada apa dengan masa itu?"

"Ibu-ibu persit di sana tidak pernah menganggapku bahkan mereka selalu mengacuhkan aku. Pernah sekali aku berbuat salah agar aku ditegur dan di perhatikan. Setidaknya aku berharap setelah aku melakukan kesalahan ini mereka akan melihat aku, tapi ternyata semuanya kacau."

"Karir Aarav hampir hancur karena kesalahanku, yang membuatnya juga tercoreng nama baiknya. Aku juga di-bully dan digosipi oleh ibu-ibu persit lainnya," lanjutnya.

"Memangnya Mbak Youra bikin kesalahan apa?"

"Aku pergi ke Clubbing dan tertangkap oleh polisi yang patroli malam."

"APA?" kaget Lea, "Eh sorry, Mbak. Aku nggak sopan tadi."

"Nggak apa-apa, kekagetan kamu mengingatkan aku pada ekspresi kaget tante Kayla."

"Lalu kenapa kamu malah memilih cerai?"

"Karena selalu di bully dan rasa bersalah yang menyelimuti, aku jadi depresi. Sebenarnya Aarav tak pernah sekalipun menyalahkan aku atas penurunan pangkatnya, tapi aku sebagai istrinya merasa buruk karena kesalahanku, suamiku menjadi kesusahan."

"Karena itu kamu minta pisah?"

"Aku yang merasa buruk ini tiba-tiba berubah posesif dan menuntut, aku mendadak menjadi pribadi pencemburu. Saat itu aku melihat Aarav berbicara dengan salah satu Kowad dan setelah itu kami bertengkar di rumah masalah cemburu aku terhadap Kowad tadi. Semakin lama aku semakin gelisah, aku semakin depresi dan akhirnya saat aku melahirkan Aya, beberapa bulan setelah itu aku pergi meninggalkan Aarav dan Aya ke Korea dan mengirimkan surat perpisahan pada Aarav saat aku singgah di Bali."

"Jadi kamu yang ninggalin mereka?" Lea tak percaya.

"Ya," sendu Youra.

"Aku nggak pernah menyangka gadis berpendidikan seperti kamu ini di kalahkan oleh kata-kata orang lain? Bahkan kamu nggak mikir dua kali untuk ninggalin bayi dan suami kamu yang jelas-jelas mereka nerima kamu apa adanya."

"Saat itu aku sangat kalut dan tak bisa memikirkan apa-apa lagi selain pergi dari kehidupan Aarav."

"Apa dengan pergi meninggalkan mereka kamu bisa merasakan kebahagian? Aku rasa enggak."

"Kamu benar, aku saat ini merasa sangat bersalah pada Aarav maupun Aya. Aku ingin dekat dengan mereka kembali."

"Apa kamu yakin mereka mau?"

"Aku yakin jika kamu mau membantuku dekat dengan Aya."

"Maksudnya?"

"Tolong bujuk tante Kayla agar memperbolehkan aku bertemu dengan Aya."

***

The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now