Extra-bab 1

5K 287 2
                                    

***

HAPPY READING!

***

Extra Chapter

"MOM, SEPATU AL DI MANA?"

Hari Senin merupakan hari tersibuk sedunia, termasuk rumah Lea dan keluarga. Apalagi dia memiliki dua orang anak yang menjelang remaja; si sulung Aleya, dan si bungsu Aldebaran.

"Ini sepatunya, makanya kalau pulang tuh simpen barang-barangnya. Jangan asal diamparin aja. Mom juga kan yang beresin," omel Lea yang memberikan sepatu dan membenar dasi putranya. Al sudah masuk sekolah menengah pertama, dia berbeda lima tahun dengan Aleya yang saat ini duduk di bangku SMA.

Al tumbuh menjadi anak yang santun dan juga ceria. Saat hari minggu tiba, kedua anak Lea itu sering diajak pergi oleh Aarav yang sekarang sudah menetap di bagian kantor pusat pangkalan militer. Walaupun di hari-hari biasa Aarav tampak sibuk, tetapi sebisa mungkin dia meluangkan waktunya untuk keluarga di hari weekend.

"MOM, AYA LUPA NGERJAIN TUGAS!" teriak Aleya di kamar sebelah.

"Kakak mah selalu lupa, mau inget juga sengaja di lupa-lupain,"cibir Al.

"Hush, nggak boleh ngomong gitu ah," tegur Lea. Dia beringsut pergi ke kamar Aleya untuk membantu putri manjanya itu.

Gadis berambut keriting yang duduk di bangku SMA itu tampak kesusahan dengan tugas rumahnya yang sudah di berikan seminggu yang lalu. Lea tahu jika sifat Aleya yang kadang suka menyepelekan tugas akan berakhir seperti ini, langsung gesit membantu anak itu menyelesaikan tugas Kimianya.

Aleya masuk jurusan IPA atas keinginan Aarav padahal Lea tahu putrinya itu tidak berbakat dalam dunia sains. Namun, Aarav tetaplah Aarav, selain egois dia juga keras kepala! Mau nggak mau Lea-lah yang kena imbasnya.

"Sudah, kamu pahami semua yang mom kerjain ini, sisanya kamu kerjain sendiri, oke?" ujar Lea.

"Thank you, mom. You are the best!" Aleya memeluk tubuh mom-nya itu.

Lea tersenyum, lalu dia berjalan ke dapur dan mulai menyiapkan makanan yang sudah dia masak sejak subuh tadi. Menyajikan semua hasil masakannya di atas meja makan lalu kembali berjalan ke kamar Aarav— kamar mereka.

Benar dugaan Lea, suaminya itu sudah mengobrak-abrik isi lemari mereka. Lea sudah menebak jika Aarav akan kesusahan mencari barang-barangnya. Walaupun Aarav selalu bilang jika dia bisa hidup tanpa bantuan Lea, tetap saja pria itu tidak bisa membuktikannya.

"Nyari apa sih, Sayang?" tanya Lea yang menepuk pundak suaminya. Aarav berdiri dan menatap Lea dengan dahi mengkerut dan keringat membasahinya.

"Aku nyari lencana aku," ujar Aarav. Lea tersenyum, lalu dia berjalan menuju meja yang sudah dia siapkan untuk menyimpan segala bentuk lencana dan perlengkapan seragam Aarav.

Lea memasang lencana itu di seragam Aarav dengan telaten. "kalau butuh tuh ya ngomong, jangan usaha sendiri. Urusan rumah semuanya kan aku yang tahu."

"Kamu udah kerepotan ngurus anak-anak, masa aku ikut nambahin beban kamu."

"Kata siapa kamu beban? Anak-anak dan kamu itu bukan beban, kalian adalah ibadah buat aku. Mana ada ibadah yang membebani?"

Aarav tersenyum, dia mengecup dalam kening istrinya itu. "Makin dewasa ya, Istriku."

"Yaudah, ayo turun dan sarapan. Nanti kalian telat," ajak Lea.

Mereka turun bersama, di meja makan sudah duduk Al dan Aleya yang sedang asyik sendiri. Aleya sibuk dengan ponselnya yang meng-scroll tiktok dan Aldebaran asyik bermain Among Us.

"Ekhem!" Aarav sengaja berdehem saat tahu jika kedua anaknya asyik sendiri dan tidak menyadari kehadiran mereka berdua.

Buru-buru keduanya menyimpan ponselnya dan cengar-cengir pada Aarav. Setelah itu mereka makan dan berangkat.

Sebagai ibu rumah tangga, Lea tidak berhenti saat kedua putra-putri serta suaminya berangkat. Pekerjaannya masih menumpuk di rumah. Membersihkan rumah yang sangat besar sendirian adalah hal tersulit bagi siapapun, tetapi tidak bagi Lea. Wanita itu sudah bertransformasi menjadi ibu rumah tangga yang kuat dan sigap bahkan disaat ibu-ibu lain sibuk melakukan arisan, Lea malah sibuk mengurus rumah.

Selesai mengurus rumah, Lea lanjut mencuci pakaian dan menyetrika. Dilanjut sampai siang dia harus memasak makan siang sebelum anak-anak dan suaminya pulang. Aarav, Al, dan Aleya akan pulang sekitar sepuluh menit lagi. Lea harus mandi dan berdandan sedikit agar tak terlihat kumel.

Seusai mandi, Lea mendapat pesan dari Aarav jika dia tidak akan pulang siang ini. Dia sedang lembur. Lalu Lea menelepon Aleya agar menyuruh gadis itu untuk pulang dengan temannya. Kalau dengan Al, mungkin Lea akan menyuruh ajudan Aarav untuk menjemput anak itu. Kenapa Lea tak menyuruh ajudannya menjemput kedua anaknya, kenapa hanya Al? Karena Aleya tidak akan pernah mau dijemput ajudan Aarav yang menurutnya akan membuatnya canggung dengan teman-temannya.

Belum sempat Lea menelepon ajudan suaminya, tiba-tiba Lea mendapat panggilan dari pihak sekolah Al. Lea mengangkatnya dan betapa kagetnya dia mendengar pemberitahuan si penelepon yang merupakan bimbingan konseling sekolah Al.

Lea di beritahu jika Al baru saja berkelahi dengan teman sekelasnya. Bagaikan tamparan keras bagi Lea, pasalnya tidak pernah Lea mengajarkan anak-anaknya bersikap seperti itu di luar rumah maupun didalam rumah sekalipun bahkan Aarav yang merupakan figur ayah bagi mereka tidak pernah menganjurkan Al untuk ikut bela diri karena mereka tahu jika di usia Al ini masih labil dalam emosi.

"Bu, menurut pantauan dan kesaksian dari beberapa anak kelas Al. Anak Ibu sudah dua hari ini berperilaku kasar kepada teman-temannya sebanyak dua kali dan juga Al berubah pendiam di kelas," ujar BK.

Lea menghela napasnya. Kenapa semuanya di luar kendalinya?

"Boleh saya bawa putra saya pulang?" tanya Lea.

"Tentu, Bu. Tolong bimbing, ya. Mungkin Al akan mendengarkan ibunya."

Lea mengangguk, dia membawa Al pulang ke rumah. Namun, saat mereka diperjalanan, tepatnya saat di lampu merah Lea kembali dikejutkan dengan kehadiran Aleya yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Namun bukan itu, yang membuat Lea kaget dengan apa yang Aleya lakukan.

Aleya sedang dipaksa merokok oleh teman-temannya. 

***

The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now