Chapter 28 | Penolakan

24.3K 1.7K 33
                                    

***

Happy Reading!

***


28. Penolakan

Hari ini adalah hari spesial bagi Aleya, karena hari ini Aleya akan pentas seni di balai kota bersama anak-anak lainnya termasuk Acira. Aleya sudah memaksa Lea datang sejak H-7 acara dan Lea tak pernah menolak keinginan gadis yang sudah dia anggap anaknya sendiri. Karena hal itu Lea meminta cuti seharian ini pada Zayn, Lea berangkat pagi-pagi bersama Acira, Daraya, Yuki dan Dafa.

Acira si rajanya riweuh nggak berhenti nanya ke Lea soal penampilannya hari ini. Lea selalu sabar menanggapi Acira, beda dengan Dara yang mengacuhkan adiknya itu karena sudah muak dengar celotehnya.

Sesampainya di tempat acara, ternyata lumayan ramai di sana. Banyak anak-anak dari PAUD lain yang ikut berpentas seni di sana.

"Onti, ikut Acira ke ruang dandan, ya!" pinta Acira.

"Hm, ayo!" ajak Lea.

"Kak, Lea temenin Acira siap-siap di ruang make up, ya!" pamit Lea yang dibalas anggukan oleh Yuki dan Dafa.

Di ruang rias, Lea memberi beberapa polesan bedak dan sedikit liptint pada Acira. Setelah dandan bocah kecil yang cerewet itu berkacak pinggang memamerkan dirinya di depan cermin. Lea duduk di dekat Acira sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok Aleya, dia sangat penasaran dengan siapa anak itu ke sini? Apakah dengan Aarav atau malah sama Youra?

"Papa ini salah, ndak gitu pakainya," omel seorang anak kecil yang tak jauh dari Lea duduk.

Lea merasa jika anak itu butuh bantuan pun mendekati anak itu dan benar saja dia adalah Aleya dan Aarav yang bersusah payah memasang kain songket Bali sebagai bawahan baju adat Aleya.

"Mom!" Senang Aleya.

Aarav berdiri saat tahu kedatangan Lea, dia memasang wajah datar walaupun jantungnya berdetak kencang. Aarav memang berubah jadi grogi setiap bertemu Lea, bahkan memikirkannya saja Aarav selalu grogi. Semua itu karena kejadian di hotel waktu itu, dia benar-benar dibuat skakmat oleh Lea.

"Aya pakai baju adat Bali?" tanya Lea.

"Iya, Mom. Liat deh Aya cantik, 'kan?" tanya Aleya yang memutar tubuhnya memperlihatkan seluruh pakaiannya dari setiap sudut.

"Bagus, sayang. Sini biar mom yang bantu siapin Aya."

"Papa, duduk aja. Mom yang bantu Aya," titah Aleya.

Aarav menurut saja, dia duduk di sofa tak jauh dari Lea dan Aleya berdiri. Aarav memang tak salah meluangkan waktu datang ke acara ini, selain karena ingin melihat Aleya berpentas benefitnya adalah dia bisa melihat Lea yang lama.

Ah, Aarav sudah seperti anak remaja dimabuk cinta!

"Sudah, Aya ke sana ke cermin yang ada Aciranya. Aya lihat apa yang kurang, ya."

Aleya berlari menemui Acira, kedua bocah itu saling memuji satu sama lain. Tahu jika Lea sendirian, Aarav bangkit dan mendekati Lea.

"Makasih karena udah bantu Aya," ucap Aarav.

"Nggak masalah, lagian dia udah kayak anak aku kok," balas Lea.

"Lea aku ingin bertanya sesuatu."

Lea membalasnya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu ada rencana ingin dilamar dibulan ini?"

"Hah?" kaget Lea.

Aarav melirik pada kedua bocah yang sudah hendak pergi dari ruang make up, di sini hanya ada Aarav dan Lea. "Aku sudah yakin dengan perasaanku. Lebih baik cepat mengatakannya sebelum aku keduluan mantan kamu," ucap Aarav bertele-tele.

"Kamu kenapa, sih? Mau ngomong apa, aku nggak paham!"

Aarav memojokkan Lea ke dinding, Lea benar-benar takut dengan ekspresi serius Aarav. Setelah punggung Lea menyentuh tembok, salah satu tangan Aarav memerangkap tubuh Lea sedangkan tangan satunya lagi di masukkan ke saku celana bahannya.

Aarav mendekati wajahnya ke Lea dan mengecup singkat bibir Lea.

Buset dah ini laki maen nyosor baek!

"Ku-kurang ajar!" cercah Lea.

"Itu bukti kalau aku sudah suka sama kamu. Mulai dari bibir itu aku sudah memasang cap hak milik diri kamu untuk aku. Kamu hanya punya Aarav mulai sekarang," ujar Aarav terdengar posesif.

Lea masih dengan keterkejutannya menatap tak percaya dengan perlakuan Aarav kali ini.

"Heh! Enak aja, kamu nggak ada hak apapun atas ak—" Belum selesai Lea bicara tiba-tiba saja Aarav menyosor lagi mengecup bibir ranum Lea sangat lama.

"Berani ngebantah, aku nggak yakin bakalan nggak khilaf," ucap Aarav dengan senyum miring.

Lea tolong dong kakinya bisa di ajak lari! Ini Aarav nakutin banget!

"Ja–jangan macem-macem!"

"Kalau begitu terima aku jadi suami kamu," ucap Aarav.

Double kill!

"Kamu benar-benar udah buat aku nggak bisa tidur, kamu buat aku jatuh cinta untuk pertama kalinya setelah berpisah dari Youra," lanjutnya.

"Kamu bercanda, 'kan? Nggak lucu tahu!" terka Lea.

"Nggak, memangnya kamu pernah lihat aku bercanda?"

"Enggak, sih," gumam Lea.

"Jadi jawabannya?" tanya Aarav.

Lea menatap Aarav penuh ragu, dia belum yakin apakah jawaban ini benar. Namun, Lea yakin ini terbaik untuk kehidupan Aleya, hal paling bahagia bagi seorang anak adalah berkumpul bersama kedua orang tuanya dan Lea tak bisa mengambil atau merubah hal itu dari Aleya. Karena Lea orang luar dan akan tetap begitu selama Youra ada.

"Maaf, aku nggak bisa," tolak Lea.

Tolakan yang Aarav terima kali ini membuat hati dan egonya tergores. "Lea, kamu pikirkan kembali. Aku nggak pernah meminta dua kali," pinta Aarav.

"Aku yakin kok, aku nggak bisa terima lamaran Mas Aarav, karena sampai kapanpun aku hanya orang asing seperti kata Mas Aarav dulu."

"Lea, kamu tau saat itu aku—"

"Nggak! Aku tetap nggak mau," kekeh Lea.

"Oke, tapi kasih aku satu alasan kenapa kamu menolaknya?"

"Karena aku tahu wanita, aku tahu betul perasaan cinta yang diabaikan," ucap Lea.

"Tanpa Mas Aarav sadari, dengan menolak kembali bersama Mbak Youra membuat hancur kebahagiaan anak kalian. Kebahagiaan seorang anak terletak pada kebahagiaan kedua orang tuanya. Mbak Youra saat ini tak bahagia, itu terlihat dari dia yang diam di ambang pintu saat ini," ujar Lea menunjukkan ambang pintu ruang rias yang berdiri Youra dengan raut sedih.

"Mas Aarav, aku nggak bisa jadi orang ketiga di keluarga kecil Aya," lanjut Lea.

***

The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang