Extra-bab 3 [Final]

6.9K 328 3
                                    

***

HAPPY READING!

***

EXTRA CHAPTER FINAL

Lea keluar dari kamarnya setelah menenangkan dirinya. Rupanya sudah menjelang malam. Lea berjalan menuju dapur, di sana makanan yang dia buat tadi siang masih tersaji di meja makan seakan tidak tersentuh sama sekali. Berarti Aarav, Al dan Aleya belum makan siang sampai sekarang. Lea benar-benar merasa jika perannya sebagai ibu dan istri sangat tidak baik.

Lea merapihkan meja makan dan memasukkan semua makanan ke kulkas, mungkin hari ini tidak akan ada yang mau makan masakan Lea. Saat hendak membuka kulkas, dia menemukan secarik kertas note terselip di magnet hiasan kulkas. Lea menariknya dan membaca isinya.

Datanglah ke kebun belakang rumah, ada yang mau aku bicarakan.

—Aarav.

Lea berdebar membaca pesan dari Aarav, apakah Aleya tak memaafkannya walaupun Aarav sudah berbicara padanya? Pikiran negatif terus menyerang diri Lea, membuat dirinya semakin down dengan pikiran-pikiran yang dia ciptakan sendiri. Untuk menetralisir rasa berdebarnya, Lea menghela napasnya dan bergegas ke bagian belakang rumah mereka ini.

Di kebun belakang rumah, memang disana beberapa hari yang lalu sudah di rapihkan dan di hias untuk tempat berkumpul jika suntuk. Beberapa tanaman di tata rapih dan ada sebuah ayunan besar yang cukup bisa dinaiki tiga sampai empat orang, tak lupa ada beberapa kursi yang ditata untuk sekedar tempat minum teh bersama.

Kini ada yang berbeda, seharusnya di taman itu belum terpasang lampu apapun. Namun, kenapa sekarang terpasang lampu-lampu hias? Ada sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah kotak dan jalannya di penuhi kelopak bunga mawar.

"Ck! ini pasti kelakuan tetangga nih. Buang bunga ke rumah orang, awas aja nanti gue marahin!" geram Lea yang malah berprasangka buruk sama tetangga.

Lea berjalan mendekati meja itu dan meraih kotaknya. Sebuah kotak berwarna putih yang diikat pita merah. Lea membukanya dan yang pertama kali dia lihat adalah sebuah frame fotonya bersama anak-anak dan suaminya. Ini foto studio beberapa hari yang lalu saat Aarav naik pangkat. Ya, kami memang selalu mengabadikan setiap momen langka dengan foto studio bersama. Setahu Lea memang hari ini foto itu keluar, tetapi dia belum sempat mengunjungi tempat foto itu, lalu siapa yang mengambilnya dan memasangnya di bingkai secantik ini?

Air mata Lea mengalir saat dia membaca kartu ucapan yang terselip di sana.

Dear mommy,

Seperti pelita dalam rumah, kau adalah lampu bagi kami. Menerangi dunia kami yang mungkin akan suram dan antah berantah tanpamu. Mungkin kami seringkali dibutakan akan masalah di luar rumah, merasa jika nasihat-nasihatmu hanya keformalitasanmu sebagai seorang ibu. Namun, kau adalah ibu. Tidak ada ibu di dunia ini yang berpura-pura khawatir pada anaknya.

Kami tau sudah berapa banyak kesalahan kami yang membuatmu terluka, merasa kecewa, dan kerap kali merasa gagal menjadi sosok ibu bagi kami. Namun, itu bukan hanya salahmu, kami turut andil dalam kegagalan itu, tapi mau seburuk apapun diri kami, kau akan tetap menerima kami, mengulurkan tanganmu menerima kami dengan tulus.

Lalu apakah kamu bisa menerima baik buruknya dirimu, mom?

Maafkan kami karena kami telah menilaimu buruk, kami hanyalah seorang anak yang belum paham akan dunia luar. Kami seorang anak yang hanya merasa terkekang dengan kasih sayangmu. Walaupun kami tau, perasaan sayangmu yang berlebihan itu bukanlah sebuah kesalahan. Kami mengakui jika kami ini bersalah, Mom.

Janganlah marah pada kami anakmu jika suatu saat kami melakukan kesalahan, karena pada hakikatnya seorang anak butuh bimbingan dan orang tualah yang menuntun.

Terlalu banyak kata maaf yang kami tuliskan di sini sampai kami lupa menuliskan kata yang membuat seluruh dunia menyatu.

Kami sangat menyayangimu, Mom.

Sejak kami lahir maupun sampai saat ini kami bisa berdiri sendiri, kami akan selalu mengingatmu sebagai sosok yang berharga dan sosok Dewi kami. Sosok ratu yang tak pernah bisa kami balas kebaikannya.

We love you, mom!

Dari kami,

Anak-anakmu.

Lea menangis, dia benar-benar terharu dengan tulisan hasil karya kedua anaknya itu.

"Mom, happy mother's day!" ujar Al yang berjalan bersama Aleya yang membawa sebuah kue.

Lea memandang haru kedua anaknya itu.

"Maafkan kami hari ini membuat harimu berat, Mom." Al membuka mulutnya. Lea mengecup kening putranya itu.

"Maafin Aya juga, Mom. Nggak seharusnya Aya ngomong sekasar itu sama Mom. Maaf, karena sudah buat Mom nangis," ujar Aleya menunduk.

"Hei, jangan maruk dong minta maafnya. Mom juga harus kebagian minta maaf juga, 'kan?" ucap Lea yang tersenyum disela tangis harunya.

Ketiganya berpelukan.

"Terima kasih telah menjadi Mom terbaik untuk kami, Mom," ujar Aleya dan Al.

"Terimakasih juga karena kalian sudah mau menjadi anak-anak Mom yang manis, Mom sangat-sangat menyayangi kalian," balas Lea.

"Papa nggak diajak?" tanya Aarav yang datang membawa sebuah bunga.

"Mas Aarav? Mas juga?"

"Iya dong, kamu kira yang beli ini semua siapa? Al? Aya? Tentu aku yang membiayainya sebagai seorang Ayah dan suami."

"Tapi tunggu, bukannya kalian marah sama Mom?"

"Awalnya iya, tapi karena Al nasihati Aya waktu mom bicara sama papa. Aya jadi paham di mana letak kesalahan Aya. Terus Al bilang kalau hari ini adalah hari ibu, jadilah kami minta maaf sambil merayakan hari itu." Aleya menjelaskan.

Lea mengecup pipi kedua putra-putrinya yang sangat manis ini.

"Mom jangan cium Al terus, Al kan sudah besar!" protes Al.

"He-eh, masa dicium mom aja nggak mau? Papa aja malah suka maksa mom buat dicium!" ucap Aarav.

"Kalau papa beda konteks!"

"Mom suka hadiahnya? Btw, Aya yang bikin lho bingkainya pas pelajaran seni budaya," aku Aleya.

"Suka banget. Oh yah? Pantas saja bagus, ternyata buatan anak gadisnya Mom, sini peluk dulu!" Lea memeluk tubuh Aleya yang semakin besar.

"Mom, sumpah Aya laper banget, bisa nggak acara peluk-peluknya di pending bentaran? Aya mau makan kuenya."

"Oh, yaudah ayo makan dulu kuenya."

"Selera kak Aya buruk, kue kayak gini dibilang enak!" cercah Al.

"Heh, kamu aja yang seleranya rendahan!"

Seperti biasa kedua anak Lea dan Aarav itu akan bertengkar dengan alasan yang sepele. Namun, momen inilah yang membuat Lea maupun Aarav merasa tenang dan bahagia.

Lea memeluk Aarav yang berdiri menjauh dari kedua anak mereka. Lea menyenderkan kepalanya di dada Aarav yang memeluknya dengan erat.

"Terima kasih telah menjadi ibu bagi anak-anak ku, Lea," ujarnya."Terima kasih telah mencintai kamu sepenuhnya."

"Aku mencintaimu, Alea Camella."


***

Ending ya Guys, makasih udah baca sampai selesai untuk extra-partnya:)

Jangan lupa baca ceritaku yang baru ya, hehe

Sampai jumpa di lapak cerita sebelah, papa!❤️

🎉 Kamu telah selesai membaca The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT] 🎉
The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang