|13|

4.9K 517 101
                                    

Gagal, gagal, gagal. Itu lah yang membuat Leon kesal setengah mati pagi ini.

Leon kesal bukan kepalang, dia ingin menonjok Papah nya itu, tapi takut dosa. Jadi dia pendam rasa kesal nya itu.

Eugh..

Leon merasakan ada tangan yang melilit di pinggang nya, perlahan dia membuka matanya menyesuaikan cahaya lampu.

"Papah.. "

Leon menatap David beberapa detik, hingga..

"Good morning Pa.. "

Cup..

Sepertinya Leon masih melancarkan rencana nya yang semalam.

Tapi, David masih memasang wajah datar nya itu.

"Pah, maaf.. " cicit Leon.

"Leon salah maafin Leon pah.. " sesal Leon dengan menatap David memohon.

"Mandi. " satu kata yang keluar dari mulut David.

"Hah? "

"Mandi, turun ke bawah makan! "

"Manja kamu itu, tipu muslihat. "

David beranjak dari sana dan keluar dari kamar Leon.

Leon menarik napas panjang, berusaha menetralkan emosi nya. Dia harus lebih giat usaha nya untuk mendapatkan maaf dari Papah nya itu.

Mendapat maaf dari David aja susah, apa lagi dari Richard.

Akhh...

"Ini bahu bangsat bener sih, nyusahin lo. "

Bugh..

Leon memukul bahu nya sendiri saking kesal nya.

"Akh.. " rintih nya.

Sepuluh menit berlalu, Leon turun ke bawah menuju ruang makan.

Yang lainnya sudah pada kumpul di sana, dia duduk di sebelah El dengan tampang yang tidak bersahabat.

Mereka semua memperhatikan Leon sejak tadi saat menuruni tangga sampai duduk. Tapi sampai saat ini tidak ada yang menanyakan keadaannya.

Apakah mereka benar-benar marah?

Dan itu sukses membuat Leon tambah kesal, dia langsung saja melahap makanan yang tersedia tanpa peduli mereka.

°°°

"Pah.. "

Hari ini semua anggota keluarga ada di rumah, mereka tidak ke kantor. Entah kenapa Leon tidak tau lagi pula tidak mau tahu.

Dan kini Leon berada di ruang kerja Papah nya, dia masih berusaha mendapatkan maaf dari Papah nya.

David hanya melirik sekilas, lantas kembali menatap layar laptop nya.

Leon menghirup napas dalam-dalam, "tenang Le tenang, lo gak boleh marah oke. " ucap nya dalam hati.

Leon harus menahan dirinya agar marah nya tidak meledak. Untuk sekarang dia harus mendapatkan maaf dulu dari mereka semua.

"Pah, Leon minta maaf.. "

"Papah..

"Pah..

"Maaf.. Leon minta maaf..

"Hiks.. Maaf, Leon minta maaf hiks.. "

Sontak saja David berdiri dan menghampiri Leon, lantas merengkuh tubuh Leon kedalam dekapannya.

"Hiks.. Maaf.. Hiks.. "

David mengelus punggung Leon, "sstt, Papah udah maafin Leon kok, udah jangan nangis lagi ya jelek. "

David sungguh tidak tega melihat Leon menangis, David sangat menyayangi Leon walau pun di dalam tubuh Leon tidak ada darah dirinya yang mengalir, tapi bagi David tidak masalah. Dia memang benar-benar sangat sayang terhadap Leon, seperti dirinya menyayangi si kembar.

"Yes, berhasil. Hahaha.. " ujar Leon dalam hati.

"Be-neran Pah? "

"Iya, udah jangan nangis lagi. "

"Makasih, Leon sayang Papah. "

"Kalau begitu, Leon keluar dulu ya. Papah semangat kerja nya. "

David mengangguk dan tersenyum.

Oke, mendapatkan David Leon sudah berhasil, setelah itu Leon harus mendapatkan maaf dari Opa Richard.

"Opa dimana? " tanya Leon kepada bodyguard yang kebetulan lewat.

"Tuan besar ada di kamar nya tuan muda. "

"Thanks. "

Leon melangkahkan tungkainya menuju kamar Richard.

"Pasti lagi nganu sama Oma nih. "

Tok..

Tok..

Tok..

"Opa.. "

Ceklek..

Leon menatap Opa nya, astaga itu wajah masih Setia seperti triplek.

Richard mempersilakan Leon untuk masuk ke dalam kamar nya, ada Jesi juga.

Leon duduk di pinggir ranjang dan menatap Opa nya.

"Opa..

"Leon, Leon minta maaf.. " sesal nya.

Hening beberapa saat, Opa nya tidak menjawab.

"Opa, maaf Leon minta maaf.. "

Richard masih Setia menatap Leon dengan tampang datar.

"Maaf, hiks.. Hiks.. Leon minta maaf Opa. "

"Hiks.. Hiks.. Maaf. "

"Opa gak akan mempan dengan air mata buaya kamu. " ucap Richard dengan nada dingin.

Mata Leon membola, "Opa hiks.. Hiks.. "

"Kembali ke kamar, pikirkan cara lain agar Opa mau memaafkan kamu. "

"Sial! Anjing! " umpat dalam hati.

Leon menuruti perkataan Richard, dia keluar dari kamar Richard dan pergi ke kamar nya.

°°°

L E O NWhere stories live. Discover now