|24|

3.6K 394 103
                                    

Sore ini semua nya sedang berkumpul di ruangan yang dipenuhi dengan berbagai mainan, ada juga berbagai jenis PS, sampai miniatur mobil, pesawat, bahkan gedung, dan juga robot. Dapat Leon yakini kalau tempat ini sering di pakai Daniel untuk bermain. Kalau enggak dia siapa lagi? Secara kan cuma dia anak remaja nya di sini.

Dan sekarang Leon sedang bermain lego city di ps4 pro, itu atas mau nya Daniel. Padahal Leon tidak suka main yang seperti itu, Leon lebih suka main nya yang lebih menantang. Tapi karena Daniel memaksa terus Leon turuti saja dari pada menimbulkan masalah.

Sedangkan yang lainnya duduk di sofa panjang tidak jauh dari tempat kedua pemuda itu yang sedang bermain.

Tak lupa juga sudah di sediakan berbagai camilan dan minuman yang sehat.

"Kak main nya yang bener dong. "

Leon cuma melirik Daniel sinis, dia bermain dengan ogah-ogahan, tidak minat sekali.

"Males ah. " Leon menaruh stik itu agak keras, lantas pergi menjauh dari Daniel.

Daniel kembali meremas dada kirinya dengan kuat, dia menunduk berusaha meredamkan rasa nyeri itu.

Leon yang melihat itu ingin membantu tapi hati nya menolak entah kenapa, ada yang janggal.

Pikiran nya dia ingin membantu Daniel, tapi hati nya lain. Leon harus memilih yang mana, sedangkan mereka entah sengaja atau tidak melihat.

"Lo kenapa sih.. " bentak Leon sambil berbisik di telinga Daniel.

Leon memilih membantu Daniel, untuk sekarang dia tidak mendengarkan dulu kata hati nya. Dia mementingkan dulu rasa empati nya untuk membantu Daniel.

"Sa-kit kak.. "

Ingin sekali Leon menonjok orang ini, sudah di bilang berapa kali juga tidak usah memanggil nya dengan embel-embel kak, tetap saja dilakukan.

"Pa.. "

Jeff menatap Leon, "Kenapa? "

"Daniel.. "

Jeff menatap Daniel sekilas, "Oh kambuh lagi, maaf kita gak lihat. Kamu bawa aja ke kamar nya. "

Gak lihat?

Aneh banget, mereka kan duduk tidak jauh dari kedua pemuda itu, masa tidak melihat kalau Daniel kambuh. Leon saja bisa tau dengan gerak-gerik Daniel kalau anak itu sakit, masa mereka enggak sih.

Leon membawa Daniel untuk ke kamar nya.

Kedua nya harus turun satu lantai, karena kamar Daniel berada di lantai tiga sedangkan mereka sekarang berada di lantai empat.

Sesampai nya di kamar Daniel, Leon membantu merebahkan tubuh anak itu.

"Lo sakit apa sih? " tanya nya dengan nada membentak.

"Ak-u, aku jantung kak.. "

"Iya gue tau lo punya jantung, kita semua punya jantung. Kalau gak ada jantung masa bisa hidup. "

"Jan-tung bo-cor kak.. "

"Ohh, get well soon. "

Setelah berucap seperti itu Leon langsung pergi dan kembali ke kamar nya.

°°°

Jam menunjukan pukul lima tiga puluh sore waktu setempat, Leon meraih ponsel nya yang berada di atas nakas. Dia menghitung terlebih dahulu, jam nya. Disini jam setengah enam berarti di Indonesia jam setengah lima pagi.

"Ah, mungkin Mama udah bangun kali. "

Leon langsung mencari nama Mama nya di kontak ponsel nya, setelah ketemu dia memencet ikon berwarna hijau.

Hingga tak lama..

"Halo ma.. "

"Halo sayang.. "

"Mama baru bangun? " karena Leon dapat mendengar suara serak Mama.

"Iya nak. "

"Ma Leon mau videocall dong. "

"Oke tunggu sebentar ya. "

Tak lama ponsel Leon berbunyi, dia segera mengangkatnya.

Mata Leon melotot, "Itu tangan siapa yang meluk perut Mama? " bentak Leon.

"Oh, ini tangan Papa. "

"Lepas Pa! Oy, bangun lepas! "

"Eh halo Leon, sayang. "

"Gak usah cium Mama Leon ya. "

"Tapi ini istri Papa. "

"Awas aja ya, kalau Leon pulang perut Mama udah buncit. Leon bakal gorok leher Papa. "

Tut..

Leon kesal, David memanfaatkan keadaan tidak ada nya Leon.

Berarti dia bisa melakukan apa pun terhadap Yola selama Leon tidak ada.

Ceklek..

Leon mengalihkan atensi nya ke arah pintu, "Papa.. "

Jeff mendekat dan duduk di sebelah Leon. "Ini hadiah dari Papa. "

Jeff memberikan paper bag kepada Leon.

"Ini apa Pa? "

"Kamu buka aja. "

Leon mengambil isi dari paper bag itu, "Ponsel.. "

"Itu untuk kamu. "

"Tapi Leon udah punya. "

"Buang aja. "

Leon menautkan kedua alis nya, lantas menggeleng.

°°°

Sementara di kamar Daniel.

"Ma, Daniel capek.. "

Angel meremas bahu Daniel kuat dan menatap tajam Daniel.

"Kalau sampai-"

"Iya ma enggak. " sahut Daniel cepat.

°°°

L E O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang