|26|

3.3K 375 76
                                    

Alina melepaskan pelukan nya, dia menangkup kedua pipi Leon, "Kalau ada apa-apa hubungi kita ya. Atau langsung ke sini aja ya. "

Leon benar-benar bingung, kok tiba-tiba keluarga nya Ken jadi beda disaat mendengar kata Jeff atau William.

"Mom tau sesuatu tentang keluarga Papa? " tanya Leon spontan. Karena pikiran nya benar-benar dipenuhi berbagai pertanyaan tentang keluarga Papa nya itu.

Setelah mendengar pertanyaan dari Leon, Alina berdeham pelan lalu, "Tidak tau nak. Cuma mereka itu sangat terkenal. Pokok nya sangat-sangat terkenal. "

"Terkenal karena? "

Dapat Leon lihat, Alina sangat gelagapan untuk menjawab pertanyaan Leon itu.

"Ekhem.. Ken lebih baik kamu bawa Leon ke kamar dulu. " suruh Stev.

Ken mengangguk, lantas menarik Leon untuk naik ke tangga.

Ceklek

Leon mendudukan bokong nya di bibir ranjang milik Ken.

"Kamu pasti tau sesuatu tentang mereka? "

Ken yang tadi nya sedang mengganti baju, kini menatap Leon, "Eng-gak, ekhem.. Enggak, gak tau kok. "

Dia masuk ke kamar mandi.

Sambil menunggu Ken keluar, Leon melihat-lihat meja belajar milik Ken.

Di saat sedang melihat-lihat, mata Leon terfokus ke arah bingkai yang berisi foto seorang gadis cantik.

Tangan Leon terulur untuk mengambil bingkai itu, tetapi ada tangan yang terlebih dahulu mengambil bingkai itu.

Ken.

Dia yang mengambil foto itu, dia menatap nya dengan senyum tulus.

Ken duduk di sofa dengan dirinya yang memeluk foto itu. Leon mengikuti Ken dan duduk di sebelah Ken.

"Ken itu.. -"

"Ini adik yang paling aku sayangi Leon.. " ucap nya, dengan pandangan kosong ke depan.

"A-dik? "

"Iya,.. Dia sangat cantik, baik hati, lemah lembut, dia kesayangan kami. " jawab Ken begitu lancar, dengan pandangan yang masih tetap kosong ke depan.

"Terus, adik kamu kemana sekarang?" Leon sangat penasaran.

Ken kini mengalihkan tatapan nya, kini dirinya menatap Leon, "Dia sudah berada di sisi Tuhan. "

"Me-ning-gal? "

Ken mengangguk.

"Adik kamu sakit atau-"

"Dia berumur lima belas tahun, dia bersahabat dengan Daniel. "

Mata Leon membola, "Da-niel? "

"Ya, Daniel, anak dari Jeff Papa kamu. "

Tatapan Ken kembali kosong ke depan, "Enam bulan yang lalu, adik aku main ke rumah Daniel, dia begitu bahagia bisa bermain ke rumah Daniel dan ketemu dengan keluarga nya, karena selama mereka kenal adik aku belum pernah ke sana. Tapi setelah nya begitu menyakitkan bagi kami-" Ken berhenti sesaat, rasa sesak di dada nya menyerang kala ingatan nya kembali mengingat kejadian enam bulan lalu.

"Disaat adik aku pulang, dia... "

Ken menunduk, dia memegang bingkai foto itu kuat.

Leon yang melihat itu lantas mengusap punggung Ken, "Are you okay? "

Ken mengangkat kepalanya dan menatap Leon dengan tersenyum, "Adik ku pulang dari rumah Daniel sudah tidak bernyawa. "

Ken langsung berdiri dan pergi ke balkon untuk mencari udara segara. Sesak di dada nya semakin jadi.

Sementara Leon, dia syok di tempat.

Tidak bernyawa?

Daniel?

Rumah?

Apa maksudnya ini. Karena begitu kurang jelas bagi Leon, maka dia menghampiri Ken.

Leon membalikkan tubuh Ken agar bertatapan dengan dirinya, "Ken, maksud kamu apa? "

"Sore itu, ada dua orang pria berpakaian serba hitam datang ke rumah salah satu diantara mereka membawa seorang gadis, ya dia adik ku. Di saat Daddy mengambil alih tubuh adik ku dia merasakan dingin di sekujur tubuh adik ku. "

Ken berjalan masuk dan mendekat ke arah meja belajar, lalu mencari sesuatu disana, "Kedua pria itu pergi tanpa permisi. Adik ku benar-benar sudah meninggalkan ku. "

"Mommy mendapatkan kertas kecil di saku celana adik ku. " Ken menyimpan kertas kecil itu sangat baik.

Ken memberikan kertas itu kepada Leon yang tadi di cari nya.

Tangan Leon terulur mengambil kertas kecil itu, lantas dia membalikan kertas itu.

"Thank you, Jeffrey William. "

Sontak saja Leon langsung merobek kertas itu dan membuangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sontak saja Leon langsung merobek kertas itu dan membuangnya.

Dia menggeleng keras, "Gak! Apa maksudnya ini. Kamu menuduh Papa aku yang membunuh adik kamu begitu! " sentak Leon.

Gak mungkin, Papa nya itu baik, gak mungkin sampai membunuh orang segala.

"Gak papa kalau kamu gak percaya juga. " ucap Ken, dia lantas memungut robekan kertas itu dan membuang nya ketempat sampah yang berada di kamar nya.

"Memang aku gak percaya!" Leon menyambar tas nya yang tergeletak di ranjang, lalu membuka pintu kamar Ken, tapi..

"Emang kamu tidak akan percaya karena kamu belum melihat nya sendiri. " ucap Ken.

Leon langsung pergi dari sana, dia sudah tidak mau lagi mendengar hal buruk tentang Papa nya itu.

Drttt

Drttt

Leon merogoh saku celananya dan mengambil ponsel nya.

Opa Will.

Leon segera menggeser ikon berwarna hijau itu.

"Halo"

"Leon kamu dimana? "

"Ini Leon mau pulang Opa. "

"Tapi kamu baik-baik aja kan? "

"Iya Leon baik-baik aja kok. "

"Syukur lah, kirim alamat kamu sekarang dimana ya. Biar nanti supir Opa yang jemput. "

"Iya Opa. "

Leon keluar dari rumah Ken, dan menunggu jemputannya di depan gerbang rumah Ken.

Sementara itu Ken melihat Leon dari balkon, "Aku berdoa semoga kamu baik-baik aja Leon. "

°°°

Wahh, perlahan mulai terbongkar nihh..

Berarti sebentar lagi END 😌

L E O NWhere stories live. Discover now