|23|

3.9K 411 165
                                    

Tidur Leon terusik, karena merasakan ada tangan yang mengusap pipi lembut nya.

Perlahan mata nya terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam penglihatan nya.

Beberapa detik kemudian mata nya terbuka sempurna, "Tan-te.. " Leon bangun dan menjauh sedikit.

Angel tersenyum, "Cuci muka ya terus turun ke bawah kita sarapan bareng. "

Cup..

Setelah mengecup Leon Angel keluar dari kamar Leon.

Plak..

Plak..

Leon menampar kedua pipi nya, "Mimpi apa gue semalam. Kok tante Angel baik banget, biasa nya Mama tiri itu jahat. "

Setelah berucap seperti itu Leon bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian Leon keluar dari kamar mandi, dan di kasur dia menemukan Daniel.

"Ngapain lo kesini? " tanya nya sinis.

Daniel mendudukan dirinya di pinggir ranjang, "Kak-"

"Gak usah panggil gue kakak bisa gak sih! " sentak Leon, dia benar-benar gak suka kalau dirinya di panggil kakak. Kalau sama anak kecil yang gak punya hubungan apapun mah bagi Leon gak masalah.

"Tap-"

"Ngapain lo kesini! "

Daniel meremas dada kiri nya, kepala nya menunduk.

"Ngapain nge remas itu, lo laki gak ada payudara nya! "

Daniel merintih kesakitan, tangan nya semakin kuat meremas dada kirinya, dia tidak menjawab ucapan Leon.

Ceklek..

"Astaga! "

Leon menatap ke atah pintu, semua nya ada di sana. Dia menelan ludah nya sendiri, Leon takut. Takut dirinya dituduh menyakiti Daniel.

"Bawa Daniel ke kamar nya! " perintah Will kepada Salah satu bodyguard Yang ada di sana.

Setelah Daniel pergi, mereka masuk dan mendekat ke arah Leon.

"Kamu gak papa nak? Ada yang luka? Atau sakit? Kita kerumah sakit yu. " pertanyaan beruntun keluar dari mulut Bela.

"Eng-gak papa Oma.. " jawab Leon gugup.

"Syukut lah kalau gak papa. "

Leon menautkan kedua alis nya, "Daniel-"

"Nanti juga sembuh sendiri. Kita makan yu. " ucap Jeff menarik tangan Leon lembut.

Aneh, pikir Leon. Benar-benar aneh. Leon pikir dirinya akan di marahi atau di hukum, dia juga berpikir Daniel akan mengadu yang tidak-tidak. Tapi nyata nya dia hanya diam, dan mereka..

Tidak peduli terhadap Daniel?

Benarkah mereka tidak peduli?, rasa nya tidak mungkin.

Kini Leon sudah duduk di kursi meja makan di sebelah Angel.

Mata Leon melihat sekeliling, kursi di meja makan sudah pas, berarti..

"Ini kursi yang selalu di tempati Daniel? " tanya Leon memecah keheningan.

"Iya gak papa Daniel nya kan lagi sakit. " jawab Angel.

Leon cuman mengangguk, dia memperhatikan Angel yang sedang menyiapkan makanan nya.

°°°

Setelah selesai makan Leon diajak berkeliling mansion bersama mereka kecuali Daniel pasti nya.

Kurang lebih tiga puluh menit mereka berkeliling, rasanya sangat melelahkan. Leon langsung merebahkan dirinya di sofa diikuti yang lain, tak lama datang beberapa maid membawa minuman dan juga camilan sehat.

"Mas aku ke kamar Daniel dulu. " ucap Angel langsung melenggang dari sana.

"Pa, Leon ke kamar dulu. " pamit Leon, dia langsung masuk ke dalam lift yang berada di dekat tangga.

Setelah sampai di lantai tiga, bukan nya masuk ke dalam kamar, Leon malah menghampiri kamar Daniel yang tidak jauh dari kamar nya dengan pintu sedikit terbuka. Menguping dari balik pintu.

"Ayo kamu harus makan Daniel. " ucap Angel sambil menyuapkan makanan nya kedalam mulut Daniel.

"Ma, kapan Daniel sembuh? " tanya nya dengan nada lirih.

Angel meletakkan piring yang berisi nasi di atas nakas yang berada di dekat ranjang Daniel, lalu dia memeluk Daniel.

"Sabar sayang, kamu pasti sembuh. "

Cup..

Angel menangkup kedua pipi Daniel, "Tunggu satu bulan lagi sayang kamu pasti sembuh. "

"Iya Ma. "

Daniel memeluk Angel.

Angel tersenyum penuh arti, matanya melirik ke arah lain.

Sedangkan Leon sudah kembali ke kamar nya. Dia mendengar percakapan antara Angel dan Daniel.

Ternyata pikiran Leon tentang Daniel yang tidak di anggap, tidak peduli itu salah besar, bukti nya Angel begitu perhatian terhadap Daniel.

"Si kudanil sakit apa? " gumam Leon.

"Ah bodo amat, ngapain gue harus peduli. "

°°°

L E O NWhere stories live. Discover now