|16|

4.6K 510 69
                                    

Yola memeluk tubuh Leon erat, tak hanya itu dia juga mengecup pipi kiri putranya yang baru saja di tampar.

Leon hanya diam, tidak nangis, tidak mengucapkan apapun. Pandangannya kosong kedepan.

Yola terus memperhatikan putra nya itu, "Udah makan belum? "

Leon menjawab dengan anggukan kepala, "Yaudah tidur aja. "

Leon memeluk Yola dari samping.

Sementara mereka di ruang tamu menatap David dengan tatapan yang.. Entah lah.

"Kenapa bisa lepas kendali? " tanya Richard.

"David khawatir Pa. "

"Setidak nya tahan emosi kamu! "

Sisi buruk dari David itu, dia tidak bisa mengontrol emosi nya kalau sudah berada di ubun-ubun kepala.

Tadi pagi di saat bangun dia tidak melihat Leon, dia bertanya kepada orang rumah dan tidak satupun melihat nya.

Saat di cek cctv, dirinya langsung di selimuti rasa amarah. Di cctv itu terlihat Leon yang pergi mengendap-endap dengan membawa tas yang terlihat berisi, David mengira Leon akan pergi dari rumah nya, makanya dia marah, sampai memarahi para bodyguard yang bekerja tidak becus.

Emosi David masih berada di dalam dirinya, karen tidak mau meledak lagi makanya dia pergi dari sana.

"Kalian mau ke kantor? " tanya Richard kepada si kembar, dan di balas dengan anggukan.

"Kita pergi dulu Opa. " ucap Al.

"Hati-hati. "

Setelah kepergian si kembar Richard dan Jesi memilih berdiam di halaman belakang di gazebo.

"Mas kamu tau siapa Papa kandung Leon? " tanya Jesi.

Richard menatap Jesi, "Tau, dia berada di Amerika bersama orang tua nya, dia juga sudah menikah lagi. "

"Kalau misal nya-"

"Itu gak akan terjadi!" ucap Richard.

Dia tau betul latar belakang kehidupan keluarga Papa kandung nya Leon.

°°°

Jam satu siang Leon baru bangun, dilihat nya ke samping, Mamah nya masih tidur.

Leon mencium pipi Mamah nya.

Karena ciuman itu tidur Yola terganggu, "Leon.. "

"Mamah.. "

Leon memeluk tubuh Yola.

Hening beberapa saat hingga, "Maafin Papah David ya sayang, dia terlalu khawatir sampai-sampai menjadi emosi. "

Leon diam, tidak menjawab ucapan Mamah nya.

Seumur hidupnya Leon baru pertama kali mendapat tamparan dari orang terdekat nya. Dia dari kecil tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari mamah nya ataupun keluarga besar Mamah nya. Dan tadi itu tamparan pertama dari orang terdekat Leon, sungguh Leon sangat kecewa.

"Mah.. "

"Kenapa sayang?"

"Mamah cerai aja sama Papah, kita kembali ke rumah dulu. Hidup seperti dulu lagi. " ucap nya sambil menatap mata Mamah nya.

"Nak kamu gak-"

Brak..

"Sampai kapanpun Papah gak akan menerima perceraian itu! " ucap David tegas.

Dari tadi David berdiam di depan pintu kamar Leon, tapi saat mendengar Leon menyuruh Mamah nya untuk bercerai, emosi David muncul kembali.

Dari halaman belakang Richard dan Jesi mendengar dobrakan pintu langsung masuk kedalam.

"Ada apa ini? " Richard melihat putranya menatap tajam Leon, napas nya juga memburu.

Lantas Richard menyuruh Jesi untuk membawa Leon keluar.

"Ada apa lagi David? "

"Papah keluar, David mau bicara sama Yola. "

Richard mengangguk.

Di dalam kamar Yola menenangkan David, "Mas aku gak akan bercerai sama kamu kok. "

David masih berusaha meredakan emosi nya.

"Mas, Leon.. Leon gak suka perlakuan kasar mas.. "

David menatap Yola, "Maaf, aku terlalu emosi. "

David memeluk tubuh istrinya.

°°°

Jesi membawa Leon ke halaman belakang, dia hanya diam saja tidak bersuara.

"Sayang mau liburan gak? " tanya Jesi berusaha memancing Leon.

Leon masih tidak menjawab.

"Liburan nya bertiga, Opa, Oma dan Leon. Mau gak? "

Leon menatap Jesi, "Ke Bali ya? "

"Boleh. "

"Kapan? "

"Besok ya. "

"Penerbangan pagi? "

"Iya. "

Mungkin dengan berlibur ke Bali akan membuat mood Leon kembali baik dari pada di sini, karena Leon masih kecewa dengan Papah nya itu.

.

Keesokan pagi nya sesuai rencana Jesi, Richard dan Leon akan ke Bali dan kini mereka sudah berada di dalam pesawat.

Waktu tempuh Jakarta Bali kira-kira dua jam.

Orang rumah juga sudah tau tentang berlibur nya mereka bertiga. Tidak masalah bagi mereka yang penting perasaan Leon kembali membaik.

Dua jam kemudian mereka sudah mendarat di bandara internasional ngurah rai.

Mereka akan menginap di hotel milik David yang kebetulan hotel nya dekat dengan pantai kuta.

Butuh waktu lima belas menit mereka untuk sampai di hotel milik David.

Lima belas menit kemudian mereka sudah sampai dan di sambut oleh pihak hotel.

Leon tidak langsung masuk, dia lebih memilih melihat-lihat hotel milik Papah nya ini, dia juga sudah minta izin kepada Opa nya.

Setelah puas dengan melihat-lihat nya dia pergi ke pantai, karena jarak nya dekat.

Saking senang nya Leon tidak melihat ada orang yang sedang berjemur yang membuat dirinya jatuh.

Bruk..

"Sorry, I am sorry. " ucap Leon, karena orang yang sedang berjemur itu terlihat seperti orang bule.

Orang itu menatap Leon lekat, "Tidak apa-apa. "

"Loh bisa bahasa Indonesia? "

"Bisa. "

Orang itu masih menatap lekat Leon, "Sepertinya saya kenal kamu?"

Leon mengangkat sebelah alis nya, "Tapi sorry saya gak kenal kamu. "

"Tapi saya yakin, saya kenal kamu deh. "

"Gak usah sok kenal sama saya bule. "

Leon hendak pergi dari sana tapi, "Leon.. " ucap bule itu.

Leon lantas membalikan tubuh nya.

"Kamu Leon kan? "

"Bukan. "

"Maksudnya? "

"Saya kan ikan. "

"Saya serius kamu Leon kan? "

"Bukan, saya singa. "

"Astaga, " desah bule itu, "Saya serius kamu Leon kan? "

"Saya juga serius, saya singa. Di bilang saya singa ya singa. Ngeyel banget sih."

Leon pergi dari sana kembali memyusuri bibir pantai.

"Sok kenal banget tuh bule. " gerutu Leon.

°°°


L E O NDove le storie prendono vita. Scoprilo ora