chapter 14 alone

150 13 1
                                    

Lisa berada di kamarnya di luar hujan turun dengan derasnya.
"kenapa rose bersikap aneh bukankah dia bilang dia menyukai jimin oppa lalu kenapa dia mendekati jungkook" pikir lisa dalam hati

"lisa kamu di dalam" lisa dikejutkan dengan rose yang mengetuk pintu kamarnya.
"iya aku di dalam, masuk rose" lisa

Segera rose memasuki kamar lisa dan duduk di samping lisa.
"ada apa rose" tanya lisa melihat wajah rose sangat serius
"aku mau curhat" rose tampak serius
"curhatlah aku pasti akan mendengarkan" lisa memegang tangan rose.

"aku bingung" rose melihat lisa
"kenapa" tanya lisa
"entah kenapa perasaan ku ke jimin oppa bagaikan meluntur, padahal dulu aku sangat menyukainya mungkin aku sudah sangat putus asa dengannya, jimin oppa selalu membela seulgi unnie aku tau itu karena dia menyukai seulgi unnie" mata rose mulai berair

"tak apa lanjutkan" lisa menganggukan kepala
"tapi lisa sekarang aku bingung dengan perasaan ku" rose
"kenapa" lisa

"dulu aku selalu menganggap jungkook sebagai sahabat kecil ku yang nakal, tapi melihatnya membela ku kemarin seakan membuat hatiku berubah, sekarang aku memandangnya sebagai seorang pria yang melindungi ku, entah kenapa saat aku kecewa dengan jimin oppa aku sangat ingin jungkook berada disisi ku" rose

"lantas kenapa" lisa
"aku takut mengakui kalau aku mulai menyukai jungkook" rose meneteskan air mata
"rose kenapa takut kalau kau memang menyukainya itu bukan kesalahan, aku mengerti posisi mu" lisa
"aku takut merusak persahabatan kami lisa, aku takut kehilangan jungkook" rose menangis

"rose tidak apa-apa selama kamu tulus aku berharap kamu tidak hanya menjadikan jungkook bahan pelarian atas kekecewaan mu ke jimin oppa" lisa memeluk rose

"itu yang ku takutkan lisa, tapi aku ingin jungkook selalu disisi ku, apa menurut mu terlalu cepat aku move on ke jungkook setelah ditolak jimin oppa gak wajar kan" rose

"aku tidak setuju dengan pendapat mu rose, menurut ku wajar sekali apalagi jungkook lah yang selama ini selalu disisi mu bukan jimin oppa" lisa menghapus air mata rose

"sekarang semangat lah, aku yakin jungkook juga menyukai mu" lisa memberi rose semangat
"terima kasih lisa kamu mau mendengarkan ku, aku senang ada kamu disini kalau tidak ada kamu aku tidak akan punya teman curhat, karena gak mungkin aku curhat ke jungkook sedangkan yang ku curhatkan tentang jungkook" rose mencoba tersenyum

"itu lah gunanya teman" lisa membuat piss dengan jarinya
Rose hanya tertawa

"kalau begitu aku kembali ke kamar dulu ya, aku mengantuk" rose
"sampai besok" lisa tersenyum

Rose masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan diri di kasur sambil tersenyum memeluk bantal.
"jungkook ku yang imut" rose bicara sendiri sambil tersenyum-senyum malu

Sementara lisa di kamarnya mengambil secarik kertas dan mulai menulis

Aku tidak tau harus cerita dengan siapa
Oleh karena itu aku hanya bisa menulis ini
Salahkah jika aku menyukai lelaki yang sama dengan sahabat ku, kenapa kami harus menyukai lelaki yang sama, yang bahkan juga sahabat kami, jungkook
Haruskah aku dan Rose menjadi rival

Di dapur tampak jin sedang sibuk membuat sesuatu, irene yang melihat jin segera menghampirinya.

"apa yang kau buat malam-malam begini" tanya irene
"ini noona aku sedang membuat kimci" tampak tangan jin sedang mencampur sayuran dengan saus kimci.
"rajin sekali, sepertinya enak ya" irene melihat kimci buatan jin
"tentu saja enak, aku ahlinya masalah makanan" jin tertawa, irene hanya memperhatikan wajah jin.

"noona apa kau mau mencobanya" jin menawarin irene
"bolehkan ku coba" irene
"tentu saja kenapa tidak, coba buka mulut noona" jin mengambil sepotong kimci ingin menyuapi irene.

Irene menjadi salah tingkah.
"kenapa noona ayo dicoba aaaaaa" jin mengisyaratkan irene membuka mulutnya
"baiklah" irene membuka mulutnya segera jin menyuapinya, entah kenapa irene merasa jantungnya bekerja lebih cepat.

"bagaimana noona enak tidak" tanya jin sambil tersenyum
"enak sekali kamu pandai memasak ya" puji irene
"tentu saja, kalau noona suka nanti akan ku buatkan" jin
Irene tersenyum melihat jin, dia memperhatikan wajah jin yang sedang sibuk membuat kimci.

Jimin baru pulang ke kost dalam keadaan basah kuyub perutnya terasa sangat lapar, setelah selesai mandi jimin segera menyeduh mie instan dan duduk di meja makan.
Jimin melihat seulgi dan chanyeol yang sedang makan bersama.

"ku bilang kan tadi hanya ingin makan ramyeon, kenapa kamu justru masak sebanyak ini" chanyeol menunjuk aneka masakan yang di buat seulgi

"aku sengaja membuatkanya untuk oppa" seulgi tersenyum malu
"baiklah karna kamu sudah repot-repot akan ku habiskan semua wkwkwkw" chanyeol bercanda
"makanlah oppa" seulgi malu-malu
"ini enak sekali" chanyeol mencoba masakan seulgi

Jimin hanya melihat chanyeol dan seulgi dan beragam makanan mereka, sedangkan dia hanya makan mie instan, seulgi bahkan tidak menegur jimin sedikit pun, membuat jimin sedikit kecewa.

Setelah selesai makan jimin bermaksud untuk menonton tv di ruang tengah, ternyata sudah ada rose dan jungkook yang sedang menonton.
Rose tampak bersandar di badan jungkook sambil sesekali menyuapi jungkook dengan kripik kentang.

Jimin hanya melihat mereka dan berlalu pergi entah kenapa dia merasa kesepian.
Jimin memasuki kamarnya membuka jendela dan melihat hujan.

"kenapa aku tidak suka melihat chaeyoung begitu dekat dengan jungkook, kenapa juga jungkook begitu membela chaeyoung dan sekarang mereka seperti sepasang kekasih, ah tidak mungkin mereka hanya sahabat aku yakin itu, sedangkan seulgi noona bahkan tidak menegur ku sedikit pun padahal aku bertengkar dengan chaeyoung dan jungkook karna aku membelanya tapi dia justru bersikap begitu, sekarang aku merasa kesepian dan sendirian" jimin bicara sendiri.

Malam sudah larut seluruh penghuni kost sudah tertidur di luar hujan turun dengan derasnya.

Irene sedang duduk di depan meja riasnya sambil menyisir rambut lurusnya pandanganya lurus ke cermin.

"bae joo-hyun harus selalu mendapatkan yang dia inginkan, tidak ada yang boleh menghalanginya, jika ada yang berani mencoba merebut apa yang dia inginkan dia tidak segan-segan untuk menyingkirkannya" irene tersenyum di depan cermin.

Boarding House (completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora