🍁Part 3🍁

27 4 0
                                    

Jeje tersenyum melihat dirinya di pantulan cermin. Tidak terasa kini ia akan menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi lagi, SMP. Jeje memutuskan untuk masuk MTsN Cahaya bersama sahabatnya, Vela.

"Udah semua, Kak?" tanya Lina Puspita -Mama Jeje- sambil menatap putrinya.

"Udah, Ma," jawab Jeje.

"Yaudah kalau gitu kita jalan sekarang, Vela juga udah nunggu di depan," ucap Lina.

"Okey."

Akhirnya mereka bertiga pun bergegas menuju MTsN Cahaya. Hanya berjalan kaki saja beberapa menit kemudian juga sampai, karena letak sekolahnya yang lumayan dekat dari rumah Jeje dan Vela.

****

Sampai di sana ternyata sudah banyak sekali para murid dan orang tua yang berdatangan. Mereka berasal dari berbagai sekolah dengan seragam yang berbeda-beda.

"Apa cuma gue yang datang ke sekolah tanpa ditemani orang tua?" -batin Vela seraya tersenyum hambar.

"Assalamualaikum dan selamat pagi semua! Harap kepada peserta didik baru untuk segera memasuki ruangan masing-masing, karena test akan segera di mulai. Terima kasih!" 

Setelah mendengar instruksi tersebut semua murid berbondong-bondong mencari ruangannya. MTsN Cahaya terdiri dari dua lantai bertingkat, yang setiap lantainya menampung delapan kelas.

"Gue dapat ruangan dua, berarti di kelas sembilan dua katanya." Jeje menatap ke arah kertasnya sebentar sebelum lanjut mencari.

"Woi Vel jangan bengong aja, cari ruangan lo!" teriak Jeje sambil menepuk bahu gadis itu, menyadarkannya dari lamunan.

"Eh, iya, Je."

Keduanya pun mulai berlari mencari ruangan test masing-masing. Khusus Jeje, ia mulai mencari dari lantai bawah dulu. Dari awal sampai ujung kelas ia telusuri sampai akhirnya ia menemukan ruangannya.

Karena ragu dan ingin memastikan apakah itu benar ruangannya atau tidak, maka Jeje pun bertanya kepada seorang perempuan yang tengah duduk menghadap kolam ikan.

"Permisi, maaf mau tanya. Ini kelas sembilan dua 'kan?" tanya Jeje.

"Iya benar, masuk aja," jawab perempuan itu.

"Oke makasih." Setelah mendapatkan jawaban Jeje pun masuk. Terlihat sudah ada banyak murid dari sekolah lain yang duduk rapi di bangkunya.

"Gue duduk sama siapa ya?" -batin Jeje.

Sisa satu bangku di depan papan tulis dan berhadapan langsung dengan meja guru. Akhirnya mau 'tak mau Jeje harus duduk di situ.

Dirinya mulai memutar kepala, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru dan menatap semua orang dalam ruangan. Sepertinya banyak yang berasal dari sekolah yang sama, jadi sudah akrab.

Jeje juga melihat beberapa murid yang memakai seragam sekolah yang sama dengan dirinya, namun dirinya tidak terlalu akrab dengan mereka.

"Coba aja Vela satu ruangan sama gue, pasti udah bakalan ngobrol banyak. Gak diem aja kek gini, hufftt..." Jeje membuang napasnya kasar. Sampai sekarang ia belum juga menemukan pasangan teman sebangkunya.

RUMIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang