🍁Part 18🍁

8 2 0
                                    

Perempuan itu sudah datang dari pagi tadi setelah Jeje berangkat sekolah. Dia adalah Angelina sepupunya Lina.

"Kenapa, Lin?" tanya Angel.

"Jadi begini, anak perempuan saya si Jeje nanti mau ada acara Outing Class dari sekolahnya. Membutuhkan biaya sebesar tiga juta dan saya sudah mengumpulkan satu juta setengah, jadi kurang setengahnya lagi. Apa kamu mau meminjamkan?" tanya Lina tidak enak hati.

"Tentu saja mau, dong. Sebentar." Angelina segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet besarnya.

"Ini, ambil untuk anakmu," ujar Angel sambil menyerahkan uang itu ke telapak tangan Lina.

Lina tersenyum senang akhirnya ia mampu mengumpulkan semua biaya tanpa harus menunggu waktu lama. "Makasih banyak ya, Angel, saya janji akan ganti ini semua nanti."

"Hey, tidak usah repot-repot saya ikhlas, kok," tolak Angel.

"Tidak apa-apa saya punya utang dan wajib dibayar. Saya akan ganti," tegas Lina.

"Baiklah jika mau kamu seperti itu." Angel hanya menanggapi ucapan sepupunya dengan tersenyum.

Lina mempersilakan Angel untuk mencicipi hidangan yang telah ia sediakan, setelah itu mereka berdua berbincang santai membicarakan seputar kehidupan masing-masing.


****

Pembayaran mulai dilakukan hari ini, semua anak kelas delapan satu per satu mulai memberikan uang mereka, termasuk kedua teman Jeje yaitu Siska dan Wulan.

Jeje hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya yang lain sudah membayar.

"Lo mau bayar kapan, Je?" tanya Wulan. Huh! Pertanyaan itu sangat Jeje benci.

"Nggak tau pastinya kapan, tapi kata Mama gue pasti bakal kebayar, kok," jawab Jeje.

"Ouh.. oke deh." Setelah itu Wulan kembali ke tempat duduknya.

Siska kembali ke tempat duduknya setelah membayar, ia ingin bertanya kepada Jeje namun ia urungkan.

"Pembayaran kita lanjut nanti, ya. Sekarang kita belajar dulu," ucap Bu Risa.

Seperti biasa Dito yang memimpin doa dan teman-temannya mengikuti, setelah itu semuanya kembali belajar materi.

Bu Risa menjelaskan dengan detail materi pagi hari ini dan tentunya semua murid ikut menyimak dengan fokus.

.
.
.

Gino melamun sambil memainkan pulpennya, ia tidak menyimak sama sekali penjelasan dari gurunya.

Dulu, saat dirinya diterima oleh Jeje tidak dipungkiri bahwa ia senang bukan main. Dari sanalah ia tahu watak dan kehidupan asli gadis itu. Menurutnya Jeje bukan tipe gadis yang rewel dan selalu mendesak seseorang untuk membelikan apa yang ia inginkan. Tidak sama sekali.

Justru gadis itu lebih bersifat dewasa. Ia tidak pernah merengek sama sekali dan jika gadis itu sedang ada masalah, maka ia akan diam saja. Gino belajar banyak dari sikap gadis itu.

Menurut Gino, ia sangat beruntung mendapatkan kekasih seperti Jeje. Walaupun usia mereka berbeda dan Jeje lebih muda darinya, tapi Jeje lah yang justru lebih dewasa.

Berpacaran dengan Jeje membuat Gino nyaman karena ia bisa bersikap sesuai kepribadian aslinya, tidak harus berpura-pura.

Walaupun Jeje memiliki keluarga dengan ekonomi terbatas, tapi gadis itu paham dan tidak banyak minta.

RUMIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now