🍁Part 22🍁

12 3 2
                                    

Pukul 05.00 para guru mengetuk pintu kamar muridnya, menyuruh mereka untuk segera bangun dan melaksanakan salat subuh.

"WAKE UP! WAKE UP! SUDAH PAGI!!!" teriak Bu Irma selaku guru BK.

Semua murid mulai membuka matanya, mereka menunaikan salat subuh di kamar masing-masing. Setelah itu ada yang langsung mandi dan ada juga yang memilih tidur lagi.

Termasuk kelompok Jeje yang saat ini kembali tiduran di kasur. Masih lama baru jam 05.00 kita bisa tidur dan bangun jam 06.00, begitu katanya. Keadaan di dalam kamar juga berantakan.

Berbeda dengan penghuni sebelah yang memilih mandi dan rapi-rapi lebih cepat, agar saat tiba waktunya masuk bus mereka tidak kewalahan.

Clek!

"Astaghfirullah.. masih pada tidur dong." Oliv, membuka pintu kamar teman sebelahnya untuk mengingatkan bahwa telah masuk waktu sarapan pagi.

"WOY, BANGUN! SARAPAN DI LANTAI 3!!" teriak Oliv keras bak toa masjid.

"Hoaam.." Mendengar teriakan Oliv, semuanya langsung membuka mata.

"Jorok lo semua! Udah jam segini belum pada mandi," ucap Oliv tidak habis pikir.

"Yeuh... biarin aja masih pagi ini. Lo aja yang kerajinan mandi pagi-pagi," balas Siska.

"Buruan turun ke lantai 3 di suruh sarapan sama Bu Irma." Setelah itu Oliv pergi.

Jeje, Siska, Wulan dan Rani pergi ke kamar mandi untuk sekadar mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu mereka memakai jaket dan minyak wangi, lalu keluar.

Saat sampai di lantai 3 sudah banyak siswa dan siswi yang memakai baju kegiatan selanjutnya, hanya kelompok mereka yang masih pakai baju biasa dan parahnya belum mandi lagi!

Tapi mereka tidak peduli dan lanjut menyendok makanan.

"Habis ini kita kemana lagi, sih?" tanya Rani.

"Jatim Park 1," jawab Wulan.

"Masih ada jeda satu jam, kan, ya?" Kini gantian Jeje yang bertanya. Alhamdulillah.. gadis itu kini terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Yup! Sekitar jam 10-an kita harus udah rapi dan naik ke bus," jawab Wulan.

"Yaudah buruan abisin makanan kalian! Habis ini kita mandi dan beres-beres. Inget, ya, gue yang mandi pertama!" tekan Siska.

Selesai sarapan mereka langsung kembali ke kamar.

.
.
.

"Woah... gila luas banget tempatnya! Liat, noh, ada gorila!" Jeje menunjuk ke arah satu tempat dengan antusias.

"Norak lo, ah, Je!" sindir Siska.

"Bodo amat!" balas Jeje tidak peduli. Ia menikmati sekali semilir angin sepoi-sepoi yang membelai halus kulitnya.

Oh, ya, Cuaca di sini sedang mendung. Rintik hujan sedikit demi sedikit turun membasahi bumi.

"Semuanya baris yang rapi, ya! Sesuai kelas masing-masing! Kita akan foto bersama dulu!" teriak Kakak Pemandu.

Dari kelas 7-A sampai 7-F mulai membentuk barisan. Posisi putra jongkok di depan serta posisi putri berdiri di belakang.

"Satu ... Dua ... Tiga. Ciss!" Aba-Aba tukang foto.

Semuanya langsung memasang gaya berbeda-beda. Ada juga yang mengatur pose tubuhnya supaya terlihat indah di kamera.

Cekrek!

Satu jepretan berhasil, dilakukan berulang-ulang sebanyak lima kali. Tentunya dengan gaya yang berbeda-beda.

"Okey, semuanya kumpul di sini. Sekarang kita menuju lokasi pertama di sebelah sana yang ada gorila besarnya!" tunjuk Kakak Pemandu.

Semua orang membentuk barisan memanjang, sebelum masuk semuanya diperintahkan untuk memakai gelang dahulu.

"Wahhh..." Semuanya berdecak kagum saat memasuki area pertama. Di sana terdapat banyak jenis wayang dan rumah adat, diselingi dengan lagu daerah juga.

Tidak mau membuang kesempatan, para murid mengambil foto sebanyak mungkin. Begitupun dengan para guru.

Semuanya terus berjalan menyelusuri setiap tempat dalam ruangan ini. Sampai di lorong kedua disambut dengan pajangan benda-benda pusaka, prasasti dan senjata kuno.

Perjalanan terus berlanjut sampai pada dua lorong terakhir menuju pintu keluar, mereka disambut oleh cuplikan layar perjuangan bangsa Indonesia saat detik-detik kemerdekaan, serta kumpulan tulang-belulang.

"Keren parah! Gue ambil foto di sana hasilnya bagus-bagus banget!" ujar Jeje girang.

Keluar dari sana mereka lanjut ke tempat selanjutnya, yaitu ... Museum IPA. Banyak alat-alat percobaan serta permainan yang mengasah otak, para guru menghimbau muridnya untuk melakukan percobaan sekaligus pengamatan, lalu dicatat dalam buku.

Byuurrzz!!

Oh, tidak! Hujan turun lumayan deras ketika semuanya menuju ke area permainan. Para guru dan murid terpaksa meneduh, menunggu beberapa menit sampai hujan reda.

"Ehh-- makan apa lo?!" tanya Wulan pada Jeje.

"Pop mie, tadi gue beli di tengah jalan abis keluar Museum IPA," jawab Jeje.

"Dasar lo! Bukannya ngajak-ngajak!" omel Rani.

Jeje hanya cengengesan dan lanjut memakan pop mie-nya.

"Ayoo anak-anakku sekalian, kita lanjut perjalanan. Hujan sudah reda!" teriak Kakak Pemandu.

Sampai di Wahana Permainan tidak kalah luas dari dua tempat sebelumnya. Bedanya di sini lebih ramai karena bercampur dengan pendatang lain.

Karena sebelumnya sudah memakai gelang, maka semuanya bebas menaiki wahana apapun secara GRATIS!

Ada banyak sekali wahana di sini, seperti Bombomcar, kereta gantung, flying fox, komedi putar, bahkan sampai wahana menguji adrenalin dan rumah hantu pun ada.

Ini bagian yang unik, saat semuanya sibuk mendengarkan intruksi dari Kakak Pemandu. Namun, kelompok Jeje malah asik berfoto dan berakhir nyasar. Mereka sempat panik, lalu menelpon salah satu teman mereka agar menyusul.

Karena hal itu kelompok Jeje memilih makan saja, karena jika ingin naik wahana pun waktunya tidak cukup.


****

Hari mulai gelap dan semuanya kembali melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah Home Stay, butuh waktu yang sangat lama untuk sampai di sana.

Jam 10.00 semuanya menikmati film 'Dilan 1991' yang diputar Wali Kelas di tv besar. Perut Jeje merasakan mual kembali, tapi ia tahan.

"Huekk.." Jeje menepuk paha Siska dengan raut wajah panik, pasalnya masker yang ia pakai susah dibuka dan cairan muntahnya sudah mengumpul di mulut.

Euuyhh.. maaf jika terlalu menjijikan:v

Siska buru-buru meminta plastik kosong kepada teman di sampingnya.

"Hueekk..." Semua isi cairan itu keluar, mengotori kerudung Jeje.

Siska yang sabar mengolesi minyak angin ke seluruh tubuh Jeje. Ia sangat telaten layaknya seorang Ibu yang mengurusi anaknya.

Kejadian tadi tidak terlalu heboh karena guru dan sebagian murid sudah tidur.

Sopir bus menaikan laju kecepatan membelah sepinya jalan di malam hari. Suasana terasa sunyi, Siska dan Jeje tertidur dengan posisi saling menyender. Tidak lupa memakai selimut tebal akibat dinginnya AC bus.

•••

Hai, kalian!🙌

Jangan lupa VOMMENT, ya!🤗

Terus ikuti alur cerita ini sampai tamat, ya.♡

~BERSAMBUNG~

[4 Januari 2021]

RUMIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now