🍁Part 26🍁

6 1 0
                                    

Lina jatuh sakit akibat lelah mengurusi kedua buah hatinya, ia juga sempat mengalami depresi akibat selalu dikejar bayang-bayang Surya. Saat ini ia di sengaja di taruh di rumah Ibu kandungnya.

Jeje lebih memilih diam di rumah sambil mengingat serpihan kenangan, memandangi bingkai foto Almarhum ayahnya. Tidak terasa sedikit lagi ulang tahunnya tiba, namun kali ini berbeda karena tidak ada sosok ayah.

Tok ... Tok ... Tok ...

Tiba-tiba saja terdengar bunyi ketukan dari luar, Jeje takut. Pasalnya ia lupa mengunci pintu utama, dengan langkah waspada dan tidak lupa membawa sapu lidi, ia bergegas membuka pintu.

Ceklek!

"MA---"

"Sstt.. Hey, ini aku Gino."

Jeje tersentak, sapu lidi yang ia bawa terjatuh ke lantai. Ia tidak kuasa menahan air matanya, dengan cepat langsung menubruk tubuh tinggi lelaki itu.

"Hiks.. ayah udah nggak ada, Gin."

Jeje terisak dan bahunya bergetar hebat, Gino dengan sabar mengelus punggung dan puncuk kepala gadis itu.

"Sstt.. gapapa, ada aku di sini," ujar Gino menenangkan.

Beberapa menit menikmati pelukan hangat mereka sampai tiba-tiba Jeje mengamuk.

"Ehh.. apaansi main peluk-peluk aja!" omel Jeje melepas paksa pelukan mereka sambil menyeka air matanya.

"Lahh orang kamu duluan yang mulai, malah aku yang dimarahin," balas Gino melas.

"Yaa.. kamu udah tau gitu malah diem aja!" Jeje sewot.

"Kan nyaman, by!" Gino berkata sambil menampilkan deretan gigi rapihnya.

"Bodo! Pulang sana!" usir Jeje.

"Astaghfirullah.. jahat banget kamu, mah. Pacarnya baru sampe malah disuruh pulang." Gino menggeleng-gelengkan kepalanya.

Akhirnya Jeje mempersilakan Gino masuk, sebelum itu ia sudah menyiapkan beberapa camilan dan minuman kaleng untuk berdua. Saat ini mereka berada di ruang tamu.

"Jadi kamu tau penyebab ayah kamu meninggal?" tanya Gino, lelaki itu tengah asik mengunyah keripik singkong.

"Kata mama, ayah kecelakaan pas aku jalan pulang dari Malang," jawab Jeje lesu.

"Ahh.. gitu. Sempat lihat muka ayah untuk terakhir kali?" tanya Gino lagi.

"Nggak." Jeje menunduk dalam berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Oke-oke aku nggak akan bahas lagi, udah jangan nangis!" Gino beralih pada tv di depannya menonton serial drama.

"Kamu ngapain ke sini?"

"Temenin kamulah!"

"Kan lagi jadwalnya sekolah, apalagi posisi kamu di Sekolah ketua OSIS. Nggak dimarahin Bu Irma?"

"Nggak, dong, kan udah izin."

"Ouh.." Jeje hanya manggut-manggut mendengar jawaban dari Gino.

Setelah itu keduanya larut dalam obrolan receh yang Gino ciptakan, Jeje dibuat terbahak-bahak oleh lelaki itu. Kadang sambil memakan camilan dan menonton tv.


****

Siska, Wulan dan Rani saat ini tengah berkumpul di rumah Siska, menyusun rencana untuk ulang tahun Jeje nanti. Sebelumnya mereka sudah pergi ke supermarket membeli balon dan hiasan lainnya, tidak lupa juga kado spesial untuk sahabat tercinta:v

"Ceplokin, nggak, nih?" tanya Rani.

"Weehh.. harus, dong! Gak ceplok gak rame!" sosor Siska.

"Yaudah beli telornya nanti aja pas tepat ulang tahunnya," balas Wulan.

"Ho'oh, btw siapa yang mau buat kue ulang tahunnya?" tanya Rani.

"Gue, gue! Ibu gue jago masak, udah pasti bisa bikin kue juga." Wulan mengacungkan tangannya antusias.

"Okee sip." Semuanya setuju.

Habis itu ketiganya membuat undangan khusus untuk teman satu angkatan, pastinya rencana ini tidak diketahui Jeje sama sekali. Ya.. kan biar suprise.

Dua hari belakangan ini juga mereka sengaja memblokir nomor Jeje dan tidak bermain ke rumah gadis itu, biar dianggap sedang marahan.

Semuanya melakukan tugas dengan benar, tidak ada satu pun yang terlewat. Intinya acara ini harus benar-benar meriah dan terkesan untuk Jeje. Agar gadis itu terhibur kembali.

Siska, Wulan dan Rani terus mengerjakan hingga sore hari.


****

Gino keluar dari rumah Jeje dan memakai sendalnya, ia sudah bermain dari pagi sampai sore di rumah gadis itu, beruntung tidak ada tetangga yang memergoki. Jika ada, hufftt.. yaa tau sendirilah mulut mereka seperti apa.

"Aku pulang dulu, ya," ucap Gino berpamitan.

"He'em." Jeje hanya mengangguk.

"Cieee yang sedikit lagi ultah." Gino menyenggol bahu gadis itu, menggodanya.

"Apaan, sih, Gino. Diem nggak!" Jeje memukul keras sebelah lengan Gino. Kebiasaan wanita itu jika sedang malu, sedangkan Gino hanya terbahak.

"Haha! Jaga kesehatan, siapa tau nanti ada yang kasih kamu suprise," ujar Gino.

Jeje membalasnya dengan tersenyum hambar.

"Yaudah aku pulang, ya, kalau laper atau kesepian call aku aja. Aku siap jaga kamu 24 jam," ucap Gino dramatis.

"Siap. Nanti aku suruh kamu jagain depan rumah aku, jadi satpam 24 jam lebih tepatnya." Jeje terbahak setelah berbicara seperti tadi.

"Sadis." Muka Gino datar seketika.

"Haha, candaa. Udah sana pulang, aku udah capek mau tidur. Bye!" Jeje masuk duluan ke dalam rumah, setelah itu Gino beranjak pulang.

•••

Maaf ya part ini nggak terlalu panjang")

Kalian jangan lupa VOMMENT, ya!🤗

Terus ikuti cerita ini sampai tamat, ya!♡

~BERSAMBUNG~

[6 Januari 2021]

RUMIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now