🍁Part 27🍁

7 1 0
                                    

Keadaan Jeje sudah membaik dan ia memutuskan untuk kembali masuk sekolah. Ia sudah rapi dengan seragamnya dan kini sedang menunggu roti bakar matang. Fyi, Lina dan Zio masih ada di rumah nenek dan semalam Jeje tidur sendirian, nanti sepulang sekolah ia niat langsung ke rumah neneknya.

Ting!

Roti bakarnya sudah matang! Jeje segera menaruh roti itu di piring tidak lupa juga diolesi dengan selai cokelat. Setelah itu ia makan.

"Mba, saya sudah di depan."

Ada notifikasi pesan masuk dari tukang ojek online yang biasa kita sebut grab/gojek. Jeje segera menghabiskan suapan roti bakarnya dan tidak lupa meminum susu yang sudah ia buat tadi, mengambil tas dan memakai sepatu lalu ia keluar.

"Maaf, Bang, udah nunggu lama," ujar Jeje tidak enak.

"Gapapa, Dek, ini mau pakai helm atau nggak?" tanya abang ojek.

"Nggak usah deh, Bang." Jeje segera duduk di jok belakang motor dan abang ojek pun menancap gas menuju sekolah MTsN Cahaya.

****

Sampai di kelas Jeje langsung mendaratkan bokongnya di kursi. Di sana sudah ada Siska, Wulan dan Rani yang sudah datang duluan. Tidak seperti biasanya ia datang langsung disambut kehebohan oleh tiga sahabatnya itu, tapi tadi tidak.

Untuk Rani dulu memang tidak dekat dengan Jeje, Siska dan Wulan, gadis itu lebih suka menyindiri serta sikapnya yang cuek dan jarang membaur. Akibat sekamar dengan Jeje dkk akhirnya gadis itu ikut gabung ke dalam tim ini.

"Hai semuaaa! Gue udah masuk lagi, nih. Gak ada niatan di sambut gitu?" pancing Jeje.

Krik... Krik...

Tidak ada yang meladeni, ketiga sahabatnya lebih memilih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Wulan yang asik membaca novel, Rani yang diam-membisu sambil menggambar sketsa anime di kertas putih dan Siska yang ... menatap kosong ke arah papan tulis sambil meniup balon dari permen karet yang ia kunyah.

"Sis, kok lo diemin gue, sih?!" Jeje menyenggol bahu Siska.

"Ck, apaan, sih!" Siska berdecak malas tidak mau disentuh Jeje.

Detik itu juga Jeje mengernyitkan dahinya bingung.

"Kocak lo semua!" teriak Jeje kesal.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi dan Bu Risa masuk ke dalam kelas.

"Assalamualaikum, pagii anak-anak!" sapa Bu Risa bersemangat.

"Pagi juga, Bu!" balas para murid.

Kegiatan dilanjutkan dengan membaca do'a setelah itu baru mulai pembelajaran.

"Okee.. keluarkan buku paket SBK kalian semua dan buka halaman lima! Hari ini kita masuk materi tentang Ilustrasi dan Ibu akan menjelaskan sedikit." Bu Risa bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan.

"Seperti yang kita ketahui bahwa ilustrasi adalah bentuk visual dari kalimat ataupun teks. Ilustrasi bertujuan untuk memperjelas teks ataupun kalimat khususnya untuk anak-anak yang belum dapat membaca,"

Semua murid mulai menyimak penjelasan Bu Risa kadang jika ada point penting langsung mereka catat.

"Adanya ilustrasi juga berfungsi untuk menarik para pembaca agar tertarik untuk membaca," lanjut Bu Risa.

"Okee. Sekarang Ibu mau tanya!" Bu Risa menatap satu per satu muridnya sebelum melayangkan pilihan.

Semua murid mulai tegang. Ada yang pura-pura sibuk membaca atau menutupi wajah dengan sampul buku. Ada juga yang siap sedia dengan materi.

"Yup! Jeje!" Bu Risa langsung menunjuk gadis itu.

"E-ehh.. iyaa, Bu." Jeje menegakkan tubuhnya dan menetralkan pikirannya.

"Coba sebutkan unsur gambar ilustrasi."

Jeje buru-buru mencari halaman yang mengupas materi itu, dan ... ketemu!

"Gambar manusia, tumbuhan dan binatang, Bu," jawab Jeje.

"Benar sekali! Seratus untuk kamu!" Bu Risa menyuruh semua murid untuk bertepuk tangan sebagai bentuk apresiasi karena Jeje berhasil menjawab.

"Yup! Seperti yang Jeje sebutkan tadi, maka tugas kali ini Ibu minta kalian menggambar salah satu jenis ilustrasi di buku gambar kalian! Gambar dengan rapi dan jangan lupa diberi warna. Jika sudah kumpul di meja Ibu!" perintah Bu Risa.

Jeje bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja Rani. "Ran, gambarin gue dong.." pintanya.

Rani tidak merespon dan fokus menggambar. Apa telinga gadis itu bermasalah? Atau ... suara Jeje yang kurang keras?

Ahh.. sepertinya suara Jeje sudah sekeras toa masjid.

"Ran!"  panggil Jeje sekali lagi. Perempuan itu tetap membisu.

"Ini orang-orang pada kenapa, si?!" -batin Jeje heran.

"Sariawan kali ye lo, Ran. Daritadi kerjaannya mingkem terus! Yaudah gue nggak jadi minta bantuin!" Setelah puas menyindir, Jeje kembali duduk di kursinya dan mulai menggambar semampu yang ia bisa.

****

Sejak istirahat sampai jam pulang sekarang Jeje merasa ia telah dicuekin oleh teman satu kelasnya. Heum... bisa jadi satu angkatan?

Pasalnya setiap Jeje berbicara pasti orang-orang selalu bekerjasama menulikan pendengaran mereka, tidak ada yang menyahut sama sekali.

Sama seperti tadi saat jam istirahat, biasanya ia diajak ke kantin oleh ketiga sahabatnya. Namun, tadi dia ditinggal dan berakhir makan bekal sendirian di kelas.

"Sis, lo pulang bareng gue, kan?" tanya Jeje.

"Siap nanti gue balikin pulpen lo, kok!" Bukannya menjawab Siska malah asik mengobrol dengan Dito -si ketua kelas-.

"SISKA!" teriak Jeje. Amarahnya meledak.

"Ahh... kayak ada yang manggil gue, tapi siapa ya?" Pura-pura bertingkah bodoh, lalu Siska pergi begitu saja meninggalkan Jeje sendirian.

"ASEM! ASEM!! ADA SALAH APA, SIH, GUE SAMA MEREKA?! GUE SUMPAHIN ABIS INI KUPINGNYA PADA CONGE SEMUA!!!"

Jeje berteriak keras meluapkan semua amarahnya, tidak peduli jika banyak pasang mata yang melihatnya. Akhirnya Jeje memutuskan pulang sendirian dengan langkah kaki dihentak dan ekspresi muka sangat galau.

.
.
.

Tos!

"Asique.. rencana kita berhasil!" Dari balik tembok ada Siska, Wulan dan Rani yang tengah tertawa puas.

"Gilaa, ngakak sih gue liat ekspresi dia tadi." Siska tidak berhenti tertawa.

"Gue jadi nggak enak pura-pura tuli pas dia minta bantuin gambar sama gue," sahut Rani.

"Hahahah... udah biarin aja, di kasih suprise juga nanti dia girang lagi," sambung Wulan.

"Siap-siap rencana selanjutnya!"

•••

Kalian jangan lupa VOMMENT, ya!♡

MALAM INI MENUJU ENDING!🎉🎉

~BERSAMBUNG~

[7 Januari 2021]




RUMIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now