🍁Part 23🍁

12 3 0
                                    

Pukul 02.00 semua bus telah sampai di home stay ada dua lantai di sana, bawah untuk putra dan atas untuk putri. Semua murid mengambil koper dan peralatan lainnya lebih dulu.

Kebanyakan murid tidak tidur hanya mengganti pakaian, gosok gigi dan mencuci muka. Terbatasnya kamar membuat semua murid memilih untuk tetap terjaga, karena satu jam lagi perjalanan akan lanjut ke Gunung Bromo.

Tepat pada waktu 03.00 semuanya keluar dan membentuk barisan. Baik perempuan maupun laki-laki sudah memakai baju tebal, syall, sarung tangan, kaus kaki dan sepatu. Pemberangkatan sengaja dilakukan lebih awal karena tidak ingin melewatkan pemandangan sunrise. Setelah siap, semuanya naik ke mobil jeep masing-masing. Berisi lima orang.

"Makan roti dulu, nih, Je. Udara di luar dingin banget, bahaya kalau perut lo gak diisi," ujar Siska.

Jeje menggeleng lemah dan tidak mau mengambil roti pemberian Siska.

"Kerasa kepala banget, sih!" desah Siska.

Satu per satu mobil jeep mulai berjalan membelah gelap dan sunyinya hutan rindang. Banyak rumah kosong dan pohon beringin di tiap sudut jalan.

"Baca-baca, euy. Serem banget hawanya," ucap Rani. Semuanya melakukan yang disuruh Rani barusan.

Sampai pada tanjakan yang berliku, asam lambung Jeje naik. Perutnya sangat perih dan lagi-lagi ia ingin muntah.

"Hueekk.."

"Aduh.. Jeje.. please lah jangan lagi," ucap Siska lelah.

Wulan meminta sopir jeep untuk menepi sebentar supaya Jeje mengeluarkan isinya lebih dulu. Akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah cukup angker.

Salah satu sopir jeep menuntun Jeje ke tepian. "Keluarin di sini aja, Dek. Inget! Baca doa dulu, ya!" ujarnya.

Jeje maju selangkah sebelum itu ia merapalkan doa dan izin dulu, habis itu ia memuntahkan isi perutnya.

Akibat perut Jeje yang belum diisi jadi ia tidak mengeluarkan apapun selain cairan putih, perut Jeje sangat sakit karena penyakit maag-nya kambuh. Sopir jeep pun memberikan air minum pada Jeje.

"Gimana? Udah mendingan?" tanya sopir itu.

"Udah, Pak," jawab Jeje.

"Heum.. begini saja, karena kamu mabukan jadi duduk di depan saja," ujar sopir jeep.

Perjalanan kembali dilanjutkan, butuh waktu sekitar 2 jam lagi untuk sampai ke Gunung Bromo. Jeje, Siska, Wulan dan Rani tertidur akibat mengantuk, sedangkan para pendamping dan sopir tetap terjaga sambil mengawasi anak-anak.

.
.
.

Tepat pada pukul 05.00 semuanya sampai di Gunung Bromo langsung disambut oleh pemandangan luar biasa dan kabut tebal. Para guru menyuruh muridnya untuk melaksanakan salat subuh terlebih dahulu, karena di sini tidak ada toilet maka ambil wudu dilakukan dengan tayamum.

Semuanya melakukan ibadah salat subuh dengan alas sajadah dan tetap memakai pakaian sebelumnya, hanya melepas sepatu.

Selesai salat semuanya berjalan menuju puncak untuk melihat sunrise. Hawa di sini semakin dingin akibat turun rintik hujan, semua murid mengeratkan jaket atau hoodie yang mereka pakai.

Lambat laun matahari mulai naik perlahan, subhanallah.. cantik sekali! Para guru dan murid tidak mau melewatkan moment berharga ini, mereka segera mengambil beberapa gambar.

"Je, buruan lo berdiri di sana sambil gaya nanti biar gue fotoin," ucap Wulan.

Jeje berjalan lemah ke ujung tepi pohon dan memasang pose jari dua dengan tubuh yang membelakangi kamera.

RUMIT [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя