🍁LAST PART🍁

32 2 0
                                    

"Saya nikahkan Velannie binti Fredy dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai!" teriak Gino lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Bapak Penghulu.

"SAH!!!" sahut yang lain bersemangat.

"Alhamdulillah..." Kedua mempelai mulai merapalkan doa.

"Nggak boleh..." Jeje menangis lemah.

"Ayah, pukul Gino! Dia udah bikin hati Jeje sakitt.. dia nggak nepatin janjinya, pukul dia ayah. Pukul!!!" -batin Jeje sesak.

"Ssstt.. udah, Je, lo nggak boleh nangis terus." Siska menghapus jejak air mata yang ada di pipi sahabatnya.

"Sakit, Sis, di sini nyelekit bangettt.." Jeje menepuk keras dada kirinya.

"Iyaa gue tau, paham. Tapi ini udah takdir, Tuhan yang mengatur semua ini dan lo harus ikhlas." Siska menasihati sahabatnya dengan sabar.

"Para tamu dipersilakan untuk bersalaman dan memberikan ucapan selamat kepada pasangan hari ini," ucap MC mengiterupsi.

Sebelum itu Siska menyuruh Jeje untuk menarik napas dalam-dalam dan bersiap menguatkan mentalnya. Jeje menghapus air matanya, lalu mereka berdua berjalan mendekat ke arah pengantin.

Grep!

Gino langsung mendekap erat tubuh Jeje, wanita yang ia sangat sayangi. Wanita yang harusnya ia lindungi dan ia beri kebahagiaan. Namun, kini dirinya malah menorehkan luka yang cukup dalam kepada gadis itu.

"Sakit, Gin. S-sesak," ucap Jeje terbata - bata sambil menahan isakannya.

"Maaf." Hanya satu kata yang mampu Gino ucapkan.

Jeje buru - buru menarik tubuhnya, ia tidak mau berlama - lama dalam pelukan lelaki itu, nanti yang ada dirinya di cap sebagai pelakor.

"Selamat, ya." Jeje menjabat tangan Gino berusaha tersenyum lebar. Sedangkan Gino hanya menundukkan kepalanya.

"Velaaa! Selamat yaa akhirnya impian lo terwujud. Daridulu lo curhat sama gue pengin banget nikah muda, kan? Nah sekarang udah jadi, dong. Sumpah gue kangen banget!" Jeje berkata girang dan memeluk erat sahabat masa kecilnya itu.

"Je, maafin gue...," ucap Vela saat keduanya melepas pelukan. Air mata Vela mengalir, ia merasa paling jahat telah merusak kebahagiaan hidup sahabatnya.

"Sstt... ini udah termasuk scenario, Tuhan. Mungkin Gino bukan jodoh gue dan emang gue ditakdirkan untuk menjaga dia doang," balas Jeje berusaha tegar.

"Je, udah ayok makan. Gue laperr!" Siska merengek minta Jeje cepat - cepat menyelesaikan acara salamannya.

"Kalian berdua sekali lagi, congrats, ya! Gue doain semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah! Gue tunggu momongannya. Bye!"

Setelah itu Jeje pergi bersama Siska untuk mengisi perut mereka.

Kedua pipi Vela panas mendengar ucapan sahabatnya barusan, ia dan Gino saling bertukar pandang dengan senyuman garing.

"Haha. Takdir, memang lucu, ya!"


****

Baik Jeje maupun Vela sama-sama menyendok makanan dengan porsi yang sangat banyak. Tadi pagi keduanya sengaja tidak makan mangkanya pas ke sini jadi rakus.

Selesai makan nasi keduanya mengitari seluruh tenda, menyicipi camilan sesi makanan kedua. Ada siomay, bakso, puding, bolu, ice cream, sirup dan lainnya semua mereka rampas.

RUMIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now