22. SATU HARI BAIK

262K 22.5K 2.7K
                                    

Mulmet: Temaram - Thantri

Selamat membaca, semoga suka dulur❤️ Aamiin

22. SATU HARI BAIK

Seseorang yang tidak bisa kau definisikan, tetapi ia nyaris menempati tempat teristimewa di hatimu.
...

Rumah megah dengan suasana sepi yang menyelimutinya, entah sudah berapa lama rumah ini kehilangan kehangatan keluarga yang menempatinya. Dan selalu saja begitu, setiap ia pulang, Angkasa selalu dihadiahi perasaan kosong di rumah ini, perasaan yang tiba-tiba membuat Angkasa terus menyalahkan keadaan dan benci dengan hidupnya sendiri.

Cowok berjaket hitam bertuliskan Satrova itu turun dari motornya dengan sedikit mengeraskan rahangnya saat melihat mobil hitam juga terparkir di garasi rumah itu. Tidak perlu menebaknya, mobil itu adalah milik Satya Adinata, Ayahnya.

"Angkasa!"

Panggilan itu menggema saat ia baru saja melangkahkan kakinya masuk ke ruang tamu. Disana ada Satya yang sedang duduk dengan laptop yang berada di pangkuannya. Sorot mata laki-laki itu focus pada anak keduanya.

Angkasa berbalik, menatap datar Ayahnya seperti biasanya, "Ada apa, Pah?"

"Apa keputusan kamu?" tanya Satya to the point, cowok itu hampir sama dengan Angkasa. Sikap, watak, wajah, semua benar-benar menurun pada anak keduanya, Angkasa Naufal Merapi.

Angkasa berusaha mengingat kembali tawaran Ayahnya beberapa minggu yang lalu, "Saya nggak bisa, Pah," kata Angkasa tetap dengan wajah datarnya, sejak dulu, cowok itu memang tidak pernah tertarik untuk terjun di dunia bisnis.

"Alasannya?" tanya Satya. Laki-laki itu berdiri, mendekati anaknya. Bukan tanpa sebab ia menawarkan Angkasa untuk memimpin perusahaan mereka dan menggantikan posisinya.

"Saya nggak minat," jawab Angkasa tanpa menyaring kalimatnya.

Satya menyeringai mendengar jawaban Angkasa, laki-laki itu benar-benar seperti melihat dirinya saat masih muda dulu, keras dan semaunya.

"Saya tetap tunggu jawaban kamu, sampai kamu mau dan siap, Adinata group harus berada di bawa pimpinan kamu setelah Papa!" ungkap Satya tegas, seakan tak menerima bantahan.

"Adiran Banda Seamora lebih siap dari saya, kenapa bukan dia, Pah?" tanya Angkasa. Sebenarnya hampir tak ada celah dalam diri Adiran, semua nyaris perfect. Tetapi kenapa Ayahnya terus memaksanya? Kenapa Satya begitu percaya dengan Angkasa yang notabennya adalah anak berandalan yang kerjaannya cari masalah di sekolah.

"Kamu akan tahu nanti kenapa Ayah milih kamu di bandingkan Adiran," kata Satya.

Tanpa perlu di jelaskan Angkasa juga sudah tahu, karena Adiran lebih memilih Mamanya di banding Ayahnya waktu itu, cowok itu lebih memilih pergi dari rumah ini dan meninggalkan Angkasa bersama Ayahnya, dan juga Aruna.

"Apa karena masalah itu lagi, Pah?" tanya Angkasa tidak tahan, selama ini cowok itu berusaha untuk tidak mengungkit masalah keluarganya dengan Ayahnya secara langsung, walaupun jauh di lubuk hatinya ia menyalahkan Ayahnya.

Satya tiba-tiba tidak minat dengan pembicaraan, laki-laki itu hanya menggeleng lalu kembali ke posisinya semula. Angkasa bisa melihat perubahan ekspresi di wajahnya.

"Mama koma di rumah sakit," terang Angkasa, dan pastinya Satya sudah lebih dulu tahu tentang ini. Angkasa merasa muak melihat tingkah Ayahnya yang terus bersikap acuh dengan keadaan. "Papa nggak lupa 'kan dengan Nyonya Bela Lestari Adinata?"

"Ini urusan saya, Angkasa."

"Semua biaya sudah saya tanggung, kurang baik apa lagi saya dengan dia?" sahut Ayahnya yang membuat emosi Angkasa bangkit saat itu.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now