4. RUMAH SAKIT

557K 36.9K 4.4K
                                    

Hai, silahkan tandai typo lur. Selamat membaca semoga kalean suka aamiin. Vote dan spam komennya aku wait💓

#SALAMPENGUASAANDROMEDA🔥

**

4. RUMAH SAKIT

Lorong besar rumah sakit Dr. Soepomo dipenuhi oleh anak laki-laki berjaket hitam dengan tulisan Satrova dan gambar tengkorak gahar di bahu kirinya. Malam ini mereka berkumpul disini menjenguk Bobby Almero yang masih terkapar di atas brankar rumah sakit.

"Gila! Hambar banget hidup kalau Bobby nggak ngoceh," sahut Bara memecah keheningan antara dirinya, Angkasa dan Razi. 3 cowok itu berdiri di lantai 4 rumah sakit dengan posisi yang berhadapan dengan jendela kaca besar.

"Gue nggak punya teman bercanda asal kalian tau," lanjut Bara yang tidak di gubris oleh dua orang yang ada di sampingnya.

"Kacang mahal nggak sih?" monolog Bara kesal. Punya teman kok berasa punya patung

"Kondisi Bobby gimana?" tanya Razi. Cowok itu belum sempat masuk ke ruangan Bobby karena di sana masih ramai anak Satrova yang bergantian masuk.

"Kata dokter, udah normal kok."

Razi mengangguk tanda mengerti. Lalu pandangannya sibuk mengamati jalan besar yang ada di bawah sana.

"Administrasinya udah lo tebus kan, Bar?" Sekarang giliran Angkasa yang bersuara.

"Aman Bos, sisa uang rumah sakit masih ada nih di kantong gua."

"Masukin ke amplop, kasi Budenya. Itung-itung buat tambahan keperluannya," ujar Angkasa yang langsung dimengerti oleh Bara.

Bobby memang tidak lahir dengan keberuntungan yang sama dengan 3 cowok ini, Bobby lahir di keluarga yang bisa dikatakan sederhana, orang tuanya sibuk merantau dan tidak pernah pulang. Tetapi persahabatan mereka bukan tentang itu, lebih ke rasa persaudaraan yang sampai kapanpun tidak bisa dibayar oleh uang.

"Oke, gue beli dulu." Bara lalu berjalan pergi menuju kantin rumah sakit. Ia sudah sedikit hafal dengan area ini karena ibunya adalah salah satu dokter besar disini.

Sekarang tinggal Angkasa dan Razi disitu. 2 cowok yang pesonanya digilai oleh banyak perempuan. Angkasa dengan ketampanan dan kekuasaannya, sedangkan Razi dengan kekayaan dan kehebatannya dalam bermain basket.

"Kemarin lo ketemu sama Om Dwipa?" tanya Razi.

Angkasa mengangguk tanpa menoleh. "Iya, dan ternyata dia punya anak perempuan yang juga sekolah di SMA Andromeda."

"Terus?"

"Dia cerita banyak sama gue,"

Dwipa Matra. Dia seorang perwira tinggi Polri, Komisaris Jenderal Polisi, yang sekarang menjabat sebagai Wakapolri. Dia dikenal baik oleh SATROVA, utamanya Angkasa yang pernah mendapat kasus besar dan ditangani langsung olehnya. Om Dwipa, bagi Satrova: sosok Komisaris jenderal polisi itu bukan hanya sekedar aparatur negara yang mengayomi, dia seorang 'bapak' yang merangkul Satrova untuk selalu tahu batas dalam bergaul. Itu alasannya, kenapa Angkasa dan teman-temannya sangat dekat dengan Dwipa, mereka berhutang kebaikan dengan sosok itu.

"Katanya, dia rindu juga sama yang lain. Dia juga bilang seneng karena udah jarang dapat laporan miring tentang Satrova," tutur Angkasa.

"Kita udah nggak seburuk dulu yah, Zi?"

"Iya," balas Razi singkat. Cowok itu sangat ingat betul bagaimana rekaman jejak Satrova di ingatannya.

"Tadi lo bilang kalau Om Dwipa punya anak perempuan yang juga sekolah di SMA ANDROMEDA 'kan? Siapa? Lo tahu?" tanya Razi beruntun.

DIA ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang