Mulmet: Cahaya - Tulus
Silahkan tandai typo. Selamat membaca, Bor. Semoga sukaa Aamiin❣️
18. ROTASI
Mau bagaimanapun, kita tetap bukan kita.
...Setelah jam pelajaran selesai, Aurora berjalan menuju perpustakaan untuk mencari buku paket yang belum sempat ia miliki, disini ia bersama Vana. Dua perempuan yang di kabarkan dekat dengan Anggota Satrova.
Sekarang kondisi perpustakaan sedang sepi, hanya ada 1 sampai 3 orang disana, dan memang perpustakaan hanya akan ramai di waktu tertentu saja, seperti di awal dan di akhir semester.
"Lo mau cari buku apa, Ra?" tanya Vana sambil ikut berjalan di belakang Aurora mengelilingi rak buku anak IPA.
"Buku kimia organik, catatan gue belum selesai," jawab Aurora yang terus mengeliling rak buku, matanya berbinar ketika tertuju pada buku yang ia maksud, "Ini yang gue cari."
"Catatan gue juga belum selesai, Ra. Tetapi kok gue nggak seantusias lo yah?" tanya Vana merasa aneh dengan Aurora. Tetapi perempuan yang ada di dekatnya justru tidak menggubrisnya, ia sibuk membuka buku yang ada di tangannya. Lalu tersenyum lebar ketika materi kimia lengkap di buku itu.
"Lo mau kerja catatan bareng gue?" tawar Aurora. Perempuan itu memang sudah membawa buku tulis dan pulpen ke perpustakaan.
"Gue nggak bawa apapun, selain diri gue sendiri," balas Vana kemudian ikut duduk di depan Aurora.
"Gue pinjam aja catatan lo pulang, Ra. Jadi lo harus selesaiin sekarang," titah Vana dengan wajah yang di imut-imutkan.
"Ok."
"Ra, gue tidur dulu yah? Soalnya semalam gue begadang," ujar Vana. AC ruangan perpustakaan memang lancar, jadi sangat tidak heran jika banyak siswa yang kadang datang untuk tidur dengan buku yang terbuka lebar di depannya.
Aurora hanya mengangguk, lalu kembali menyelesaikan catatannya dengan cepat, agar waktu istirahat cukup untuk ini.
Sekala Bumi Sagarmatha: Kita latihan sepulang sekolah, gue tunggu di ruangan musik.
Aurelani Aurora: Ok.
Dengan semangat perempuan itu melanjutkan catatannya lagi setelah membalas pesan dari Sekala. Aurora tidak sabar untuk ikut latihan PENSI, karena sejak dulu ia tidak pernah mengambil peran apapun dalam acara-acara besar, dan sekarang adalah kesempatannya, ia tidak mau menyia-nyiakan ini.
Laki-laki dengan postur tubuh tinggi berjalan mendekati Aurora ketika sepasang matanya menangkap sosok yang ia cari sejak tadi. Laki-laki itu bernama Rafly, Rafly Lioni Wijaya, salah satu anak SATROVA yang juga seangkatan dengan Angkasa dan Aurora.
"Buat lo," kata laki-laki itu sambil menyimpan kotak makanan dan air mineral di depan Aurora.
Aurora mengangkat wajah menatap Rafly, "Buat gue?"
"Iya, dari ketua gue," jawabnya. "Angkasa Naufal Merapi."
"Lo harus makan, kalau enggak, gue yang di tonjok," kata Rafly terang-terangan. Memang Angkasa mengatakan seperti itu pada Rafly, dan cowok itu tahu kalau Angkasa tidak pernah main-main dengan apa yang dia katakan.
Aurora menatap kotak makanan yang ada di depannya, "kenapa harus lo yang bawa?" tanyanya.
"Gue nggak tahu, dia cuman ngasih gue kotak makanan ini lalu berjalan pergi ke Wazeb dengan yang lain," jelas Rafly.
Aurora mengangguk paham, "Oke."
Cukup lama Rafly berdiri di samping Aurora, wajah cowok itu terlihat pasrah, dan ada juga ketakutan yang terbersit disana. Mungkin ia takut jika Aurora tidak memakan makanan ini, dan dia akan di jadikan sebagai sasaran emosi Angkasa jika tahu hal ini.
YOU ARE READING
DIA ANGKASA
Teen Fiction[PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021] [FOLLOW SEBELUM DI BACA] HIGHEST RANK #2 IN TEENFICTION ON 19 MARET 2021 ** -Tidak merasakan apa-apa jauh lebih baik dibanding memilih jatuh cinta kemudian terluka, sendirian- Pernah di anggap istimewa oleh seseoran...