57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS

294K 21.9K 4.5K
                                    

Selamat membaca, semoga sukaa Aamiin❣️

Target NEXT masih sama🔥❤️

Untuk selanjutnya, persiapkan hati baik-baik:v canda hati:v

57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS 

Setelah saling percaya dan bersama, tugas kita hanya berjuang dengan baik.
... 

Setelah melakukan, check up. Aurora dan Angkasa sama-sama berjalan ke arah parkiran dengan langkah ringan. Setelah rumah sakit, tujuan mereka adalah toko buku, walaupun Angkasa tidak suka ke tempat itu, tetapi sampai sekarang, ia belum tahu cara untuk menolak kemauan perempuan kesayangannya.

"Capek gak?" tanya Angkasa.

Aurora menggeleng, "Nggak, jalan doang masa capek."

"Kalau capek bilang, Ra. Gue pakein kursi roda sampe parkiran, atau-"

"Atau apa?" tanya Aurora sembari menatap Angkasa menyelidik.

"Gue gendong."

"Kuker," timpal Aurora, menggeleng-geleng. Tidak habis pikir dengan pikiran Angkasa.

"Demi lo, apasih yang nggak?" balas Angkasa menggodanya.

Langkah kaki Aurora berhenti, "Serius?"

"I-iya, asalkan nggak aneh-aneh," jawab Angkasa meniru cara bicara Aurora.

"Setelah ke toko buku nanti, aku mau ke toko musik," terang Aurora antusias.

"Nggak papa? Lo nggak capek?" tanya Angkasa ragu. Kondisi perempuan kesayangannya itu semakin hari semakin memburuk, dan Angkasa tidak tenang dengan kabar itu.

Aurora menggeleng, tentu dengan senyum manisnya, agar Angkasa mau menuruti keinginannya.

"Ra?" suara Angkasa terdengar pelan, dan Aurora tahu, cowok itu mulai membujuknya.

"Aku mau ke toko musik, Sa," ujar Aurora dengan warna wajah yang tak ingin di bantah.

"Pilih salah satu," tegas Angkasa. "Toko buku atau Toko musik?"

"Tuh 'kan, katanya 'apasih yang nggak', giliran gini udah ngasih pilihan," Aurora mengalihkan pandangannya. Pura-pura marah agar Angkasa meng-iya-kan kemauannya.

"Nanti lo drop lagi, Ra," sahut Angkasa hati-hati.

"Yaudah, kalau gitu kita pulang aja sekarang,"

Dalam hati, Aurora sangat ingin tertawa. Lucu sekali melihat ekspresi wajah Angkasa yang biasanya galak berubah memelas seperti ini.

Cowok berjaket Satrova itu berdecak.

"Fine, kita ke dua-duanya," jawab cowok itu.

Melihat ekspresi wajah Aurora yang berubah gembira, Angkasa tersenyum kecil. "Tapi nggak gratis."

"Apa syaratnya?" tanya Aurora.

"Nanti kalau kita udah pergi ke tempat itu, baru gue kasih tahu," balas Angkasa.

"Okay," kata Aurora sepakat.

Keduanya kembali berjalan, Angkasa terus memegang tangan Aurora, erat tetapi nyaman.

Tidak ada lagi pembicaraan antara keduanya, hingga tanpa sengaja Aurora melihat wanita paruh baya yang menatap ke arahnya secara lekat, eh bukan! Lebih tepatnya ke arah Angkasa, ya, perempuan paruh baya itu menatap Angkasa dari samping mobilnya. Lalu mengurai senyum kecil di bibirnya, matanya terlihat sendu. Seakan yang ia lihat adalah hal yang sangat ia rindukan.

DIA ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang