12. PENENANG EGO

304K 24.8K 6K
                                    

Selamat membaca semoga kalian suka Aamiin ❤️

12. PENENANG EGO

Hidup adalah perjalanan untuk mencari ketenangan masing-masing, tetapi seseorang kadang hadir hanya untuk menjadikan kita pilihan, pelampiasan, dan tempat singgah.
...

Angkasa. Cowok itu baru saja selesai latihan gym dengan teman-temannya. Tampak sangat jelas dengan kaos hitam dan training selutut yang ia kenakan, tak lupa dengan tas hitam yang selalu ia sampirkan di bahu kanannya.

Sejak tadi banyak pasang mata yang menatapnya kagum, terpesona. Termasuk perempuan yang berada di samping Alaska, entah sudah berapa kali perempuan itu jatuh cinta dengan Angkasa. Wajah yang berada di atas standar, di tambah lagi dengan tubuh atletis yang menjadi poin plusnya, benar-benar ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.

"Gue langsung pulang aja, soalnya mami gue lagi dirumah sekarang," kata Bara. Mami Bara memang sangat jarang berada di rumah, karena profesi dokter yang mengharuskan ia menomor satukan pekerjaannya, itulah sebabnya setiap Maminya di rumah Bara selalu memperbanyak waktunya di rumah juga.

"Ok," balas Angkasa.

Bobby menoleh menatap Bara, "Hadijah, Bar. Perasaan gue nggak enak nih."

"Sembarang mulut lo, gue tampol lo pake ubi," semprot Bara lalu menampar Bobby dengan handuknya bekas keringatnya.

"Nggak sopan lo Bar, handuk lo udah penuh keringat masih aja lo bagi-bagi sama gue," kata Bobby tidak terima.
"Lo nggak tahu aja gue lagi usaha buat glow up,"

"Sinting!" timpal Bara lalu mengambil tasnya.

"Gue nebeng pulang Bar, Lamborghini gue masih di toko soalnya," ucap Rama lalu ikut melangkah di belakang Bara.

"Oke, gue bawa jaguar XF kok."

"Pada nggak waras nih temen-temen gue," ujar Bobby menilai. "Emang cuman gue yang stabil disini."

Alaska tertawa mendengar penuturan Bobby, "Lo satu spesies sama mereka,"

"Enak aja, gue gak suka di sama-samain."

"Sa?"

Hening. Ketika panggilan yang bernada ragu itu terdengar. Chinta berjalan mendekati Angkasa. Tetapi cowok itu tetap saja terlihat acuh dengan Chinta, selalu saja begitu, entah berapa kali usaha perempuan itu di patahkan oleh sikap cuek Angkasa.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Chinta penuh harap.

Tanpa menoleh Angkasa menjawab, "Sama Razi,"

Razi yang mendengar namanya di sebut menoleh, mata cowok itu melemparkan Angkasa tatapan penuh tanya, Angkasa membawa kendaraan sendiri, Razi juga. Bagaimana bisa Angkasa menjawab seperti itu?

"Oh ... Gue boleh nebeng nggak?" tanya Chinta lagi. Ia sangat tahu kalau Angkasa bawa mobil.

"Gue ada urusan, gue nggak bisa," tolak Angkasa cepat.

Chinta tersenyum getir. Jangankan mendapatkan hati Angkasa, mendapatkan kepeduliannya saja sangat sulit baginya. Sejak SMP perempuan itu mengejar Angkasa, tetapi kayaknya sejauh ini usahanya hanya terbilang sia-sia.

"Lo pulang sama gue aja, Nta," tawar Sekala yang langsung mengendalikan suasana. "Gue lewat kompleks rumah lo kok," tambahnya. Menjaga perasaan perempuan, mungkin Sekala adalah anggota Satrova yang paling bisa melakukan hal itu, jadi tidak jarang jika laki-laki itu digilai karena kepintaran dan sikapnya.

Gue mau pulang sama Angkasa bukan lo Ska, batin perempuan itu.

"Oke," balas Chinta dengan suara keputusasaan.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now