5. TITIK AWAL

414K 30.6K 2.8K
                                    

Hai^^ welcome back!!
Jangan lupa vote dan spam komennya yaw, Selamat membaca dulur!❤️🤟 Semoga suka Aamiin.

Resep fast update: Komen&vote melebihi part sblmnya😋

**

5. TITIK AWAL

Sepulang dari rumah sakit, Aurora lalu berjalan menuju lantai 3 kamarnya dengan langkah sedang. Earphone menyumbat kedua telinganya dengan playlist lagu favoritnya. Sembari berjalan, ingatannya kembali pada rooftop rumah sakit tadi.

"Bentar," Aurora berbalik, menatap Angkasa penuh tanya.

"Mulai besok, lo berangkat ke sekolah bareng sama gue!"

Ucapan Angkasa mengundang kebingungan di wajah Aurora. Jelas ini sangat tidak masuk akal baginya, Siapa Angkasa Naufal Merapi? Dan siapa juga dirinya? Ini untuk kedua kalinya ketua geng dengan kuasa yang tidak main-main menawarkan hal yang sama kepadanya.

Mulut Aurora masih mengatup, diikuti dengan pergerakan Angkasa mendekatinya dengan warna wajah yang tidak main-main. "Jawab iya! Setelahnya lo bebas pergi dari sini."

"Kenapa gue harus bareng lo?" tanya Aurora. Angkasa, satu manusia yang tidak bisa ia simpulkan, manusia dengan jalan pikiran yang sama sekali ia tidak bisa tebak sejauh ini. Jika dibilang dekat, mungkin tidak juga. Jika di bilang jauh, mungkin tidak juga. Dalam hal ini Aurora tidak bisa memposisikan Angkasa dalam dirinya.

"Harus banget gue kasi alasan?" serang Angkasa. Cowok yang terkenal enggan berbasa-basi.

"Harus," balas Aurora sambil menatap wajah laki-laki yang sedang berada di hadapannya. "Karena gue nggak mau ke sekolah bareng sama lo!"

Wajah datar Angkasa berubah, menampilkan senyum kecil disana, senyum dengan arti yang tidak bisa Aurora jabarkan, "Tapi gue mau ke sekolah bareng sama lo."

Kedua bola mata Aurora membulat sempurna. "Hah?"

"Gue mau ke sekolah bareng sama lo," tegas Angkasa ulang.

"Kenapa?"

Sebenarnya jika bukan karena permintaan Dwipa Matra dan janjinya, Angkasa tidak akan mungkin melakukan ini. Ia tidak akan mungkin bersikeras menghabiskan waktunya untuk menjaga perempuan yang ada di hadapannya.

"Gue nggak punya alasan dan gue nggak terima penolakan," desis Angkasa.

"Tapi gue juga nggak suka dengan paksaan!" Kata Aurora.

Angkasa semakin mendekatkan tubuhnya yang kontan membuat Aurora mundur beberapa langkah. Ia mengunci pergerakan Aurora dengan meletakkan kedua tangannya kokoh tepat di sebelah kepala perempuan itu. Angkasa lalu sibuk mengamati lekat wajah Aurora, Putri kesayangan Dwipa Matra yang sangat berjasa dalam hidupnya. Lalu secara bersamaan di benaknya terlintas ucapan Alaska: perempuan itu kayak layangan, dia perlu di kejar, dipertahankan, tapi lo nggak boleh maksaiin layangan buat terbang kalau nggak ada angin.

"Terserah. Gue bakal tetap jemput lo," sahut Angkasa.

Aurora menatap Angkasa kesal. "Gue masih punya supir yang bisa anter gue kemana-mana, gue juga punya motor yang bisa gue pake, jadi lo-"

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now