14. ILUSI YANG KUKIRA NYATA

277K 23.5K 5K
                                    

Mulmet: Sayap pelindung - Hanin dhiya

SELAMA MEMBACA, SEMOGA SUKA AAMIIN❣️

14. ILUSI YANG KUKIRA NYATA

Sejauh aku mengenalmu, kamu adalah semua pelajaran tentang cukup, beruntung, dan mungkin juga keraguan.
...

"SIAPA YANG MULAI DULUAN?" tanya Guru BK yang sedang mengintrogasi dua orang siswa yang ada di depannya. Angkasa dan Mahesa sama-sama terdiam.

"Jawab! Jangan diam aja!" Mata Ibu Renata menatap Angkasa dan Mahesa bergantian. Lagi-lagi mereka yang ia hadapi.

"Angkasa! Bicara!" suruh Bu Renata yang berdiri tepat di depannya. "Buka juga dasi yang ada di kepala kamu, dasi itu di pake di leher buku di kepala."

"Kamu juga Mahesa, rapikan baju kamu. Bukannya kelas 12 udah focus belajar malah sibuk cari masalah sama juniornya," omel Bu Renata sambil menatap tajam Mahesa.

Keduanya tidak mengindahkan permintaan Bu Renata, Angkasa dan Mahesa sama-sama terdiam dengan rahang yang menegang. Keduanya menyorotkan tatapan dingin dengan bekas luka di wajah dan pinggir bibirnya masing-masing.

"Kalian punya telinga, tapi nggak mendengar sama sekali!" tutur Bu Renata lagi. "Kalian pikir Ibu nggak banyak pekerjaan Ha?! Ngeladenin kalian itu nyia-nyiain waktu ibu!"

"Kalau nggak ada anak berandalan, guru BK nggak mungkin punya pekerjaan Bu," sahut Angkasa santai.

"Angkasa! Berani kamu sama ibu?" repet Bu Renata yang semakin membuat suasana Ruang BK menegang, di tambah lagi dengan AC yang memberi hawa dingin.

"Saya nggak berani Bu, saya juga tahu kok kalau siswa harus hormat dengan Gurunya," balas Angkasa.

"Diam! Siapa yang nyuruh kamu bicara?"

Emang valid no debat. Bicara salah, diam salah, emang siswa tempatnya salah. Batin Angkasa

"Jelaskan ke ibu, siapa yang cari masalah duluan?" tanya Bu Renata.

Hening. Angkasa dan Mahesa lagi-lagi terdiam. Dan sejak tadi Mahesa tidak pernah berbicara karena posisinya memang salah.

"Permisi."

Semua yang ada di ruang itu mengalihkan pandangannya kearah pintu, "Masuk!" titah Bu Renata.

"Ada keperluan apa?" tanya Bu Renata lembut.

"Saya datang kesini untuk menjelaskan sama Ibu tentang perkelahian tadi di lapangan," kata Aurora. Mata Angkasa menatap datar kearahnya, sangat datar.

"Kamu ada di sana saat dua orang pembuat onar ini berkelahi?" tanya Bu Renata kepada Aurora.

"Angkasa Bu, bukan pembuat onar," sahut Angkasa.

"Diam kamu, Angkasa!"

"Iya Bu, saya ada di sana. Jadi saat itu jam pelajaran olahraga, Angkasa ngajar saya cara memasukkan bola kedalam ring, berkali-kali percobaan saya tetap tidak bisa Bu, sampai akhirnya saya mencoba sekali lagi dan bola yang saya lempar tidak masuk lagi ke ring, tetapi meleset kearah koridor dan mengenai Kak Mahesa Bu," jelas Aurora.

"Terus kenapa Angkasa dan Mahesa berkelahi?" tanya Bu Renata.

"Saya ngebela Aurora Bu, kan kasihan cewek yang udah minta maaf malah di bentak di depan umum," tambah Angkasa.

"Betul itu Aurora?" tanya Bu Renata memastikan.

"Iya Bu," jawab Aurora.

Bu Renata mengangguk paham. Lalu penglihatannya tertuju pada kedua siswa yang ada di depannya. "Tapi, kalian tetap akan Ibu hukum."

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now