12. Mas Gray

15.5K 637 12
                                    

Akhirnya aku sampai di rumah baruku. Rumahnya tidak semewah yang aku pikirkan. Rumah ini minimalis namun terlihat sangat nyaman untuk ditinggali.

Aku berdiri didepan rumah sambil melihat-lihat taman kecil didepan rumah yang belum ditata. Banyak tanaman liar yang tumbuh diantara bunga-bunga. Sembari menunggu Om Gray menurunkan koper-koper, aku melihat kolam ikan yang berada ditengah-tengah taman. Sayangnya kolamnya tidak terisi air.

Om Gray memanggil namaku untuk segera masuk ke dalam rumah. Aku bergegas pergi menemuinya. Saat masuk ke dalam rumah, aku tercengang. Rumah ini sangat aesthetic sekali. Tipe rumah yang aku idam-idamkan selama ini.

"Om Gray ini beneran rumah baru kita?" aku masih tidak percaya ini adalah rumah yang diberikan Om Gray kepadaku sebagai mahar pernikahan. Aku harus bersikap baik dengan Om Gray mulai saat ini. Menjadi istri yang baik.

"Benar. Ini rumahmu sekaligus rumah kita untuk saat ini. Maaf jika rumah ini terlihat kurang menarik dan kecil bagimu. Jika pandemi telah usai, kau bisa membeli rumah yang baru sesuai dengan keinginanmu," jawab Om Gray.

"No! No! No! Rumah ini sudah sangat bagus. Om Gray nggak perlu keluarin banyak uang buat beliin apa yang aku suka. Aku tidak ingin berhutang banyak dengan Om Gray. Karena aku pun belum tentu bisa bersikap baik sama, Om. Jadi, jangan terus membuang-buang uang lagi. Aku tidak suka." Om Gray mencoba untuk membalasnya, namun aku segera nahan mulutnya agar tidak berucap lagi dengan jari telunjukku.

"Om Gray mengerti 'kan apa yang aku maksud?" Om Gray mengangguk lalu menggenggam jari telunjukku untuk tetap berada didepan bibirnya.

"Aku suka diperintah olehmu," desisnya.  Aku merasa desiran panas menyengat jari telunjukku, sontak aku langsung menarik jariku dari bibirnya. Tidak-tidak! Aku tidak boleh bermain-main dengan Om-om satu ini.

Suasana jadi canggung seketika. Uh, kenapa hawanya terasa sangat panas dan sesak. Padahal diluar sudah mulai hujan gerimis. Aku pura-pura melihat-lihat ruangan disekitarku. Hingga aku penasaran dimana letak kamarku.

"By the way, Kamarku yang mana?" tanyaku.

"Kamar kita maksudmu?" Om Gray pura-pura memperjelas pertanyaanku. Padahal aku yakin dia mendengarnya dengan jelas.

Aku menggeleng cepat. "Bukan. Kamarku sendiri. Maaf, aku tidak bisa tidur dengan pria dewasa seperti Om Gray. Om Gray tahu sendiri aku masih sekolah. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganku sebelum semua impianku tercapai."

"Kau sangat cerewet, ya." Om Gray terkekeh melihat tingkahku yang sering berbicara panjang lebar.

"Ya seperti inilah diriku. Aku yakin Om Gray belum melihat diriku yang sesungguhnya seratus persen. Aku harap nanti jangan menyesal setelah tahu sifat asliku. Okay, dimana kamarku?"

"Aku tidak akan pernah menyesal. Ingat itu, Ayana "  Om Gray berucap dengan tegas.

Aku bergidik ngeri lalu Om Gray menarik tanganku untuk menaiki tangga.  Menuju kamarku berada.

"Ini kamarmu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aduh, Om!Where stories live. Discover now