3. Papa Gula

21.1K 839 88
                                    

Dua bulan kemudian,

Akhirnya aku akan segera terbebas dari pelajaran. Karena ulangan kenaikan akan segera dilaksanakan seminggu lagi. Aku belajar sendir tanpa bantuan guru les yang pernah ditawari Bunda. Entah kenapa waktu itu, guru lesnya tiba-tiba membatalkan perjanjian buat mengajarku.

Rasanya ada yang aneh. Padahal waktu itu aku sudah bertemu juga dengan calon guru les privatku itu. Dia orang ganteng, pinter juga. Aku udah semangat mau belajar, eh dianya minta resign. Bagaikan bunga masih kuncup udah dipetik. Aku sudah berharap lebih sama calon guru les itu. Kali aja dia juga suka sama aku.

Aku itu suka sama semua cowok ganteng. Tanpa terkecuali. Abang-abang BTS? EXO? NCT? itu suami aku, ya. Andaikan Bunda membolehkanku untuk pasang poster di dinding kamar, pasti kamarku sudah penuh poster orang ganteng. Bikin tidur makin nyaman, dan tenang.

Sekarang aku lagi santai diatas kasur. Mengeruk kekayaan didalam hidungku sambil bayangin Abang Taehyung buka baju. Ya Allah, dosa banget aku.

Tiba-tiba bunda buka pintu kamar. Dia marah-marah sambil bawa sapu korek.

"YA ALLAH! ANAK GADIS MASIH PERAWAN UDAH SIANG MASIH SANTAI-SANTAI DI KASUR! CEPET BANGUN! CEPET!" seru bunda marah-marah mau memukulku dengan sapu korek yang dia bawa.

"Iya-iya, aku bangun. Lagian aku kan lagi libur, Mak! Masa' sekali-kali bangun siang nggak boleh!" raungku dengan menahan emosi. Aku tutupi wajahku dengan bantal. Meraung emosi, supaya nggak terlalu kedengaran kalau lagi mengumpat.

"Anj—wkwjdkidkskis ...."

Bunda langsung tarik tangan gue paksa. "HAYOO! BILANG APA LU TADI! MAU NGATAIN BUNDA ANJ—

"-dasar lu anjay.... Gitu mak. Aku lagi nyanyi. Nggak ngatain bunda kok. Jangan baperan deh," ucapku mengelak.

"MAKANYA NURUT SAMA EMAK! SUPAYA EMAKMU BAHAGIA, LU JUGA ENAK JADI ANAK. NGERTI?!"

Aku mengangguk malas. "Sana mandi! Bentar lagi ada temen ayah main ke rumah," ucap Bunda langsung penuh kelembutan. Aku yakin Bunda punya kepribadian ganda. Kadang marah-marah, kadang lembut banget.

"Eh, kan lagi ada corona. Mana boleh nerima tamu!" ucapku.

"Tenang aja, tamunya nanti Bunda guyur pakai air disinfektan seember. Bunda juga udah siapin alat buat cek suhu tubuh," ucap Bunda.

Aku langsung mengacungkan kedua jempol sama Bunda. "Bunda hebat!"

"UDAH SANA MANDI! DARI TADI CARI CELAH AJA BUAT LEHA-LEHA!"

Tuh kan, Bunda aku memang bipolar. Kadang marah-marah, tiba-tiba bisa lembut. Ya Allah, kuatkan hamba. Hamba pengen masuk surga.

***

Baru aja selesai mandi, Bunda udah teriak-teriak dari depan. Terpaksa aku pakai baju sembarang. Atasan kaos oblong dan celana pendek.

"AYANA! CEPET KESINI!"

Ah, Bunda selalu teriak-teriak. Padahal jarak kamarku dengan ruang tamu nggak jauh. Aku masih bisa denger kok kalau ada tamu.

Aku berjalan malas ke ruang tamu. Di sana sudah ada Ayah, Bunda, dan satu om-om yang aku yakini teman ayah yang tadi diceritakan Bunda.

"Iya, Bunda. Ada apa? Kenapa mesti teriak-teriak sih," ucapku malas.

"Coba sini-sini. Salim dulu sama Om Gray. Dia teman ayah kamu yang tadi bunda ceritakan."

Aku langsung menolak jabatan tangan dari temen Ayah. "Bukan maksudnya saya sombong atau sok cantik. Tapi mengantisipasi adanya virus Corona. Jadi nggak boleh saliman, hehehe ...."

Om Gray langsung menarik kembali tangannya. Dia kelihatan canggung bertemu denganku. Kalau dideskripsikan, Om Gray itu termasuk orang ganteng kok. Dia bisa masuk list orang-orang ganteng menurut Ayana.

Walaupun umurnya udah tua, tapi masih keliatan manis. Badannya itu lho, bikin mataku langsung melotot. Kelihatan banget kalau dia sugar daddy. Hemm, kok aku jadi ngiler.

"Ayana, buatin minum buat Om Gray, ya," suruh Bunda.

"Asiap santuy," jawabku lalu balik kanan, menuju dapur.

Dari dapur aku masih dengar pembicaraan bunda dan ayah dengan Om Gray. Karena rumahku tidak besar, jadi kalau ada yang ngobrol pasti kedengaran.

"Ya seperti itulah, Ayana. Dia anaknya aneh, banyak tingkah, sulit diatur, dan kurang tahu sopan santun. Gray, masih yakin dengan pilihannya?" tanya Ayah.

Hah?! Pilihan apa?

"Aku sudah sangat yakin. Sudah 8 tahun aku menunggu. Itu bukan waktu yang sebentar," jawab Om Gray.

Aku langsung penasaran. Aku intip sedikit dari balik kelambu pintu dapur. Ayah sedang bicara serius dengan Om Gray.

"Baiklah, jika itu keinginanmu. Tapi bukan aku yang memutuskan. Biar Ayana saja yang memutuskannya. Apakah dia ingin menikah denganmu atau tidak? Hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang. Ayana sudah besar, dia bisa memilih jodoh sendiri," ucap Ayah.

"Aku mengerti. Aku akan menunggu jawaban, Ayana. Semoga saja dia menerima lamaranku hari ini," ucap Om Gray, kemudian melirik kearah ku. Dia tahu aku sejak tadi menguping pembicaraannya.

Aku langsung masuk kedalam dapur. Melanjutkan tugasku tadi, membuatkan minum untuk Om Gray. Iya, Om Gray, orang yang melamarku!

Jadi seperti ini, rasanya dilamar orang. Detak jantung ku langsung berdetak lebih cepat. Oppa-oppa gantengku sudah tidak lagi terpikirkan. Yang aku pikirkan, gimana aku jawabnya nanti.

Dengan suara paling lirih, aku berusaha menyusun kata-kata untuk menolak lamarannya. Ya kali, aku menikah muda, sama om-om pula. Mana berasa kayak cerita Wattpad pula🤦. Aku masih pengen mengejar cita-cita dan impianku. Menikah itu bukan hal yang aku pikirkan dalam waktu dekat.

Duh, gimana ya cara menolaknya.

"ANJIM! KAGET!" teriakku keras tiba-tiba.

Aku tidak sengaja menyenggol gelas sampai jatuh ke lantai. Aku yakin suaranya sampai ke ruang tamu. Buktinya ayah, bunda dan Om Gray langsung berlari ke dapur untuk melihat keadaanku.

Om Gray berada di paling depan. Meraih tanganku dengan khawatir, "Kamu baik-baik saja,'kan?" tanyanya.

Tatapannya yang penuh kekhawatiran membuatku meleleh seketika. ANJIM! INI ORANG KALAU DILIHAT DARI DEKAT GANTENG BANGET! SUGAR DADDY VERSI TIGA DIMENSI!

"Bunda, Ayana mau papa gula," gumamku lirih terpana melihat Om Gray dari jarak yang sangat dekat ini.

"What?"

TBC

Om Gray ❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Om Gray ❤️

Aduh, Om!Where stories live. Discover now