21. Om Jeffry

11.2K 539 25
                                    

"AYANA! BANGUN! UDAH SIANG!" teriak bunda mencoba membangunkanku. Aku masih ingin menikmati tidurku. Aku baru bisa tertidur pulas setelah subuh. Rasanya ingin terus bermalas-malasan diatas ranjang sepanjang hari. Apalagi sekarang masih libur semester. Pelajaran akan dimulai minggu depan.

Dan tidak terasa sudah empat hari aku berada di rumah bunda. Tanpa kehadiran Mas Gray seperti hari-hari sebelumnya. Sebenarnya dia datang menemuiku ke rumah. Hampir setiap hari. Mencoba membujukku untuk kembali kepadanya, namun gagal, karena aku selalu menghindarinya.

Bahkan bunda sempat mengusirnya, tapi ditahan oleh ayah. Bunda juga sama kesalnya dengan Mas Gray. Ditambah kesal dengan ayah setelah tahu kebenaran bahwa ternyata ayah dan Mas Gray berkomplot. Tidak memberitahu kepadaku atau bunda bahwa Mas Gray pernah menikah. Sungguh jahat sekali. Aku tidak akan bertemu Mas Gray dulu untuk beberapa waktu, sampai rasa sakit hatiku menghilang.

Untuk saat ini, Mas Gray kembali tinggal di rumah lamanya. Ya, yang tepatnya disamping rumahku. Dan tinggal bersama Ricky. Setelah pernikahan kita, sebenarnya rumah itu ditinggali oleh Ricky. Sekarang dia kembali tinggal di rumah itu agar bisa mengawasiku dari kejauhan, padahal aku hampir tidak pernah keluar rumah bahkan kamar. Hanya menjemur pakaian sebentar, saat bertatapan dengan Mas Gray aku langsung buru-buru masuk ke dalam rumah. Sudahku katakan, aku tidak ingin bertemu dengannya.

"AYANA! ASTAGFIRULLAH! ANAK PERAWAN—eh... JAM SEGINI MASIH TIDUR! CEPETAN BANGUN!" teriak bunda menggelegar didalam kamarku. Membuka jendela kamarku lalu menarikku dengan paksa untuk segera bangun dari tempat tidur.

"Bunda... aku masih ngantuk," keluhku kesal.

"Didepan ada teman kamu Gigi. Cepetan sana mandi! Kasihan dia nunggu lama." Aku mendengus malas. Gigi selalu datang tanpa kabar terlebih dahulu. Untung saja tidak ada Mas Gray disini. Jadi rahasiaku masih tertutup rapi.

"Iya. Aku mandi. Suruh Gigi nunggu bentar," ucapku kepada bunda. Bunda memberikan kode 'oke' dengan jempolnya lalu meninggalkanku didalam kamar setelah memastikan aku benar-benar sudah bangun.

Aku segera ambil handuk didalam lemari dan bergegas mandi. Namun, tidak sengaja mata genitku melihat dari luar jendela Mas Gray dengan kebiasaan lamanya menjemur pakaian dengan hanya menggunakan celana boxer. Dia kira dengan cara itu bisa membuatku tergoda dan kembali kepadanya? NO WAY!

"Jangan harap gua bakal tergoda. Iman gue udah tebal sekarang," batinku

Aku abaikan saja Mas Gray dan segera pergi mandi karena Gigi sudah menunggu lama.

*** 

Gigi mengajakku untuk pergi jalan-jalan ke mall, karena mall sudah mulai dibuka. Aku setuju saja dengan ajakan Gigi. Sekali-kali aku juga butuh refreshing agar tidak bosan terus di rumah.

"Yuk berangkat. Pakek motor gue aja, ya. Lumayan bensinnya masih full," aku mengangkat dua jempol untuk Gigi.

"Eh, nanti kita mau beli apaan emang?" tanyaku.

"Urusan beli pikirin nanti. Yang penting nongkrong-nongkrong cantik aja dulu," jawab Gigi. Aku mengangguk dan memakai helm bogo yang disodorkan Gigi kepadaku. Lalu berangkat menuju mall terdekat dari rumahku.

Tanpa aku sadari dari kejauhan ada mobil yang terus mengikutiku dan Gigi pergi. Aku langsung teringat Mas Gray, saat melihat plat nomornya sekilas. Sontak aku kaget dan menepuk-nepuk punggung Gigi untuk berhenti didepan toko. Untuk memastikan apakah mobil itu benar-benar milik Mas Gray.

"Apaan sih, Ayana! Bahaya bgst! bikin kaget gue lagi nyetir bawa nyawa anak orang!" pekik Gigi marah-marah.

"Gue haus. Beli minum dulu," ucapku berdalih agar Gigi percaya. Padahal aku mengecek apakah mobil itu benar-benar milik Mas Gray.

Aduh, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang