4. Om Gray

20.3K 733 42
                                    

"Ayana, kau bilang apa?" tanya Om Gray sambil menepuk pipiku pelan. Aku langsung tersadar dari lamunan mesumku.

"Hayo, tadi kamu bayangin apa, Ayana?" tanya Bunda dengan berkacak pinggang.

Aduh, ketahuan 'kan mikir yang aneh-aneh soal Om Gray. Om Gray juga sih, punya tampang kayak sugar daddy. Aku kan jadi ngiler. Astagfirullah, dosa.

"Apaan sih, Bunda," ucapku mengelak. Aku langsung melepaskan genggaman tangan Om Gray. Sumpah, suasananya jadi canggung parah. Baru pertama ketemu, tapi aku udah malu-maluin.

"Baiklah, ayo ke depan lagi. Biar nanti Bunda beresin pecahan gelasnya. Ayana kamu masuk kamar saja," ucap ayah.

Sejenak aku melirik ke arah Om Gray. Tapi dia memergokiku sedang melihatnya diam-diam. Aku langsung berlagak salah tingkah. Berjalan pelan-pelan menuju kamar. Saat sudah jauh dari Om Gray, aku langsung berlari cepat. Secepat detak jantungku saat ini.

Baru kali ini aku lihat sugar daddy real life. Dan Om Gray sukses buat anak SMA runtuh imannya.

Ini beneran nggak ya, atau cuma mimpi. Rasanya nyata banget. Senyata aku bakal dinikahi sama Om Gray. Bayanginnya aja sudah buatku tersenyum lebar. Berguling-guling diatas kasur dengan hati yang meletup-letup.

Ah, Om Gray! Imanku runtuh karena kamu.

***

Sejak pertemuan pertama itu, aku tidak pernah hidup dengan benar. Seakan semua hidupku berubah karena kedatangan Om Gray. Aku sering insomnia. Kalau banyak yang dipikirin jadi suka makan, suka halu, suka senyum kayak orang gila, suka males mandi, suka sama Om Gray.

Pas lagi asyik-asyiknya halu. Tiba-tiba ada telepon masuk dari Ricky. Iya, Ricky salah satu bawahan ayah. Orang yang masuk list jajaran orang ganteng versi aku. Dia curang, minta nomerku dari ayah. Padahal dulu, aku nggak kasih nomorku ke dia.

"Halo, Ayana. Selamat Sore," ucap Ricky dari jauh sana.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barokatuh," jawabku salam.

"Ah, maaf aku lupa salam. Assalamualaikum Ayana. Selamat Sore," ulang Ricky. Peka juga dia sama sindiranku.

"Waalaikumsalam. Ada apa? Ayah nggak di rumah."

"Aku tidak mencari ayahmu," ucap Ricky.

"Terus?"

"Mau nggak nemenin aku."

"ASTAGFIRULLAH!" teriakku kaget. Baru kali ini ada cowok yang ajak aku jalan. Ya, ampun selama ini aku selalu mengurung diri di kamar, berharap ada cowok ngajak jalan. Akhirnya kesampaian. Tapi ....

"Kenapa, Ayana?"

"Kan lagi ada corona. Nggak boleh keluar rumah. Makasih tawarannya ya. Aku di rumah aja," ucapku menolak. Jelas, kasus Corona makin banyak eh malah ngajak keluar rumah. Ya jelas aku tolak, walaupun dia orang ganteng juga. Aku masih pengen rasain rasanya nikah.

"Tidak keluar rumah, Ayana. Temenin aku ambil barang di kamar ayah kamu. Aku tidak enak masuk kamar sendirian, walaupun ayahmu sudah mengijinkannya aku tetap tidak nyaman. Tolong ambilkan buku catatan penjualan diatas meja kamar ayah kamu. Sekarang aku ada didepan rumahmu."

Pip ...

Aku malu bukan main. Ya kali aku udah kebaperan sendiri. Aku kira mau diajak jalan. Nongkrong-nongkrong cantik di cafe sambil ngobrol-ngobrol tentang masa depan, ternyata cuma nemenin dia ambil buku penjualan di kamar ayah.

Dengan malas aku berjalan menuju pintu depan. Aduh, aku harus gimana nih. Semoga Ricky nggak godain aku.  Aku buka pintunya pelan-pelan sambil menahan nafas berat.

Aduh, Om!Where stories live. Discover now