18. Tidak akan meninggalkanmu 🔞

19.8K 628 16
                                    

Ternyata yang datang Ricky. Manager di warung pecel lele ayah sekaligus adik Mas Gray. Sebenarnya bukan adik kandung hanya saudara jauh yang anggap sebagai adik. Itupun aku baru tahu. Mas Gray masih menyimpan banyak rahasia dariku.

"Loh, Kak Ricky. Ngapain ke sini? tumben," ucapku kaget.  Ricky melepaskan maskernya dan mencuci tangannya ditempat yang sudah disediakan sebelum masuk ke dalam rumah.

Setelah itu aku mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Tidak enak jika berbincang-bincang didepan rumah. Apalagi sedang masa pandemi seperti ini.

"Ayo duduk dulu. Mau aku buatin minum apa, nih?" Ricky menolak. "Nggak usah malu-malu. Kita udah keluarga sekarang."

"Hmmm... suamimu kemana, Ayana?" tanya Ricky.

"Mas Gray?" Ricky menggeleng. "Bukan. Itu artis Korea siapa itu namanya. Yang sering kamu jadikan profil instagram."

"Park Seo Joon?" sahutku. "Nah, mungkin itu suamimu. Hahaha, bercanda."

"Bisa aja tukang pecel lele," celetukku menimpali candaannya yang garing. Udah nggak usah ngelawak, goreng lele sana. Aku menatap Ricky sambil tersenyum canggung. Aneh gitu selera humornya.

"Oh iya, Kak Gray pergi kemana, Ayana?"

"Kebetulan Mas Gray tadi keluar. Katanya mau ngecek ke restoran ada sedikit masalah. Memangnya kamu kenapa kesini?" Ricky tampak bingung. Dia ingin berbicara namun terlihat ditahan-tahan. "Kak Ricky haus? Tenggorokannya seret? Aku buatin minum, ya."

Ricky tersenyum kikuk, akhirnya aku pamit ke dapur sebentar untuk membuatkannya minum. Kali saja setelah dikasih minum tenggorokannya nggak seret lagi. Dan bisa cerita tujuannya datang jauh-jauh ke rumahku.

Aku suguhkan teh hangat dan nastar sisa jajan lebaran kemarin. Ricky memperbaiki posisi duduknya lebih tegak. Tersenyum kepadaku sesekali melirik ke arah pintu. Dia nungguin Mas Gray kayaknya. Ada apa, nih? Aku makin was-was. Adik kakak sama-sama suka main rahasia-rahasiaan. Heran.

"Silakan di minum Kak Ricky sambil nungguin Mas Gray pulang. Jangan lupa minumnya sambil lihat aku aja biar tambah manis. hahaha ...." Niat hati ingin mencairkan suasana yang canggung, eh Mas Gray malah pulang.

"Udah mulai berani godaiin cowok, ya," sindir Mas Gray sambil melepaskan maskernya.

"Nggak kok, Mas Gray. Tadi katanya pulang—"

"—semuanya aman. Aku bisa pulang lebih cepat." Aku merasa malu karena kedatangan Mas Gray tiba-tiba. Sifat penggoda cowok-cowok gantengku kambuh didepan Mas Gray. Apalagi yang aku godain adiknya.

"Restoran aman, jadi aku tidak perlu sampai pulang malam. Cuma tadi ada pihak satgas covid-19 datang untuk mengecek apakah restoran Mas, sudah menerapkan protokol kesehatan atau belum." Aku mengangguk mengerti. Lalu Mas Gray duduk di sampingku. Mengacak-acak rambutku dengan ekspresi gemas.

"Kalau dilihat-lihat kamu makin cabi,ya," ejek Mas Gray. Aku melotot kepadanya.

"Maaf. Makin imut," ralat Mas Gray.

Kemudian Ricky berdehem. Sepertinya dia merasa menjadi nyamuk disini. Ricky pura-pura menangkap nyamuk padahal tidak nyamuk disini.

"Kamu ke kamar dulu, ya. Ada urusan penting dengan Ricky," ujar Mas Gray.

Tanpa banyak bicara aku pergi meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Tapi aku tidak sebodoh itu Mas Gray. Aku menguping dari balik rak buku yang membatasi ruang tamu untuk menguping pembicaraan Mas Gray dengan Ricky.

"Jadi kenapa kau harus jauh-jauh kesini, Ricky?" tanya Mas Gray.

"Begini, aku dapat telepon dari Bibi Maria katanya sedang sakit keras. Dan aku diminta untuk menyampaikan pesan agar Kak Gray segera pulang. Oh, iya sejak kemarin aku telfon nomor Kak Gray tidak aktif, jadi aku langsung kesini saja," jawab Ricky.

Aduh, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang