20. Jangan tinggalkan aku

17.9K 596 26
                                    

Pertengkaran pasti akan selalu ada dalam hubungan rumah tangga. Namun, aku tidak menyangka jika pertengkaran terjadi diantara aku dan Mas Gray. Begitu aku memutuskan sambungan telepon dari Gigi, aku langsung menghampiri Mas Gray. Aku langsung bertanya kepadanya apakah dia benar-benar sudah menikah atau belum.

Kebenaran ini sangat penting bagiku. Sebenarnya aku tidak masalah jika dia pernah menikah, tapi aku tidak suka terlalu banyak dibohongi oleh Mas Gray. Aku tidak ingin menjadi istri yang hanya bisa diam dibalik kebohongan suaminya. Aku tidak ingin terus dibohongi. Walaupun aku masih muda, aku tidak ingin merasa dianggap seperti anak kecil.

"Mas Gray sudah pernah menikah?" tanyaku tiba-tiba kepadanya. Mas Gray tampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia langsung mematikan kompor dan mendekatiku.

"Apa maksudmu, Ayana?!" Mas Gray tetap saja pura-pura tidak mengerti.

"Jujur saja jangan berbohong kepadaku soal itu. Aku tidak akan marah jika Mas Gray seandainya berkata jujur sejak awal. Kenapa harus membohongiku?!Aku merasa sangat bodoh karena dengan mudahnya berkali-kali dibohongi Mas Gray. Apa aku cuma jadi pelampi——"

Mas Gray membungkam mulutku dengan tangannya. "Stop! Jangan berbicara lagi. Biar aku jelaskan. Jangan salah paham dulu. Mari duduk dulu."

Aku dan Mas Gray duduk di sofa ruang tengah. Mas Gray menggenggam tanganku erat. Seakan sangat sulit untuk mengungkapkan kebenarannya.

"Jelaskan padaku. Aku tidak ingin dibohongi lagi!" desakku. Rasanya aku ingin menangis. Aku merasa sangat bodoh. Tidak mengetahui seluk beluk kehidupan suamiku sendiri.

"Benar aku pernah menikah." aku langsung melepaskan genggaman tangannya. Aku berdiri dan tak sanggup untuk berada lebih dekat dengan Mas Gray.

Mas Gray meraih tanganku untuk tidak pergi terlebih dahulu. "Dengarkan penjelasanku dulu, Ayana."

"Berarti yang Mas Gray katakan semalam tentang rasa suka Mas Gray kepadaku selama 8 tahun itu bohong?! Semuanya kebohongan?" Mas Gray menggeleng.

"Semuanya benar. Yang aku katakan padamu benar. Tolong dengarkan aku dulu, Ayana. Aku mohon," pinta Mas Gray. Aku memilih untuk melunakkan sedikit hatiku. Kembali duduk dan mendengarkan penjelasan Mas Gray. Walaupun itu pasti akan sangat menyakitkan.

"Aku sudah menikah. Itu dulu sebelum aku mengenalmu. Jauh sebelum pertemuan awal kita. Namun aku sudah berpisah dengannya," kata Mas Gray.

"Jangan bilang mantan istri Mas Gray bernama Sarasvati. Orang yang ingin rujuk kembali dengan Mas Gray? Benarkan?" Mas Gray tidak bisa berkata-kata. Dia terdiam. Berarti itu semua benar. Hatiku terasa hancur. Aku terlalu bodoh menerima cinta dari orang yang baru aku kenal. Apalagi sampai menikahkan dengannya. Bodoh, bodoh sekali.

"Mas Gray kapan bisa jujur sama aku! Apa Mas Gray nggak pernah anggap aku istri! Mas Gray menganggap pernikahan kita hanya main-main! Aku benci kebohongan asal Mas Gray tahu!" raungku kesal. Menapik uluran tangan Mas Gray.

"Jangan tinggalkan aku, Ayana," pinta Mas Gray.

Aku bangun dari tempat duduk. Berlari kecil ke dalam kamarku. Mengunci pintu lalu menangis sendirian didalam kamarku. Sementara Mas Gray mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Mengucapkan kata maaf berulang-ulang. Aku terlalu larut dalam kesedihanku. Meringkuk didalam selimut dan menangis sampai rasa sakitnya sedikit berkurang. Rasanya aku ingin pergi darinya saat ini juga. Entah berapa bohongan lagi yang dia sembunyikan dariku.

Aku merasa muak. Aku tidak ingin berlama-lama disini. Entah aku sedikit merindukan bunda. Aku merasa sangat ingin pulang ke rumah. Setelah tangisanku mereda, aku kemasi baju-bajuku. Memesan taksi online untuk mengantarku pulang ke rumah bunda. Aku tidak peduli bagaimana reaksi Mas Gray saat aku pergi meninggalkannya. Setidaknya ini adalah hukuman untuknya.

Aduh, Om!Where stories live. Discover now