23. I Will Be Yours 🔞

26.7K 669 44
                                    

Disclaimer:

Part ini menceritakan hal yang sangat mesum. Wkwk kalau nggak suka silakan di-skip saja.

________

Lebih baik aku sedikit melunakkan hatiku untuk Mas Gray. Tidak selamanya aku harus menghindar dan marah kepadanya. Selama beberapa hari menghindarinya sudah cukup untuk menjadikan Mas Gray jera.

Aku menghela nafas berat menatap hadiah pemberian Mas Gray. Buku novel dan trik-trik sukses PTN yang tadi ragu untukku beli karena aku tidak punya uang lebih. Ternyata Mas Gray mengikutiku sampai ke toko buku. Membeli buku-buku yang sempat aku pegang. Ah, dia sangat romantis. Jujur saja aku ingin sekali memeluknya tapi mengingat aku masih marah, aku gengsi.

Tiba-tiba bunda mengetuk pintu kamarku. Menyuruhku untuk mandi dulu sebelum tidur karena seharian aku berada di luar rumah.

"Ayana ayo mandi dulu. Bunda udah rebus air buat mandi, nanti jangan lupa dimatikan kompornya. Bunda mau keluar sebentar ke rumah Bu RT bayar arisan," ucap bunda. Kau tak berselang lama bunda menambahkan, "Suamimu sudah tidak ada disini. Ayo cepat keluar, jangan sembunyi terus!"

Ah, pasti Mas Gray sudah pulang ke rumahnya sendiri. Aku singkap gorden jendelaku. Melihat lampu rumah Mas Gray yang menyala. Menandakan bahwa dia sudah benar-benar pulang.

Aku beranjak dari atas kasur dan membuka pintu kamarku setelah sejam mengurung diri. Rumah terlihat sepi. Bunda sudah berangkat ke rumah Bu RT. Ayah mungkin sudah mulai jualan di warung pecel lele bersama Ricky. Jadi aku di rumah sendirian.

Entah kenapa kalau di rumah sendirian aku merasa lebih bebas. Berlari-lari kecil menuju dapur dan mengecek air untukku mandi. Airnya belum mendidih, jadi aku berniat untuk mengecek kamar mandi. Tadi pagi saat aku mandi, sabunnya habis. Jadi aku mau mengecek apakah bunda sudah beli sabun atau belum.

Sesaat aku ingin membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba pintunya sudah terbuka terlebih dahulu. Aku langsung berteriak kaget. Ada Mas Gray yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Mas Gray!" pekikku kesal.

"Ayana... Kenapa?"

"Pakek tanya! Kaget! Kenapa Mas Gray masih disini? Kata bunda——"

Mas Gray memotong perkataanku, "——Kata hatiku mengatakan harus menjagamu. Tidak baik anak gadis di rumah sendirian malam-malam."

"Aku baik-baik aja. Sana Mas Gray pulang! Nanti dilihat tetangga nggak enak kita berduaan di rumah!" perintahku menyuruh Mas Gray untuk segera pulang.

Aku tarik tangan Mas Gray untuk menuntunnya pulang, namun Mas Gray malah gantian menarik tanganku dengan kuat hingga aku jatuh dalam pelukan hangatnya. Mas Gray memelukku dengan erat. Mencium pucuk kepalaku.

"Aku merindukanmu, sayang."

Dalam hatiku ingin membalasnya. Aku juga merindukanmu. Sungguh. Rasa gengsiku lebih tinggi. Mana mungkin seorang wanita minta maaf duluan. Tapi kalau Mas Gray meminta maaf sekali lagi aku akan memaafkannya. Aku berjanji. Aku sebenarnya tidak tahan dengan pertengkaran kita.

Setiap malam aku dihantui rasa overthingking tentang hubunganku dan Mas Gray selanjutnya. Bagaimana jika aku menjadi janda muda, jika sewaktu-waktu Mas Gray sudah lelah menghadapi sikapku yang kadang kekanak-kanakan. Aku masih belum lulus sekolah, sudah jadi janda aja. Serem banget kalau dibayangin. Nggak mau.

Seakan tahu yang aku pikirkan, Mas Gray meminta maaf untuk kesekian kalinya. "Aku minta maaf. Maafkan aku. Jangan pergi dariku, Ayana. Coba dengarkan penjelasanku dulu."

Dan tentu saja aku akan memaafkan Mas Gray sesuai janjiku. "Iya aku maafin. Tapi jelasin dulu!"

Mas Gray melepaskan pelukannya. Mencengkeram lenganku dan tersenyum lebar. Akhirnya aku memaafkannya. Seperti suatu kebanggaan tersendiri bagi Mas Gray bisa menaklukkan hatiku yang sering berubah-ubah———moody-an.

Aduh, Om!Where stories live. Discover now