Part 6. Masa SMA Yang Indah

29.5K 4K 208
                                    

Btw, part ini khusus untuk mengenang masa SMA (ku) dan juga masa SMA kalian (¿)

_______

Sekarang di sini lah kami ... Di cafeku dan Cindy.

Kami sekelas nongkrong dadakan di sini tanpa ada rencana sebelumnya.

Senang sekali rasanya bisa berkumpul bareng mereka yang menuntut ilmu di kelas sama denganku selama dua tahun lebih ini.

Bisa sekelas bersama mereka adalah anugerah terbesar dalam hidupku.

Selama SD dan SMP, aku tidak pernah sekelas dengan manusia yang saling mengerti satu sama lain. Berusaha saling memahami dan mengalah demi terciptanya perdamaian dan keharmonisan.

Masa SMA ini memberikan banyak warna dalam hidupku. Ingin rasanya selalu seperti ini bersama mereka tapi aku sadar, itu tidak akan mungkin terjadi. Beberapa bulan lagi kami akan berpisah dan berusaha mencapai impian masing-masing.

"Dev, jangan bengong terus dong."

"Iya, Dev. Gak usah pikirin apa yang dibilang geng centil itu ya? Kami tahu Lo bukan orang seperti itu."

"Lagipula ngapain tuh geng centil tiba-tiba nongol di kelas kita coba. Ganggu suasana aja."

"Huh, andai aja tadi gue di kelas, pasti gue hajar tuh orang."

Aku mengulas senyum manis ke arah mereka semua. 29 orang, banyaknya. Mereka semua teman terbaik yang pernah aku temui selama hidup.

"Makasih ya, guys. Tapi, kalian gak usah khawatir, gue gak mikirin omongin mereka kok tapi gue mikirin masa depan kita semua. Gue berpikir, apa bisa kita tetap seperti ini nantinya beberapa tahun ke depan? Apa bisa kita bertemu dan kumpul bareng lagi? Apa bisa kita tetap kompak dan saling bahu membahu? Rasanya gue gak sanggup bayangin masa depan. Gue gak mau pisah dari kalian. Gue mau selalu bersama kalian. Namun, gue sadar itu gak mungkin. Kita punya impian masing-masing."

Para cewek kelasku mulai mewek.

Beneran sedih banget rasanya harus berpisah dari mereka.

"Kok kalian pada nangis sih? Gue kan jadi ikutan nangis." Rajukku ke mereka.

Bukannya berhenti, tangisan mereka malah semakin keras sehingga membuat anak cowok kelimpungan menenangkan mereka.

"Gue juga gak sanggup bayangin pisah dari kalian semua. Di kelas IPS 4 ini lah gue merasakan arti keluarga yang sesungguhnya. Di kelas ini gue mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang selama ini gue dambakan dari bokap gue. Mengenal kalian adalah hadiah terindah dalam hidup gue."

"Gue apalagi. Gak sanggup banget bayangin pisah dari kalian semua. Dari kalian semua gue belajar buat perjuangin apa kemauan gue. Dari kalian gue belajar kuat dan tangguh. Dari kalian gue merasakan arti persahabatan yang sebenarnya."

"Huhu, gue juga gak sanggup. Dari kalian gue buat belajar percaya diri. Karena kalian semua gue bisa menjadi Yessy yang periang dan tidak pernah ragu dalam memilih."

"Gue juga. Terimakasih untuk kalian semua yang telah membuat gue bertahan di dunia ini. Terimakasih telah mengajarkan gue menjadi kuat. Terimakasih telah membuat gue menjadi sosok yang kuat seperti sekarang ini. Semua ini berkat mengenal kalian."

"Begitu banyak kenangan yang tercipta selama ini. Begitu banyak kisah manis yang tak akan terlupakan. Begitu banyak cerita indah yang tersimpan rapat di kelas IPS 4 ini. Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi Ujian Nasional. Setelah itu kita tidak akan bisa bersama-sama lagi. Kita tidak akan bisa belajar bareng lagi. Kita tidak akan bisa cabut bareng lagi. Kita tidak akan bisa melawan penganggu bareng-bareng lagi." Cindy makin menangis keras. Membiarkan air matanya mengalir deras tanpa berniat menghapusnya.

"Teruntuk kita semua, yang pernah nakal bareng, yang pernah berjuang bareng, ayo berjanji buat menjadi sosok sukses di masa depan dan berkumpul lagi seperti sekarang. Ayo berjanji buat meraih impian kita tanpa takut apa pun."

Reza mengangkat minumanannya ke atas, diikuti oleh kami semua.

"Janji."

Ya Tuhan, betapa beruntungnya aku bisa bertemu dan berkumpul dengan mereka.

Semoga mereka semua bisa menjadi sosok yang sukses di masa mendatang. Semoga mereka semua selalu bahagia seperti sekarang ini.

****

"Cin, Lo harus tetap sama gue sampai tua nanti. Gak peduli Lo udah punya suami sekali pun. Lo gak boleh ninggalin gue."

Cindy memelukku, masih dengan tangisannya. "Gue gak akan ninggalin Lo, Depi. Bagaimana mungkin gue bisa ninggalin kembaran gue yang ceroboh ini."

"Huaaaaaa!!!"

Masih terbawa suasana di cafe tadi.

Hatiku masih berdenyut nyeri memikirkan masa depan.

Cukup dengan mereka saja berpisah, dengan Cindy jangan.

"DEPIIIII!!"

"CINDYYY!!!"

"GUE GAK MAU PISAH SAMA LO!!"

"GUE JUGA GAK MAU PISAH SAMA LO!!"

"HUEEEEE!!"

Tangisan kami semakin keras. Untungnya ruangan kedap suara sehingga orang disebelah tidak akan terganggu karena tangisan kami.

"Gadis kecil, kenapa kalian menangis? Siapa yang menganggu kalian? Katakan padaku, akan kubunuh mereka!!"

Seketika otakku blank mendengar suara asing itu. "Cin, itu bukan suara Lo 'kan?"

"Ya gak lah. Suara gue lembut, gak kayak gitu."

"Iya, lembut. Saking lembutnya gendang telinga gue sering koma dengernya."

Pelukan kami dilepaskan secara paksa. Tubuhku dipeluk dengan erat seolah takut kehilangan.

"Kenapa menangis, gadis kecil? Siapa yang membuatmu menangis seperti ini? Katakan padaku. Jangan menangis seperti ini lagi, hatiku sangat sakit."

Mataku melotot kaget. Bukan karena ucapannya tapi karena melihat sahabatku dipeluk oleh pria asing.

"Depi, tolongin gue. Gue dipeluk cogan. Gue sedang sakaratul maut." Tangannya terulur ke arahku, meminta bantuan dengan wajah memelas nan imutnya.

"Jangan lihat mereka, cukup lihat aku saja." Tiba-tiba wajahku ditangkup dan mataku langsung bertatapan dengan mata coklat terangnya.

"OM?!"

-Tbc-

Selanjutnya baru bucin-bucinan🤧😂😂

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang