Part 19. Baperin Si Om

18.1K 2.8K 223
                                    

Vomentt🌝

_____

Si om menatapku datar. Tatapan yang sangat berbeda dari biasanya. Aku sampai menggaruk kepala canggung oleh tatapan mautnya.

"Ih, om jangan natap Devi gitu dong. Serasa dibolongi tau om." Rajukku.

Si om masih menatapku datar namun tatapannya menyiratkan agar aku menjelaskan sesuatu padanya.

"Baiklah, baiklah. Devi cerita sekarang," Mengambil posisi ternyaman dan menatapnya serius. "Tadi itu aku pergi ke Kerajaan Paman Arthur dan Kak Lily untuk mengantarkan undangan pernikahan kita secara langsung."

"Arthur, Lily? Arthur pemimpin dunia immortal yang menikah dengan gadis manusia itu 'kan?" Kening om mengernyit tapi tetap tampan kok xixi.

"Kok pipinya merah, om? Om kepanasan ya?" Heranku.

Matanya menatap ke segala arah sebelum menatapku serius. "Jadi, mereka itu raja dan ratu dunia immortal, 'kan?"

"Tepat sekali."

"Kenapa kamu bisa mengenal mereka? Kenapa kamu bisa masuk ke dalam kerajaan mereka? Kamu tahu? Selama ini tidak ada yang bisa bebas menemui mereka seperti dirimu. Mereka tidak pernah terjangkau oleh kaum kita."

Menyandarkan punggung ke sandaran sofa dan meletakkan kedua kakiku di atas meja sembari menatapnya tak acuh. "Tentu saja karena Devi spesial. Asal om tahu nih ya, Kak Lily sedang mengandung calon menantu kita."

"Hah? Calon menantu?"

"Iya. Nanti anak mereka akan menjadi menantu kita. Trus, anak mereka akan tergila-gila dengan anak kita sebagai bentuk penebusan dosa Paman Arthur kepadaku." Kikikku.

"Memangnya Raja Arthur melakukan dosa apa padamu?"

"Dia pernah melemparku dengan keras ke batang pohon sehingga tubuhku terasa remuk. Padahal aku telah menolong Kak Lily. Dia pria tidak berhati." Desisku kesal kala teringat dengan dosa besar Paman Arthur padaku.

"Pokoknya dia tidak segan-segan berbuat kekerasan padaku hanya karena Kak Lily. Padahal Kak Lily tidak aku apa-apain. Paman Arthur saja yang sensi."

Om duduk di sampingku dan merengkuhku ke dalam pelukannya. "Jangan menyinggung Raja Arthur, gadis kecil. Kita semua bukan lah tandingannya."

Aku merenggut heran mendengar ucapan si om. "Apa sih yang harus ditakutkan dari dia? Dia tak lebih dari sosok pria yang takut kehilangan wanitanya."

"Semua pria juga akan merasakan hal itu, gadis kecil. Sehebat apa pun dia, sekuat apa pun dia, sekaya apa pun dia, semua pria pasti akan takut kehilangan wanita yang dicintainya."

"Kayak om yang takut kehilangan Devi, 'kan." Tebakku.

"Iya, gadis kecil."

"Tenang saja, om tidak akan kehilangan Devi selama om tidak berganti wujud menjadi hewan menjijikkan itu."

Aku mengaduh kesakitan ketika keningku dijitak olehnya. "Bukan kah kamu sudah janji untuk berubah dan menerima semuanya perlahan?"

"Iya, tapi jangan sekarang lah. Aku belum bisa memaafkan semua tingkah menyebalkan makhluk menjijikkan yang pernah kutemui."

"Bisa tidak memanggil makhluk menjijikkan? Kesannya itu seperti merendahkan dirimu sendiri."

"Woiii!! Ya gak lah! Devi bukan kaum kalian. Devi hanya seorang manusia biasa pemilik pesona kuat yang mampu membuat para cogan bertekuk lutut." Tegasku.

Om mencubit pipiku tanpa di sangka. Kala menatapnya lurus, aku malah dibuat terpaku oleh senyuman manisnya yang membuat kadar ketampanannya bertambah.

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang