Epilog

21.3K 2.4K 174
                                    

Yang minta keluarga Depi dan tentang Cindy Leon sudah kukabulin nih😌

Happy reading...

_______

Sebulan setelah perpisahan kelas 12, pernikahan Beta Light Moon Pack diadakan dengan megah. Lebih tepatnya pernikahan Leon dan sahabat tercintaku, Cindy.

Cindy terlihat sangat cantik dalam balutan gaun pernikahannya tapi tentu saja kalah cantik dari aku ya.

Rasanya sangat bahagia melihat sahabat seperjuangan ku menikah dengan pria baik dan dapat diandalkan seperti Leon. Ah, Aku memang sangat jarang berbicara dengan Leon tapi aku yakin si Leon pria yang baik dan dapat diandalkan. Buktinya, selama di sini Cindy tidak pernah dibuatnya menangis.

Sekarang keduanya tengah berciuman di altar setelah mengucapkan janji suci. Anehnya, air mataku menetes melihat Cindy yang sangat bahagia.

Waktu memang sangat cepat berlalu ya ... Baru kemarin rasanya mengenal Cindy yang jomblo akut sepertiku tapi sekarang dia sudah menikah.

Untung saja kami tinggal di tempat yang sama sehingga aku tidak akan merasakan kehilangan sosoknya.

Aku sedikit tersentak merasakan elusan di bahuku. Menoleh ke samping dan menatap si pelaku. Siapa lagi kalau bukan si om.

"Ngagetin aja." Sungutku pelan.

Bukannya meminta maaf, si om malah tertawa geli seraya mencubit pipiku. "Cengeng sekali kamu, gadis kecilku."

Enak aja ngejek seorang Devi.

"Gak usah ngatain Devi ya, kak. Kakak tuh yang cengeng!!" Seruku sembari mencubit lengannya gemas.

"Jelas-jelas kamu yang menangis, kenapa malah aku yang dikatain cengeng?"

"Serah Devi dong!"

"Tidak usah malu mengakui kalau kamu cengeng, gadis kecil."

Om!!!

Ngeselin banget!

Gak aku kasih jatah ya malam ini!!

"Jangan dong, gadis kecil. Aku yang cengeng. Bukan kamu." Melasnya sok imut. Padahal mah najis.

"Astaga. Kamu jahat sekali, gadis kecilku. Kamu membuat hatiku terluka."

Aku menatap om aneh lalu mendorong keningnya kesal. "Kakak gak usah drama! Au ah, aku mau nyamperin Kak Lily dulu. Capek aku dekat om terus." Segera berdiri dan pergi dari sisinya sebelum dia sempat menahanku.

"Yuhu! Kak Lily!! Devi kangen!!" Sorakku seraya memeluk tubuhnya namun tidak berlangsung lama karena Paman Arthur segera memisahkan kami.

"Jangan memeluk mateku!" Kesal Paman Arthur dengan suara sok dinginnya.

"Paman posesif banget deh." Cibirku.

"Jangan dekat-dekat dengannya, honey. Aku tidak ingin kau menjadi aneh sepertinya." Sinis Paman Arthur.

"Wah, paman ngajak gelut ya??" Tanyaku kesal sambil berkacak pinggang.

"Cih, kita pulang saja, honey. Aku tidak suka berada di satu ruangan dengannya."

Karena terlampau kesal dengannya, aku berjinjit dan langsung menjambak rambutnya kuat hingga dia meringis. "Paman nyebelin!!"

"Astaga, adikku. Kenapa kau menarik rambut Raja Arthur?"

Tahu-tahunya Geraldy datang dan menjauhkanku dari Paman Arthur yang melototiku.

"Dia nyebelin banget, kak. Makanya aku tidak tahan untuk tidak menjambak rambutnya." Aduku.

"Ekhem! Ini pesta pernikahan gue ya, Dev. Jangan merusuh." Kata Cindy tiba-tiba yang mampu mengagetkanku.

Astaga!! Bisa-bisanya aku melupakan hal penting ini.

"Hah, abisnya Paman Arthur itu ngajak gelut mulu sih. Jadi lupa kondisi."

"Ka--"

"Sudah-sudah, jangan ribut lagi. Ini pernikahan Cindy. Kalian jangan ribut lagi." Kak Lily menyela ucapan Paman Arthur hingga paman menyebalkan satu itu terdiam tapi matanya tetap menatapku tajam.

"Ada apa ini? Kenapa kalian ngumpul di sini?" Tanya ayah. "Eh, ada Raja Arthur dan Ratu Lily juga?"

Paman Arthur menatap ayahku heran. "Kenapa kau ada di sini, Raja Millan?"

"Anakku yang mengundangku ke sini."

"Anak? Anak yang mana?"

"Anak Perempuanku satu-satunya, Devi."

Paman Arthur menatapku tidak percaya. "Kalian ayah anak? Kenapa bisa?"

"Ceritanya panjang. Paman gak usah kepo." Ledekku.

"Putriku sayang, kau tidak boleh seperti itu ke Raja Arthur. Kau harus menghormatinya." Nasihat ayah sembari mengelus rambutku lembut.

"Untuk apa aku menghormatinya jika dia saja tidak menghormati ku? Cih, lagipula dia hanya seorang raja. Kenapa aku harus menghormatinya?"

"Heh, kau pikir raja itu apa?" Sentak Paman Arthur.

"Stttt.. paman tidak boleh berbicara."

Ayah menjitak keningku tiba-tiba. "Ah, ayah. Kenapa ayah lebih memihak Paman Arthur sih?" Renggutku tidak terima sedangkan paman Arthur terlihat tersenyum puas.

"Aihh, sudah lah. Aku mau berselfie ria dengan Cindy dulu."

Lalu segera melarikan diri dari sana tanpa membiarkan mereka mengatakan sepatah kata pun.

Ku hampiri Cindy yang sedang duduk bermesraan dengan Leon. "Hayuk foto-foto!!" Ajakku antusias.

"Hayukk!!"

"Eh, singa!! Fotoin kami ya! Harus bagus!!" Titahku sembari memberikan ponselku kepadanya.

Dengan raut wajah tidak terima, Leon pun mengambil ponselku dan mengambil foto kami dengan berbagai pose.

Setelah sesi foto berdua kami selesai, aku memaksa om, Geraldy, ayah, Kak Lily, dan Paman Arthur untuk berfoto bersama pengantin.

Kini, aku memiliki mereka yang ku anggap sebagai keluarga.

Keluargaku tidak hanya Cindy saja sekarang tapi juga mereka.

Om yang tiba-tiba mengclaimku sebagai matenya setelah direject Hanzel, Kak Lily yang ku tolong dari serangan Vampir, Paman Arthur yang posesif dan bucin akut ke Kak Lily yang suka sekali mencari masalah denganku, Geraldy yang pernah kumintai tolong dan mempertemukan dengan ayah kandung Yang belum pernah kulihat rupanya, serta anak yang bersemayam di dalam rahimku.

Awalnya memang terasa mengejutkan tapi sekarang aku sudah terbiasa. Aku sudah mulai terbiasa menerima kehadiran mereka dan aku akan mempertahankan apa yang kumiliki sekarang.

Sungguh hidup yang sempurna.

"Apa tadi? Anak yang bersemayam dalam perutku?" Beo si om sambil menatapku bengong.

Aku tersenyum manis sambil mengangguk.

"ASTAGA!! AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH!!"

-SELESAI-

Yeyy,, selesai jg ngetiknya😆

Suka gak?

Mau lanjut extra part lagi?

Tentang apa?

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang