Part 32. Isi Hati Devi

14.2K 2.2K 99
                                    

Yeyy,, bisa triple up dong hari ini untuk kalian🔥

Voment nya ditunggu🌷

_______

Cindy terlonjak kaget ke belakang akibat melihat Devi tiba-tiba muncul di hadapannya dengan senyuman lebar.

Gadis cantik itu terlihat sangat sehat dan ceria. Membuat Cindy mengerjap tidak percaya.

"Sejak kapan Lo bangun?" Hanya pertanyaan heran bercampur senang itu yang keluar dari mulutnya.

"Sejak tadi pagi."

Cindy mengangguk mengerti sambil mengulas senyum lantaran terlalu bahagia sahabat Sehidup sematinya sudah kembali bangun. Dia tidak akan merasa sendirian lagi di dalam kelas meskipun orang banyak.

Raut wajah gadis itu tampak panik ketika Devi tiba-tiba meringis kesakitan sambil memegang perutnya. Dengan terburu-buru ia memapah tubuh Devi ke sofa dan mendudukkan sahabatnya itu di atas sana. "Lo belum sembuh sepenuhnya, jangan sembarangan bergerak dong. Gue gak mau sedih lagi akibat lihat Lo terbaring tidak berdaya di atas kasur."

Devi tersenyum di sela ringisannya. "Ciee, Cindy khawatir sama Devi. Cindy pasti takut kan kehilangan Devi kayak si om."

Cindy menggeleng tak percaya melihat kelakuan sahabatnya. Di saat sedang sakit pun masih bisa bertingkah terlampau percaya diri.

"Siapa sih yang gak takut kehilangan orang yang berarti di dalam hidupnya." Balas Cindy sebal.

"Ehehe."

"Malah nyengir Lo."

Devi mengelus lembut perutnya yang masih terasa sakit. Namun itu bukan berarti dia akan merengek kesakitan dan istirahat. Dia sudah terlampau bosan tiduran seharian di atas kasur dan dilarang kemana-mana oleh Darren. Mumpung Darren tidak ada, maka dia bisa melanggar larangan suami tampannya itu.

"Oh ya, gimana sekolah? Selama gue gak ada, gak ada ulangan 'kan?"

"Untungnya sih gak ada."

"Trus gimana nasib para cogan gue di sekolah?"

Cindy menatap Devi tak percaya. Bisa-bisanya Devi masih memikirkan orang lain di saat dirinya sendiri baru sadar dari tidur panjang. "Mereka menggila. Katanya kangen berat sama Lo."

Devi menyibak rambutnya songong. "Udah gue duga."

Cindy menyandarkan punggungnya ke sofa sembari menghela nafas kasar. "Yang paling menjengkelkan adalah si Bryan. Dia selalu mendatangi gue dan menanyai keberadaan Lo. Kayaknya cowok satu itu udah gak tertolong, dia keliatan banget cinta mati sama Lo."

Devi terkekeh geli melihat raut wajah tersiksa sahabatnya. "Sebenarnya si Bryan itu ganteng banget orangnya. Sayang sekali dia gak datang sejak dulu. Dia datang saat udah ada yang mengclaim gue sebagai matenya dan yang paling parahnya gue udah nikah. Gak bisa bersama dia lagi."

"Emang sih dia ganteng tapi ngeselin, njir. Lo gak tau aja gimana jadi gue yang selalu digentayangin tuh cowok."

"Haha udah nasib lo."

Cindy menatap lurus Devi, meneliti keadaan sahabatnya itu. "Apa yang Lo rasain sekarang? Dibagian mana yang sakit?"

"Hanya di bagian perut dan dada."

Cindy meringis. "Pasti sakit banget ya tertusuk pedang."

"Sakit sih tapi menyenangkan juga."

Cindy melotot kesal. "Menyenangkan bapak Lo!"

Devi mengangkat kedua bahunya. "Menyenangkan tahu."

"Gila!"

Devi tertawa geli mendengar umpatan sahabatnya.

"Mau tau sesuatu yang gila selama Lo koma gak?" Celetuk Cindy.

"Hm? Apa?" Tanya Devi tak sepenuhnya peduli.

"Lo pernah bangun tiba-tiba sambil berteriak karena gue bilang akan menikah dengan Eunwoo lo."

Devi menatap sahabatnya itu dengan kening yang mengernyit. "Masa sih? Kok gue gak ingat ya?"

Cindy menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Parah sih kalau ingat hal itu. Andai aja gue videoin waktu itu, biar bisa nunjukin ke lo dan jadiin kenang-kenangan." Kikiknya geli.

"Iya woi! Kenapa gak divideoin sih!! Kan gue gak bisa lihat gimana reaksi gue waktu itu!!" Seru Devi.

"Dah lah, gue gak habis pikir sama Lo." Cindy memijit keningnya kesal. Biasanya kan orang lain akan ngambek kalau dibilang videoin di moment yang tidak mengenakkan.

"Btw, si Putri menyebalkan itu udah gak ada lagi loh di kelas kita. Kelas menjadi aman damai dan tentram." Curhat Cindy.

Devi menyisipkan helaian rambutnya ke belakang telinga dan menatap Cindy penasaran. "Kok dia udah gak ada lagi di kelas kita? Dia kemana? Pindah sekolah?"

"Gak tahu juga sih. Yang penting dia udah gak ada di kelas."

Devi tertawa. "Iya sih. Jadi, gak ada lagi yang nyebelin di kelas kita."

Cindy menjadi sangat khawatir ketika Devi kembali meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Astaga, Dev. Istirahat aja yuk. Gue gak tega lihat Lo kesakitan gini." Cemasnya.

Devi menggeleng pelan. "Bosan gue tiduran Mulu. Berasa orang sekarat."

"Tapi luka Lo..."

"Udah, gak usah pedulikan luka sialan ini. Gue kuat kok."

Cindy menghela nafas melihat kekerasan kepala sahabat satu-satunya itu. Dia sungguh tidak bisa melihat sahabatnya meringis kesakitan. Lebih baik melihat sahabatnya mengoceh dengan segala kepercayaan dirinya daripada meringis kesakitan.

"Lo merasa gak sih? Sejak Lo terlibat dengan Alpha Darren, hidup Lo selalu dikelilingi bahaya. Dulu punggung Lo yang tertusuk, sekarang perut dan dada Lo yang kena. Gue merasa dari awal gak seharusnya Lo kenal dia karena dia hanya membawa malapetaka untuk diri Lo." Ungkap Cindy setelah melihat-lihat keadaan sekitar. Takut nanti kepergok Darren setelah mengatakan hal itu.

"Dia seperti pembawa sial. Lo tau sendiri kan kehidupan kita sebelum mengenal dia. Hidup kita selalu dipenuhi dengan hal bahagia. Lo gak terluka sama sekali, begitu pun dengan gue. Hidup kita sangat aman damai, gak kayak di sini."

Devi menatap lurus ke depan. "Lo benar. Selama ini hidup kita selalu normal. Tidak ada luka. Tidak ada masalah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita bebas party di klub mana pun yang kita sukai. Dan kita bebas nongkrong di cafe. Tapi, semenjak dia datang, kehidupan gue terasa berbeda. Di satu sisi dia memang seperti pembawa malapetaka untuk gue tapi di lain sisi gue merasa bahagia dengan itu. Karena dirinya, gue bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga serta dicintai dan disayangi tanpa dituntut banyak hal. Dia juga selalu sabar dengan sifat gue yang childish ini. Gue merasa sangat beruntung mengenalnya dan gue sama sekali gak keberatan jika hidup gue selalu dipenuhi bahaya asal dia selalu berada di sisi gue."

-Tbc-

9/2/21

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang