Part 30. Aneh Bin Ajaib

14.5K 2.3K 265
                                    

Bnyk vote dan komennya aku kasih triple up

____

Darren Anthanius. Pemimpin Light Moon Pack. Anak yatim piatu karena kedua orangtuanya terbunuh dalam peperangan. Umur 29 tahun. Mempunyai werewolf yang bernama El.

Ia terkenal sebagai pemimpin yang kejam dan tidak berhati. Tidak sabaran dan tidak peduli apa pun. Dingin dan tak tersentuh. Tidak pernah peduli pada makhluk yang berjenis kelamin perempuan. Sangat anti berdekatan dengan perempuan.

Itu lah Darren yang selama ini dikenal kaum immortal. Sangat bertolak belakang dengan sifatnya ke Devi bukan?

Selama ini di depan Devi dia bersifat seperti pria baik-baik. Penyabar, hangat, penyayang, dan menyenangkan.

Semua orang dapat merasakan perbedaan Darren sebelum dan sesudah menemukan mate.  Pria itu lebih banyak senyum dan hangat. Tapi itu tidak lagi berlaku sekarang. Pria itu telah kembali pada sifat aslinya; kejam dan dingin.

Seperti sekarang ... Pria itu tengah menyiksa Thalita dengan pisau perak kesayangannya.

Selama ini Thalita belum pernah diapa-apainnya karena terlalu sibuk dengan Devinya tapi karena Devi koma, Thalita lah yang menjadi objek pelampiasan rasa frustasinya.

Teriakan kesakitan Thalita menggema di penjara bawah tanah karena kulitnya disayat dengan pisau perak.

Teriakannya terdengar sangat memilukan di telinga pendengarnya tapi Darren suka itu. Darren suka mendengar teriakan lawannya yang tidak berdaya. Dia suka melihat objek yang disiksanya menangis kesakitan dan putus asa.

Darren baru puas menyiksa setelah tangan kanan Thalita di potongnya. Tanpa merasa bersalah sedikit pun ia meninggalkan Thalita yang tengah meratapi nasib malangnya dan meminta Darren untuk langsung membunuhnya saja.

Tidak akan semudah itu Darren membunuh Thalita. Ia akan membuat wanita yang telah pernah mencelakai istrinya itu tersiksa sampai kehilangan akal sehat.

Cindy tiba-tiba muncul di hadapan Darren dengan wajah ragu dan takut. "Apa aku boleh mengunjungi Devi, alpha?" Tanyanya pelan.

Darren menatap datar. "Tidak!"

Cindy tersentak mendengar nada dingin itu. "Tapi aku sangat ingin bertemu dengan sahabatku. Siapa tahu aku bisa membantunya untuk sadar kembali." Tuturnya berusaha berani.

Semenjak tadi malam dia sudah sangat khawatir dengan Devi akibat ucapan Leon. Dia sudah sangat ingin menghampiri Devi sejak kemarin tapi dilarang oleh Leon.

Saat pulang sekolah baru lah dia memberanikan diri untuk meminta izin ke Darren sebab Devi dirawat langsung dalam kamar Darren. Mana mungkin dia menerjang masuk begitu saja ke dalam kamar pemimpin pack ini.

"Aku mohon. Biarkan aku melihat sahabatku." Cindy memasang puppy eyesnya supaya Darren berubah pikiran serta nada suara yang dibuat semenyedihkan mungkin.

Setelah terdiam sejenak, baru lah Darren membuka suara. "Baiklah. Jangan lama-lama."

Cindy tersenyum cerah dan mengangguk semangat.

Pria itu masuk ke dalam kamar, diekori oleh Cindy.

Cindy mengerjap bingung melihat Darren mengambil sesuatu dari lemari dan keluar lagi dari kamar tapi akhirnya dia tidak ambil pusing. Ia duduk di dekat Devi yang terbaring koma.

"Dev, akhirnya si Putri menyebalkan itu tidak ada lagi di kelas kita. Dan Lo tahu? Semua anak kelas bahagia dengan hal itu. Kalau Lo sadar, pasti Lo bahagia juga kan?" Cindy mulai bercerita.

"Trus nih ya, anak-anak kelas juga nanyain Lo. Mereka pada kangen sama Lo. Kata mereka, kelas menjadi kurang hidup kalau gak ada lo nya."

"Ah ya, si Bryan itu nanyain Lo Mulu. Kesal gue. Cepat bangun ya Dev, trus tolak langsung si Bryan itu biar dia gak ganggu gue lagi."

Cindy meletakkan tangan dingin Devi di pipinya sembari menatap sedih wajah pucat Devi.

"Harusnya sejak awal kita tidak perlu berhubungan dengan dunia immortal lagi. Dunia ini memberikan banyak luka untuk kita. Dulu memang hanya sekedar batin kita yang terluka tapi sekarang fisik pun terluka."

Cindy menghela nafas berat.

"Dunia immortal terlalu bahaya. Kemampuan yang kita miliki juga tidak sehebat mereka. Andai aja dia gak menemukan Lo, pasti Lo gak akan terbaring lemah di sini. Pasti sekarang kita tengah gila-gilaan di club' malam atau pun nongkrong di cafe sambil liatin cogan."

"Bangun dong Dev, para pasukan cogan Lo kangen berat. Mereka khawatir sama Lo meskipun gue udah bilang Lo lagi liburan."

Cindy mendekatkan wajahnya ke telinga Devi dan berbisik lirih di sana ... "Tadi gue Nemu Oppa Cha Eun Woo lo di cafe. Dia minta nomor gue. Bilang cinta sama gue dan mengajak gue nikah. Gue terima aja gapapa kan? Setidaknya kalau Lo gak bisa nikah sama Eunwoo lo itu, Lo bisa melihatnya dari dekat sebagai suami gue."

"TIDAKKK!!!!!!!"

Cindy terjengkang ke lantai dan kepalanya mendarat di sanding meja akibat Devi yang tiba-tiba duduk sambil berteriak kencang.

"GAK BOLEH AMBIL EUNWOO GUEE! DIA MILIK GUEEE!!!"

Cindy masih syok berat melihat Devi bangun tiba-tiba.

Darren tiba-tiba masuk ke dalam kamar akibat teriakan maha dahsyat Devi.

"Gadis kecil..." Panggilnya tak percaya melihat Devi sudah membuka mata dengan sorot mata marah.

Senyuman cerah muncul di bibirnya melihat Devi sudah tersadar namun kebahagiaannya tidak berlangsung lama ketika Devi kembali jatuh pingsan.

Darren berjalan mendekat dan menepuk-nepuk pipi Devi. "Gadis kecil, jangan tutup matamu lagi. Aku tidak bisa melihatmu lemah seperti ini, gadis kecil. Hatiku terasa remuk."

Cindy masih syok di tempat.

Tidak menyangka kalimat asal yang tiba-tiba muncul di otaknya membuat Devi terbangun kaget.

Apakah ini berarti dia harus mengatakan hal semacam itu lagi supaya sahabatnya bangun?

"Hei, kau! Kenapa kau masih di sini?! Cepat panggilkan Leon untukku!!!"

-Tbc-

9/2/21

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang