JUST SEAN | 15

1.2K 255 18
                                    

'Lebih baik dicintai kan, daripada mencintai?'

🍥 🍥 🍥

[Berhenti]

Nayla mengitari pandangannya ke sekitar uks.  Sean bahkan tak datang kesini?

Apakah ini saatnya untuk Nayla mandiri dan terbiasa untuk tak selalu bergantungan dengan Sean?

Brayen membuang nafasnya. "Gausah mikirin yang lain dulu, Nay."

Nayla melirik Brayen. Lalu ia kembali memejamkan matanya.

Jenni dan Tata yang sudah tahu ceritanya dari Fino hanya menatap Nayla prihatin.

Sean adalah satu-satunya pria yang Nayla cinta sejak kecil setelah Ayahnya. Mana bisa ia hidup tanpa Sean? Apalagi setelah penolakan pria itu.

£££

"Sean!" Panggil Nayla melihat Sean yang tengah berjalan di koridor.

Pria itu berbalik, tapi tak buka suara sama sekali. Bahkan ekspresinya sangat cuek.

"Sean, beneran udah muak sama Nayla?" Menyebalkan. Padahal Nayla berniat langsunv marah dengan Sean saat tadi pria itu tak menjenguknya. Tapi saat sekarang bertemu langsung pria itu, mengapa hatinya mendadak luluh dan sulit untuk marah?

Sean diam beberapa menit, tapi kemudian mengangguk kilas.

Nayla diam. Tak menyangka Sean akan mengangguk.

"Sean be-"

"Nay, udah. Gue mau masuk kelas." Sean berbalik lalu hendak pergi begitu saja mengacuhkan Nayla.

Okey. Kali ini Nayla benar-benar kesal.

"Brengsek."

Langkah Sean berhenti mendengar umpatan Nayla.

"Sean brengsek!" Nayla mengusap kedua air matanya mulai menangis. Dirinya yang memang sudah cengeng sejak dini mana bisa menahan tangisnya saat sudah begini.

Sean berbalik kesal diberi umpatan macam itu. Tapi sebelum Sean angkat suara, Nayla langsung memotong.

"Yaudah Sean pergi! Pergi dari hidup Nayla! Nayla capek berjuang sendiri, tapi Sean gak pernah hargain Nayla! Kenapa sih Sean gak bisa sedikit aja buka hati buat Nayla?!"

"Gue udah buka hati buat lo!" Sentak Sean kelepasan saking kesalnya dengan ujaran Nayla. Kalimat yang berhasil buat Nayla terdiam.

"Apa?" Nayla menautkan alisnya.

Sean meraup wajahnya frustasi. "Oke, anggap aja begitu. Gue emang gak pernah cinta sama lo. Jadi jangan pernah berharap lebih sama gue."

Bagaikan ribuan pisau menancap dihatinya. Terdengar sangat menyakitkan ditelinga Nayla.

Nayla masih terisak. Siswa siswi mulai penasaran menggerubungi mereka sadar kalau Nayla baru saja ditolak mentah-mentah.

Jenni dan Tata langsung menghampiri Nayla mengelus pundak temannya prihatin.

Brayen yang melihat itu langsung berlari menghampiri Nayla. "Lo gapapa, Nay?!" Cemas pria itu.

Nayla melirik Brayen. "Brayen mau gak jadi pacar Nayla?" Tanya Nayla polos berhasil membuat semua yang ada disana berekspresi random.

Sean terdiam dengan rahang yang mengeras dan kedua tangan yang mengepal mendengar ucapan bodoh Nayla barusan.

"Nay, lo gila ya?!" Bisik Jenni tak habis pikir.

"Balik uks, Nay. Fix, lo masih sawan." Gumam Tata menggeleng-geleng.

"Nayla capek mencintai. Nayla pengen berbalik liat orang yang cinta sama Nayla. Nayla emang egois. Tapi Nayla mau coba hargain orang yang udah cinta sama Nayla. Gak kayak seseorang. Hatinya keras." Sindir Nayla melirik Sean yang masih diam disana. "Kak Brayen pernah bilang suka kan sama Nayla?"

Brayen mengangguk pelan. Ia juga masih terkejut dan tak percaya dengan ucapan seseorang yang baru saja patah hati.

Tapi sialnya, sulit sekali untuk menjawab tidak. Padahal Brayen tau, bukan dirinya yang ada di hati Nayla sekarang.

Tapi Brayen tak mau munafik. Ia ingin sekali Nayla menjadi miliknya.

"Iya, kita pacaran."

Sean semakin mengepalkan tangannya.

"Yaudah, ke kelas ya. Gak enak jadi tontonan gini, yuk." Rayu Brayen membawa Nayla ke kelasnya.

Nayla menengok ke arah Sean. Sean terlihat masih menatapnya lurus dengan mata hitam legamnya.

Nayla membuang nafasnya. Bisa-bisanya ia melampiaskan patah hatinya pada pria lain. Nyatanya bukan hanya Sean yang jahat. Tapi dirinya juga.

Sekarang ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah semua kebodohan ini.

Nayla bodoh. Nayla bodoh. Rutuknya.

JUST SEANWhere stories live. Discover now